Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa, “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel, TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, ….(Keluaran 3:15a)
Jika Saudara diberikan kesempatan untuk memilih, apa yang akan Saudara wariskan kepada keturunan Saudara? Harta—dapat berupa aset, uang, bisnis, jabatan, maupun kedudukan—atau iman? Jika pilihan ini dibuat secara kaku, tampaknya menjadi sesuatu yang tidak mungkin, karena tidak ada orang yang dapat hidup tanpa uang. Orang yang tidak memiliki kedudukan atau jabatan juga dapat menghadapi kesulitan. Namun, jika seseorang memiliki kekayaan tanpa iman, apakah ia akan mampu bertahan? Jika ia memiliki jabatan, tetapi tidak memiliki iman, apakah ia tetap akan teguh?
Menarik untuk melihat teks kita hari ini, saat Allah memperkenalkan diri kepada Musa. Allah adalah Allah nenek moyang—Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Iman menjadi sesuatu yang diwariskan secara komunal. Hubungan dengan Allah bersifat sangat pribadi dan personal, tetapi pada saat yang sama juga menjadi sesuatu yang dimiliki secara turun-temurun dalam komunitas. Bagi umat Israel, iman merupakan warisan yang terus diberikan dari generasi ke generasi.
Bagaimana dengan kita? Apa yang akan kita wariskan dalam kehidupan ini? Uang? Jabatan? Atau iman? Ada hal- hal yang tidak dapat dibeli dengan uang, dan ada keadaan di mana bahkan kekayaan atau kedudukan tidak akan mampu membuat seseorang bertahan. [Pdt. Cordelia Gunawan]
REFLEKSI:
Memiliki uang atau jabatan tanpa iman hanya akan membawa pada kehancuran.
Ayat Pendukung: Kel. 3:13-20; Mzm. 17:1-9; Luk. 20:1-8
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.


Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.