Rabu Abu, yaitu hari Rabu sebelum Pra-Paska pertama atau empat puluh hari sebelum hari Jumat Agung (dihitung tanpa hari Minggu) adalah permulaan Masa Pra-Paska, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita. Inilah titik awal bagi kita untuk mengingat dan merenungkan 40 hari perjalanan Tuhan hingga berujung pada kebangkitan-Nya.
Setiap perbuatan, pengajaran dan sabda Tuhan Yesus Kristus semakin dimengerti dalam satu benang merah, yaitu Karya Keselamatan Sang Bapa. Dalam masa empat puluh hari ini kita diberi kesempatan untuk bertobat, dibaptiskan menjadi bagian dari tubuh Kristus. Selama 40 hari ini kita diajak juga untuk menghayati masa-masa Pra-Paska, dengan melakukan pemeriksaan diri, penyesalan, doa, puasa, dan kemurahhatian; juga melalui pembacaan dan perenungan terhadap Firman Tuhan.
Sejak tahun 2005, Panitia Paska GKI Pondok Indah telah mengadakan juga ibadah Rabu Abu di GKI Pondok Indah. Pada tahun 2011 ini, tema ibadah Rabu Abu adalah “Koyakkanlah Hatimu, Bukan Pakaianmu”. Tujuan yang ingin dicapai ialah menyampaikan bahwa pertobatan bukan sekadar simbol melainkan harus terjadi di dalam hati, betapapun menyakitkannya. Berbeda dengan biasanya, tahun ini ibadah Rabu Abu dilakukan dalam bentuk Lessons & Carols, yaitu suatu bentuk ibadah yang hanya berisi pembacaan Alkitab, doa dan nyanyian bersama.
Ibadah Rabu Abu dibuka dengan sebuah pantomim yang menggambarkan situasi di dunia, betapa manusia menyalahgunakan tangan-tangan yang diberikan oleh Allah.
Ketika Tuhan menciptakan manusia,
Ia memberikan kepada mereka sepasang tangan.
Tuhan memberikan kepada manusia tangan untuk membangun,
Tapi ia belajar menghancurkan.
Tuhan memberikan tangan untuk menunjukkan kasih sayang,
Tapi manusia belajar menyakiti.
Tuhan memberikan kepada manusia tangan untuk menolong,
Tapi ia belajar melukai.
Tuhan memberikan tangan untuk memberi,
Tapi manusia belajar mencuri.
Tuhan memberikan kepada manusia tangan untuk mengundang,
Tapi ia belajar untuk menolak.
Tuhan memberikan tangan untuk memerhatikan,Tapi manusia belajar bersikap acuh.
Tuhan memberikan kepada manusia tangan untuk melindungi,
Tapi ia belajar untuk membunuh.
Tuhan memberikan tangan untuk berdoa,
Tapi manusia belajar menyumpahi.Karena itu, Tuhan mengirimkan seseorang yang tangan-Nya
Menunjukkan kasih sayang,
Menolong,
Memberi,
Mengundang,
Memerhatikan,
Melindungi,
Memberkati.Tapi tangan-tangan yang lain memaku-Nya ke kayu salib…
Tangan Pilatus,
Tangan prajurit Romawi,
Tangan orang Yahudi,
Tangan mereka yang tidak percaya,
Tangan tangan kita…
Tangan saya!Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh
hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)
Ibadah kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Alkitab tentang penciptaan alam semesta membuat kita mengingat kembali tujuan Allah Bapa menciptakan manusia. Dan betapa kita, manusia, telah menyalah gunakan semua kuasa yang telah Tuhan berikan itu. Hanya karena kasih Allah yang mahabesar, umat manusia mendapat kesempatan untuk berdamai dengan Bapa di surga. Apabila kita mau bertobat dan percaya kepada Tuhan, maka Tuhan akan menebus kita dari maut. Pertobatan kita ditandai oleh abu yang dioleskan di kening pada akhir ibadah Rabu Abu tersebut. Yang menarik, ibadah Rabu Abu tidak ditutup dengan eksplisit, sebagai tanda bahwa masa raya Paska baru dimulai dan pertobatan harus dijalankan sepanjang waktu tersebut. Setelah maju ke depan untuk menerima pengolesan abu yang dilakukan oleh 3 orang pendeta yaitu Pdt. Purboyo Susilaradeya, Pdt. Rudianto Djajakartika dan Pdt. Riani Josaphine, umat dipersilakan untuk langsung meninggalkan ruangan ibadah.
Pada kesempatan ini, umat yang hadir juga mendapatkan amplop berwarna ungu yang merupakan amplop puasa. Amplop puasa ini meneruskan tradisi setiap tahun yaitu mengajak jemaat untuk melakukan puasa tertentu sepanjang masa raya Paska. Puasa ini dapat dipilih sendiri oleh anggota jemaat. Misalnya, anggota jemaat yang merokok diajak untuk puasa merokok selama masa raya Paska. Atau, yang biasa makan di restoran, diajak untuk mengurangi frekuensi makan di restoran tersebut. Kemudian, jemaat diajak untuk memberikan persembahan yaitu hasil dari puasa yang dilakukan melalui amplop ungu tersebut. Persembahan yang terkumpul rencananya akan disalurkan oleh panitia melalui tim Bulan Peduli GKI Pondok Indah. Selain itu, panitia juga menyediakan sebuah gelang bertuliskan LIHATLAH MANUSIA ITU yang dapat dipakai untuk mengingatkan jemaat agar hidup seperti Kristus hidup.
Minggu-minggu Pra-Paska di GKI Pondok Indah mengajak jemaat untuk belajar bagaimana dapat hidup seperti Kristus hidup. Setiap Minggu, jemaat diajak melihat tayangan video tentang kehidupan Yesus yang kemudian dibahas secara mendalam dalam khotbah hari itu. Hari Minggu setelah Rabu Abu adalah Pra-Paska pertama yang bertemakan Hidup Dalam Ketaatan. Ada pergumulan dalam pertobatan, karena itu dibutuhkan ketaatan. Pada Pra-Paska kedua yaitu hari Minggu tanggal 20 Maret 2011, dengan tema: Hidup Dalam Roh Bukan Dalam Daging, mengingatkan kita untuk selalu hidup dipimpin oleh Roh, karena ketaatan itu berarti hidup dalam Roh.
Pada Pra-Paska ketiga, dengan tema Hidup Penuh Kasih Karunia mengajak kita untuk dapat menerima setiap orang, tanpa kecuali. Pra-Paska keempat, 3 April 2011, dengan tema Hidup Melihat Rencana Tuhan mengajak kita untuk peka melihat rencana Tuhan dalam diri setiap orang.
Pra-Paska kelima, yaitu tanggal 10 April 2011, dengan tema Hidup Yang Memulihkan, mengajar kita memulihkan hidup kita dengan memiliki empati kepada orang lain. Karena Allah sudah memberikan contoh kepada kita, sebagai berikut:
- Cinta Allah membuat kita tak terpisah dari Dia.
- Sang Cinta itu berinkarnasi menjadi Manusia dan hidup melulu mencintai.
- Cinta Allah memberi kehidupan sejati.
Pra-Paska keenam, yaitu minggu Pra-Paska yang terakhir, dikenal juga sebagai Minggu Palma. Minggu Palma memperingati masuknya Yesus ke Yerusalem yang disambut oleh arak-arakan bangsa Israel. Jemaat di GKI Pondok Indah pun diajak merasakan kemeriahan tersebut, namun belajar hidup seperti Yesus yang Hidup dengan Hati Seorang Hamba. (Aiko)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.