Pada hari Aku mentahirkan kamu dari segala kesalahanmu, Aku akan membuat kota-kota didiami lagi dan reruntuhan-reruntuhan akan dibangun kembali. Tanah yang sudah lama tinggal tandus akan dikerjakan kembali, supaya jangan lagi tetap tandus… (Yeh. 36:33-34) ITB)
Terkadang Tuhan memang bisa demikian marah kepada umat-Nya hingga Ia bahkan tidak mau mendengarkan sama sekali ketika umat-Nya berseru kepada-Nya. “Demi Aku yang hidup, Aku tidak mau kamu meminta petunjuk dari pada-Ku, demikianlah firman Tuhan ALLAH (Yeh. 20:3).
Tuhan marah jika kita terus membandel dan tidak taat kepada-Nya. Ketika kita hidup sesuka diri kita sendiri dan lebih memercayai hal-hal lain selain Tuhan; harta, kekuasaan, pejabat, dukun, orang pintar dan sebagainya. Ini penyembahan berhala dan inilah yang membuat Tuhan bisa sangat marah kepada umat-Nya. Namun, kemarahan Tuhan tidak pernah berlangsung selamanya. Kasih-Nya kepada umat-Nya senantiasa lebih besar dari kemarahan-Nya. Selama kita mau bertobat dan kembali kepada-Nya dalam ketaatan, maka tangan Tuhan selalu terbuka untuk merangkul kita kembali. Bahkan Tuhan bukan cuma bersedia menerima kita kembali, la juga bersedia memberkati kita kembali.
Ini bukan politik transaksional, seolah-olah Tuhan mau menjadi baik dengan kita hanya jika kita juga baik dengan diri-Nya. Kasih sayang-Nya tidak pernah dibatasi oleh apapun atau siapapun. la tetap memberikan hujan dan sinar matahari kepada semua orang, baik atau jahat. Bertobat dan kembali kepada Tuhan tidak boleh dimaksudkan sebagai cara menyuap Tuhan agar la tidak marah lagi kepada kita. Kita bertobat dan kembali kepada Tuhan karena kita yakin bahwa jalan Tuhan adalah benar. Sedangkan berkat Tuhan adalah bonusnya. [Pdt. Paulus S. Widjaja]
DOA:
Tegurlah kami, ya Bapa, jika kami meninggalkan jalan-Mu dan mampukan kami bertobat agar Engkau menerima kami kembali. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 138; Yeh. 36:33-38; Mat. 16:5-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.