“Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab bagi-Nya semua orang hidup.” (Lukas 20:38)
Seorang teman divonis menderita kanker stadium lanjut dan berada pada tahap metastasis. Sel kanker telah menyebar hampir ke seluruh tubuhnya. Tubuhnya semakin kurus. Kadang-kadang, ia merasakan kesakitan yang begitu hebat hingga harus disuntik morfin untuk menahan rasa sakitnya. Namun, saya terharu saat mendengar ia berkata, “Saya tidak takut mati, tetapi saya juga tidak takut hidup. Jika saya mati, saya tidak takut karena Tuhan menjaga saya. Jika saya hidup dengan segala hal yang harus saya jalani, saya juga tidak takut karena Tuhan pasti menguatkan saya.”
Kita beriman kepada Allah orang hidup. Artinya, kita beriman kepada Allah yang hadir saat kita masih bernapas. Allah bukanlah Allah orang mati. Bagi anak- anak Tuhan, kematian bukanlah akhir. Di dalam Tuhan selalu ada kehidupan. Allah adalah Allah orang hidup, yang senantiasa hadir dan menjaga mereka yang menjalani kehidupannya. Ketika seseorang berada di titik akhir kehidupannya, ia justru memasuki kehidupan yang kekal.
Mari kita jalani hidup tanpa takut akan kematian maupun kehidupan itu sendiri, sebab Allah adalah Allah yang hidup dan berkuasa atas kehidupan. Kristus juga telah bangkit dari kematian. Kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan kekal. Dengan demikian, di dalam Allah selalu ada kehidupan. [Pdt. Cordelia Gunawan]
REFLEKSI:
Dalam iman selalu ada kehidupan karena Allah kita adalah Allah orang hidup.
Ayat Pendukung: Ayb. 19:23-27a; Mzm. 17:1-9; 2 Tes. 2:1-5, 13-17; Luk. 20:27-38
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.




Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.