Kata malaikat terdapat di hampir seluruh Alkitab kita, di dalam 39 kitab Perjanjian Lama (PL) dari Kejadian sampai Maleakhi, dan di dalam 27 kitab Perjanjian Baru (PB)
dari Matius sampai Wahyu.
Pdt. Thomas Kartomo, dalam ceramahnya di depan para anggota Komisi Usia Lanjut GKI Maleo Raya, mengatakan bahwa kata malaikat terdapat 114 kali di dalam PL dan 163 kali di dalam PB. Di dalam kitab Musa saja (Kejadian hingga Ulangan) kata malaikat muncul 32 kali, tetapi kata itu paling sering muncul di dalam kitab Wahyu, yaitu sampai 63 kali.
Dalam buku “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,” antara lain disebutkan bahwa malaikat adalah utusan atau pesuruh Allah (dalam bahasa Ibrani disebut mal’akh dan dalam bahasa Yunani angelos), yang mengenal Allah muka dengan muka, karena itu mempunyai kelebihan dari manusia. Disebutkan juga bahwa malaikat adalah makhluk ciptaan Allah dan mempunyai kemauan bebas seperti manusia, karena itu bisa terpengaruh terhadap godaan dan dosa, sehingga jatuh dan menjadi Iblis atau Setan, sang penguasa kejahatan (lihat antara lain Ayb. 4:18; Mat. 25:41; 2 Petr. 2:4; Why. 12 9).
Di antara para malaikat tersebut ada yang punya nama, antara lain Gabriel, malaikat yang memberi kabar suka cita tentang akan lahirnya Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus (Luk. 1:26-38), dan Mikhael yang memberi semangat untuk tetap bertahan kepada Daniel (Dan.10:13) serta memimpin kekuatan bersama malaikat-malaikat lainnya untuk menghukum Iblis (Why. 12:7).
Dan jangan lupa bahwa pada saat Yesus Kristus datang untuk kedua kalinya nanti, Ia akan diiringi oleh para malaikat (lihat Mat.16:27). Menurut buku tersebut, “para malaikat lebih kuat dan lebih berkuasa dari manusia” (lihat antara lain 2 Sam. 14:17, 20 dan 2 Petr. 2:11). Dalam banyak kutipan, malaikat sering disamakan dengan Tuhan dan berbicara bukan hanya dalam nama Tuhan tetapi sebagai Tuhan (lihat misalnya pembicaraan malaikat dengan Hagar pada Kej. 16:10 dan Kej. 21:17), walau lebih sering kedudukan mereka dinyatakan sebagai utusan-Nya (lihat antara lain 2 Sam. 24:16). Tetapi menyangkut malaikat ini memang masih banyak hal yang misterius seperti kapan mereka diciptakan, di mana mereka berdiam sekarang, berapa banyak jumlah mereka dsb., karena memang Alkitab tidak secara tegas menyatakan hal tersebut.
Alkitab pada umumnya menggambarkan malaikat sebagai suatu makhluk rohani yang terpisah dari Allah, tetapi dengan integritas, kebajikan dan kepatuhan yang tidak diragukan lagi. Dalam banyak hal malaikat digambarkan sebagai makhluk surgawi yang diutus Allah untuk berurusan dengan manusia sebagai agen dan/atau juru bicara pribadi-Nya. Oleh karena itu, Alkitab edisi Study yang baru diterbitkan LAI pada tahun 2010 juga mengatakan bahwa kata malaikat seakar dengan kata Ibrani mal’akh yang berarti utusan. Malaikat membawa pesan dari Allah kepada manusia, namun malaikat terkadang lebih dari sekadar membawa pesan. Ia juga bertindak sebagai wakil Allah, dengan menghukum orang yang berdosa dan kuasa jahat lainnya (lihat antara lain Kel. 23:23, Yes. 37:36).
Malaikat menampakkan diri dalam berbagai wujud, seperti kepada Musa yang melihatnya dalam nyala api (Kel. 3:2), Yakub melihatnya turun-naik di tangga langit dan bumi (Kej. 28:12), malaikat yang bernama Gabriel terbang ke Daniel dalam Dan. 9:21 dan malaikat bernama Mikhael pada Dan. 10:13 datang dalam mimpi seperti kepada Yusuf pada Mat. 1:20.
Alkitab menekankan juga bahwa malaikat dikenal sebagai makhluk rohani yang berjuang sebagai utusan Allah untuk berperang mengalahkan Iblis dan roh jahat. Perhatikan misalnya ketika Yusuf yang “tulus hati” tidak mau mencemarkan nama isterinya, Maria, dan hendak menceraikannya dengan diam-diam, maka malaikat Tuhan datang melalui mimpi untuk menasihatinya (lihat Mat. 1:20), dan ingat juga kisah Daniel yang aman di gua singa setelah ia berdoa (Dan. 6:23), karena para malaikat menjaganya. Oleh karena itu, di dalam Alkitab ditekankan agar kita “jangan lupa memberi tumpangan kepada orang (maksudnya menolong orang susah), sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat” (Ibr. 13:2).
Di bagian kedua tentang “Penciptaan Dunia Spiritual,”buku “Teologi Sistematika” karangan Louis Berkhof (LRII, Ed. 2002, hal. 263-277) mengungkapkan bahwa beberapa ahli teologia, baik dari kalangan Protestan maupun Katolik, beranggapan bahwa malaikat merupakan roh-roh yang diberkati, mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dari manusia dan bebas dari ikatan tubuh jasmani yang kotor, tetapi keberadaannya di bawah batasan tempat.
Adapun penampakan malaikat dalam beberapa kejadian yang sering kita temui dalam Alkitab mengambil tubuh jasmani (duniawi) yang bersifat sementara untuk tujuan pewahyuan. Sebagian bapak gereja pada abad mula-mula berpendapat bahwa para malaikat itu semula diciptakan dalam keadaan baik dan mempunyai tubuh spiritual, tetapi beberapa di antara mereka menyalahgunakan kebebasan itu dan dijatuhkan Allah. Iblis pada awalnya adalah seorang malaikat dengan derajat yang tinggi, kemudian direndahkan oleh Allah karena kesombongan dan ambisinya yang berdosa. Ditekankan oleh buku tersebut bahwa keberadaan para malaikat tersebut hanya secara spiritual. Mereka tidak mempunyai tubuh dan tidak dapat dilihat oleh manusia.
Malaikat, sebagaimana juga hantu, tidak mempunyai daging dan tulang (Luk. 24:39), tidak kawin-mengawin (Mat. 22:30), dapat berada dalam jumlah besar dan dalam tempat terbatas seperti “legion” (Luk. 8:30), tidak dapat dilihat (Kol. 1:16). Mereka mempunyai rasio dan moral, tidak dapat mati, pengetahuan mereka lebih tinggi daripada manusia tetapi tidak maha tahu seperti Allah (perhatikan antara lain 2 Sam. 14:20, Ef. 3:10, 1 Petr. 1:12, 2 Petr. 2:11, Mat. 24:30 dan Luk. 20:36). Akan tetapi mereka tetap makhluk terbatas dan makhluk ciptaan Allah. Walaupun mereka lebih bebas dalam ruang dan waktu, tetapi mereka tidak dapat sekaligus berada dalam dua tempat yang berbeda. Jumlah mereka sangat banyak, karena para malaikat itu berulang kali disebut sebagai bala tentara kerajaan surga yang menunjuk pada jumlah yang besar seperti istilah legion di atas. Malaikat tidak seperti organisme, sebab mereka adalah roh atau makhluk rohani, mereka tidak menikah dan tidak melahirkan, jumlah mereka tetap seperti diciptakan sebelumnya sejak semula, jadi tidak ada kenaikan seperti jumlah manusia.
Eksistensi para malaikat seperti itu jelas dinyatakan dan semua agama menyadari dunia spiritual para malaikat tersebut. Gereja Kristen juga percaya pada berbagai tindakan mereka sebagai utusan Allah, walaupun Alkitab tidak berupaya untuk lebih menjelaskan eksistensi mereka. Natur malaikat memang berbeda dengan Allah karena malaikat adalah makhluk yang tidak dapat berada dalam segala tempat dan waktu dan para malaikat itu juga adalah makhluk ciptaan Allah (lihat antara lain dalam Kej. 2:1, Neh. 9:6, Mzm. 103:20-21, Mzm. 148:2-5 dan Kol. 1:16). Adapun waktu penciptaan mereka tidak dapat ditentukan dengan tepat, walau ada yang mengatakan mereka diciptakan sebelum penciptaan segala sesuatu di bumi, tetapi ayat yang menegaskan hal tersebut tidak terdapat di dalam Alkitab. Mungkin tampaknya satu-satunya keterangan yang aman ialah bahwa mereka diciptakan sebelum hari ketujuh sesuai firman di Kej. 2:1, Kel. 20:11 dan Neh. 9: 6.
Perlu kiranya dikemukakan bahwa malaikat memang mempunyai peranan penting dalam agama Yahudi Perjanjian Lama, karena itu penulisan kata-kata menyangkut malaikat dalam Alkitab juga sangat mempengaruhi para penulis kitab-kitab tersebut. Menurut pengalaman mereka, hal ini terjadi karena para malaikat memiliki peranan yang begitu penting di hadapan Allah, sehingga umat Yahudi menganggapnya sebagai makhluk perantara antara Allah dengan manusia. Beberapa tulisan yang menyebutkan peranan para malaikat itu adalah:
- Hukum Taurat diberikan dengan perantaraan para malaikat (Kis.7:53, Gal.3:19, Ibr. 2:2).
- Malaikat merupakan pasukan Allah (Yos. 5:14, 1 Raj. 22:19).
- Malaikat memberi bimbingan kepada umat Israel untuk menyeberangi Laut Teberau (Kel. 14:19).
- Malaikat ditugaskan menjadi pelindung bagi orang benar (Mzm. 91:11-12, Dan 6:23).
Akan tetapi para penulis Perjanjian Baru menekankan bahwa kedudukan Yesus jauh lebih tinggi daripada semua malaikat (Ibr. 1: 2-5), karena Dia adalah Esa dan perantara sejati antara Tuhan dan manusia (lihat 1 Tim 2:5 dan Filp.2:9).
Penulis Ibrani terutama menekankan kedudukan Yesus yang jauh lebih tinggi itu:
- Para malaikat menyembah Yesus dan yang disembah tentu jauh lebih agung dari yang menyembah (Ibr. 1:6).
- Yesus adalah Raja yang duduk di takhta Allah sedang para malaikat adalah pelayan yang bertugas di hadapan Allah (Ibr. 1 :7-8, 13-14).
- Yesus memiliki sifat yang mulia (Ibr. 1:5-7), karena Yesus adalah Tuhan, Sang Juru Selamat, dan Imam Besar. Kedudukan-Nya jauh lebih tinggi daripada Musa dan Harun, (lihat Ibr.1 s/d 8).
Para malaikat dengan uraian di atas dapat juga dipahami sebagai utusan Tuhan yang menjadi penolong dan penopang hidup orang benar. Oleh karena itu Rasul Paulus menekankan agar kita mempersenjatai diri dengan perisai iman berupa firman Tuhan agar tetap menang dalam menjalani hidup yang penuh gejolak. Firman di dalam Ef. 6:16 berkata, “…dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat.” Perhatikan misalnya sikap Tuhan kita, Yesus Kristus, yang walau dicobai dengan berbagai godaan yang menggiurkan ketika Ia lapar setelah berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam, tetap teguh dan hidup dalam ketaatan kepada Allah sebagaimana tema khotbah dalam kebaktian Minggu tanggal 13 Maret 2011 yang lalu. Perhatikan ayat terakhir Injil Matius 4:1-11 yang menjadi sumber khotbah tersebut, sebgai berikut, “Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.” Jadi, kalau kita mau menang dalam menjalani setiap godaan, kita perlu mencontoh sikap Yesus dengan memahami firman Tuhan dan melakukannya dalam sikap dan perbuatan kita. Janganlah kita meniru jemaat di Laodikia yang suam-suam kuku dan hanya mementingkan harta duniawi sehingga ditegur oleh Allah, tetapi carilah Dia agar menang, karena “Barang siapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan-Ku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya” ( lihat Why. 3: 21).
Selamat memahami dan melakukan ajaran Alkitab, Tuhan memberkati dan memberi kekuatan.
R. Sihite
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.