Segera sesudah Laban mendengar kabar tentang Yakub, anak saudaranya itu, berlarilah ia menyongsong dia, lalu mendekap dan mencium dia, kemudian membawanya ke rumahnya. Maka Yakub menceritakan segala hal ihwalnya kepada Laban. (Kej. 29:13)
Setelah perjalanan panjang, Yakub tiba di Haran dan berjumpa dengan pamannya, Laban. Putra kesayangan Ribka ini, terpaksa lari dari rumah meninggalkan orang-orang yang dikasihinya karena ambisinya untuk menjadi nomor satu. Ia dengan licik menipu ayahnya untuk mendapatkan berkat yang seharusnya menjadi hak Esau, kakaknya. Serakah, licik, berkomplot melakukan kejahatan, dan melakukan apa pun demi meraih keuntungan pribadi.
Yakub jauh dari sempurna. Tetapi, ketika melihat perjalanan hidupnya, sesungguhnya kita sedang melihat karya kasih Allah. Allah yang telah memilih Yakub, Allah juga yang melindungi Yakub dalam pelarian. Allah membuat perjalanan Yakub berhasil. Perjumpaan dengan Laban, sambutan yang ramah dan penerimaan Laban menjadi bukti penyertaan Allah, meskipun Yakub kurang pantas. Dalam titik inilah, Yakub menyadari besarnya penyertaan dan kasih Tuhan dalam hidupnya.
Kisah Yakub sesunguhnya merupakan potret kisah kehidupan kita. Tuhan telah memilih kita untuk menjadi anak-anak-Nya sejak sebelum kita tercipta. Pilihan-Nya ini berlaku selama-lamanya. Tidak ada satu hal pun yang dapat mengubah kasih-Nya kepada kita, juga kesalahan-kesalahan kita. Dengan kasih-Nya, Allah membimbing kita untuk menyadari penyertaan dan kasih-Nya yang besar dalam hidup kita, sama seperti yang Yakub alami, hingga akhirnya hidup kita pun menjadi selaras dengan rencana dan kehendak-Nya. [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
REFLEKSI:
Tidak ada satu kesalahan pun yang dapat membatalkan kasih Allah kepada kita. Ia sangat mengasihi kita.
Ayat Pendukung: Kid. 2:8-13; Kej. 29:1-14; Rm. 3:1-8
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.