Komisi Pekabaran Injil GKI-PI mengadakan retret pada tanggal 22 dan 23 Juli yang lalu di kompleks Vila Biru di Gadok, Ciawi dengan dihadiri oleh sekitar 30 peserta yang terdiri atas pengurus Komisi PI dan 10 anggota aktivis dari Pos Desa Kemang serta para penatua pendamping.
Pada acara hari pertama diselenggarakan ceramah/arahan tentang Pekabaran Injil yang disampaikan oleh Pdt. Dahlia Vera Aruan, dengan tema “Komisi PI Ada untuk Menjadi Berkat” yang garis besarnya sebagai berikut.
Pekabaran Injil sering dipahami orang sebagai kegiatan menginjili seseorang untuk menjadi Kristen, karena itu kiprah PI hanya diwujudkan dalam kegiatan berkhotbah dan menerangkan dogma gereja. Bentuk pelayanan ini kemudian direspons negatif oleh masyarakat, sehingga muncul istilah kristenisasi. Bahkan ketika gereja mulai mengubah pemahaman ini, kecurigaan tetap terasa kental. Apalagi masih ada gereja yang memakai tindakan-tindakan sosial untuk membungkus tujuan sesungguhnya. Inilah tantangan yang dihadapi saat melakukan Pekabaran Injil. Kita harus dapat membuktikan ketulusan hati kita, namun sekaligus tetap berani mengabarkan Injil Yesus Kristus.
Hari kedua dilanjutkan dengan tema “Pemahaman Tentang Pekabaran Injil”:
- Panggilan untuk bersaksi adalah panggilan yang datang dari Tuhan Yesus sendiri. “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk!’” (Markus 16:15).
- Kuasa Roh Kudus memberi kemampuan kepada kita untuk bersaksi dengan benar. “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi bagi-Ku di Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi !” (Kisah Rasul 1:8).
- Kesaksian diberikan kepada siapapun tanpa batas, termasuk kepada para penganut agama atau aliran kepercayaan lainnya (Kis.2:14-40, 17:23-31).
- Menyatakan kabar baik, bahwa di dalam Yesus Kristus segala dosa diampuni dan kehidupan damai/syalom akan terwujud.
Gereja dipanggil untuk tetap bersaksi, juga kepada orang-orang dari agama lain, namun cara-cara yang digunakan harus kontekstual dengan situasi di mana kita berada. Bentuk kesaksian yang dapat kita lakukan saat ini adalah:
- Terbuka untuk dialog. Kita menghargai dan memahami apa yang dipercaya oleh pihak lain tanpa kehilangan identitas iman dalam Yesus Kristus dan bukan dengan tujuan kristenisasi.
- Percakapan-percakapan tentang kasih Allah, dan
- Kesaksian dalam kata yang diwujudkan secara holistik (menyeluruh) demi terciptanya keadaan damai dan sejahtera, misalnya melalui proyek-proyek sosial kemasyarakatan.
Hal ini bukanlah tugas yang mudah, karena konsekwensi adalah:
- Diterima dengan baik.
- Diacuhkan atau tidak direspons sama sekali/dianggap angin lalu.
- Ditolak: mengalami penderitaan dan kesulitan.
Namun apa pun reaksi pihak lain, kita tidak boleh menghentikan karya PI kita. Kita harus bersikap sabar, cerdik, tulus, tekun dan setia, serta memiliki sikap sebagai seorang pelayan yang siap diutus Tuhan. Reaksi dari pihak yang dilayani bukan merupakan tanggung jawab kita. Sebagai pelayan, tugas kita adalah terus melayani dengan baik, benar, santun dan bertanggung jawab.
Yang Perlu Disiapkan untuk Melaksanakan Pekabaran Injil:
1. Memiliki pemahaman iman kekristenan yang benar dan sehat
Agar kita menghayati identitas kita dan tidak mudah terombang-ambing. Sebagai pelayan, kita harus memiliki ketekunan untuk mengenal dan mendalami Firman Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama-sama, Kita harus selalu ingin belajar karena hal itulah yang membuat kita semakin berkembang dalam pelayanan. Jangan kita cepat merasa sudah tahu dan cukup puas dengan mengikuti kebaktian pada hari Minggu, PA Wilayah, atau Persekutuan Wilayah.
2. Menunjukkan keteladanan dalam sikap hidup keseharian
Kita patut memperhatikan bagaimana kita hidup di tengah-tengah masyarakat, karena hal itu akan menjadi kesaksian yang dengan sendirinya berbicara kepada mereka. Perubahan cara hidup pun harus dimulai dari diri kita sendiri, baru kemudian menular kepada yang lain. Kalau dulu kita malas, senang berjudi, atau hidup tak kudus, kita harus meninggalkan semuanya secara total. Kita perlu menyadari bahwa pelayanan kita adalah pembelajaran dan pembentukan Tuhan yang dimulai dari diri kita untuk menyangkal diri dan tidak mementingkan diri sendiri. Jabatan dan pemujaan diri harus dihilangkan dalam pelayanan. Jangan kita gusar bila pihak lain menganggap diri kita tidak berarti dan merendahkan kita. Walau sikap itu menyakitkan, kita harus menerimanya dengan besar hati untuk mendorong pelayanan yang lebih baik.
Dalam Alkitab ada dua model keteladanan yang cukup menonjol, yaitu keteladanan gembala dan keteladanan hamba Tuhan. Gembala berasal dari golongan rakyat jelata, dan hamba adalah manusia yang diperlakukan sebagai harta pada zaman dahulu kala. Keduanya adalah jenis pekerja yang tidak dihormati walaupun telah melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh.
- Model keteladanan gembala menekankan pada upaya-upaya dan tindakan-tindakan yang selalu dilakukan olehnya dalam menyejahterakan kawanan domba yang digembalakannya. Ini adalah keteladanan kepemimpinan di Israel.
- Keteladanan hamba Tuhan menekankan pada kesediaan dan kerelaannya untuk menderita demi kepentingan misi yang diembannya, meskipun ia tidak bersalah. Model ini dinyatakan oleh Tuhan Yesus yang rela menderita dan mati demi keselamatan manusia.
Kedua model ini memberi gambaran yang jelas tentang fungsi dan keberadaan pelayan. Ia seorang pemimpin yang memberikan pelayanan yang baik dengan memperhatikan dan menolong orang-orang yang dipimpinnya. Kehormatan seorang pemimpin adalah ketika ia melakukan pelayanannya dengan baik dan dengan kerendahan hati sebagai pelayan yang menghamba. Kedua model keteladanan inilah yang harus mewarnai kiprah pelayanan kita.
3. Menunjukkan ketekunan dalam memperjuangkan karya dan keteladanan.
Sungguh hal ini tidak mudah dilakukan. Tanpa ketekunan, kita akan mudah menyerah, putus asa bahkan bisa jatuh ke dalam dosa yang dalam. Untuk itu kita harus ingat bahwa semuanya kita lakukan dalam pimpinan kuasa Roh Kudus yang memberikan kekuatan dan kemampuan kepada kita.
4. Meneladani Yesus Kristus sebagai dasar pelayanan Kristiani
Gereja hadir untuk memberikan pelayanan yang mengacu pada pelayanan Kristus dan bertanggung jawab kepada-Nya. Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus menasihatkan mereka untuk tidak menyombongkan diri (1 Kor. 3:18-4:6). Pelayanan ditentukan oleh Kristus untuk membawa karya Kristus ke dalam kehidupan gereja, sehingga gereja melakukan pelayanan yang sama ke dalam dunia.
Prinsip dasar hubungan pelayanan dengan gereja:
- Kristus yang telah mati bagi semua orang dan
- Karya Kristus, yaitu pendamaian.
Pekabaran Injil bukan hanya terbatas pada hal berbicara dan berkhotbah tentang berita keselamatan. Pekabaran Injil berarti menghadirkan Kristus di dunia. Pelayanan pertama-tama ditujukan kepada gereja, supaya gereja menghadirkan pelayanan Kristus di dunia. Kristus telah memulainya dalam gereja agar gereja menjadi berkat.
Sesi terakhir adalah Suara Peserta Retret yang dipimpin oleh Pnt. Agus Hamdani. Dalam acara ini, setiap peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan usulan maupun kendala di lapangan secara bebas dan terbuka sebagai bahan masukan bagi Majelis maupun pengurus Komisi PI untuk menata kembali program dan strategi pelaksanaannya.
Acara retret ditutup dengan makan siang dan foto bersama. Rombongan berpisah tetapi tetap akan bersatu dalam tugas dan pelayanan yang Tuhan telah percayakan bagi Komisi Pekabaran Injil GKI PI.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.