Joyful Weekend adalah retret jemaat GKI Pondok Indah dan tahun ini merupakan penyelenggaraan keempat setelah pertemuan di Jambuluwuk-Bogor tahun lalu. Kali ini, retret diadakan di MDC-Gadog Ciawi pada tanggal 15–17 Oktober 2010 dengan tema “Berbuah Bagi Kristus”.
Tema ini diambil dari Yohanes 15:1-8. Latar belakang pemilihan tema ini antara lain karena kehidupan kita sering kali sudah terfokus pada tuntutan dunia sehari-hari. Kita belum meletakkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita, dalam segala aspek kehidupan kita. Masih ada gap di antara kehidupan dunia dan kehidupan kita sebagai anak-anak Allah. Hal inilah yang ingin dijembatani melalui program retret Joyful Weekend ini.
Hari Pertama
Perjalanan dari Jakarta (GKI Pondok Indah, tentunya) ke Gadog-Ciawi yang biasanya menempuh waktu paling lama 1,5 jam, pada sore hari tanggal 15 Oktober 2010 itu tidak lancar, karena rata-rata para peserta membutuhkan waktu 3 jam lebih untuk sampai ke sana. Namun rupanya semangat untuk menikmati dan mengalami “Joyful Weekend” memantapkan hati mereka untuk tetap mengikuti retret ini.
Ice breaking pada pukul 20.45 yang dipimpin oleh Ibu Lala mencairkan suasana kelelahan dan ketegangan selama perjalanan, dan menyiapkan semua peserta untuk memulai retret ini.
Para peserta dewasa mengikuti sesi pertama yang bertemakan “Do the Rest, as Best You Can. A spiritual alternative to the do–the-best-God-will-do-the-rest trap” yang disampaikan oleh Pdt Joas Adiprasetya, di mana Pak Joas menjungkirbalikkan pepatah Kristen populer: Do your best and God will do the rest. Para peserta retret terlihat antusias mendengarkan pengertian yang baru ini. Mereka juga diingatkan bahwa manusia adalah ludah dan tanah, yang dapat dipakai oleh Tuhan dengan luar biasa.
Setelah sesi pertama ini usai dan sebagian peserta beristirahat malam, masih ada beberapa lainnya yang asyik menikmati durian sebelum beranjak tidur.
Hari Kedua
Pengalaman tidur tanpa pendingin udara mengawali saat teduh pagi pukul 06.00. Sebagian membuka jendela kamar mereka (yang berkawat nyamuk) untuk merasakan dinginnya udara pagi yang berkisar antara 20 derajat Celcius.
Kegiatan Anak-Anak
Anak-anakpun mengawali hari kedua ini dengan saat teduh untuk bersyukur dan menghayati kasih Allah yang mengendalikan hidup kita.
Anak-anak dari usia balita, sekolah dasar dan remaja pun memasuki sesi pertama mereka dengan tema “Who am I? I am Special” yang difasilitasi oleh teman-teman I Learning dari Bandung. Melalui sesi ini anak-anak diajar untuk mengenal siapa diri mereka, untuk apa mereka ada dan maksud penempatan Tuhan bagi mereka dan diharapkan mereka menyadari bahwa mereka benar-benar istimewa bagi Tuhan.
Sesi kedua dengan tema “Why me, Lord” mengajak anak-anak untuk menyadari mengapa mereka perlu sebaik-baiknya melakukan peran yang diharapkan Tuhan, yaitu harus berbuah dengan contoh kisah Yusuf dan Daud.
Sesi ketiga dengan tema “Aku Bagian Dari Rencana Tuhan” mengajak anak-anak untuk melihat kehidupan mereka selama ini, apakah sudah sesuai atau belum dengan kehendak Tuhan. Mereka diajak untuk membuat grafik kehidupan sebagai bagian dari rencana dan komitmen hidup yang harus dijalani.
Sesi keempat dengan tema “Relasi Dengan Tuhan” mengajar anak-anak untuk memulihkan/memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan tentang proses pruning (membuang hal-hal yang tidak penting) yang dilakukan Tuhan dalam hidup mereka masing-masing.
Sesi kelima dengan tema “Actionku Dalam Keluarga” mengajak anak-anak untuk memahami berbagai cara guna berbuah dalam keluarga, sebagai anggota keluarga dan bagi lingkungan sekitar keluarga.
Sesi keenam dengan tema “My ministry and my commitment” mengajak anak-anak untuk berperan dalam pelayanan gereja dan tidak hanya sebagai peserta ibadah.
Sekalipun harus mengikuti 6 sesi, namun mereka tetap bersuka-cita. Anak-anak balita pun belajar mewarnai, melipat kertas (membuat kodok), membuat bunga yang akan dipersembahkan untuk orangtua, belajar menyanyi dan menari untuk kebaktian hari Minggu.
[nggallery id=42]
Kegiatan Dewasa
Saat teduh dengan tema melakukan firman Tuhan seperti membangun rumah di atas batu, semakin memantapkan peserta untuk memasuki hari kedua retret.
Pak Aldo Tobing mengawali sesi kedua dengan memberikan kesaksian bagaimana hidupnya diubahkan sehingga dapat berakar dan berbuah bagi Kristus.
Sesi kedua yang bertemakan “Membina Hubungan dengan Tuhan. Utopia atau Realita?” disampaikan oleh Pdt. Daniel K Listijabudi. Pada awal sesi ini, beliau bertanya kepada para peserta retret, mengapa Tuhan tidak kelihatan? Hal ini disebabkan karena pandangan kita kabur sehingga kita tidak melihat-Nya, sama seperti layar bioskop yang tidak kelihatan ketika film diproyeksikan, karena perhatian kita terserap oleh film sehingga tidak melihat layarnya.
Selanjutnya beliau bertanya, di mana kita bisa menemukan Tuhan. Tuhan ada di sini dan sekarang ini, dan kita dapat berhubungan dengan-Nya melalui doa. Kita diajar untuk berdoa seperti Tuhan Yesus: murni dan bukan pamer rohani, sederhana tapi bermakna. Kita dapat berdoa setiap saat, kapan pun kita mau.
Pdt. Daniel juga menyampaikan bahwa Mazmur 103 secara keseluruhan merupakan doa ungkapan syukur para pendosa di hadapan Tuhan, dan kesadaran bahwa kita ini hanyalah debu belaka. Secara guyon beliau bercerita tentang seorang temannya bernama Rudi yang hobinya “bertobat.” Memang temannya ini memanfaatkan kedebuannya untuk berbuat dosa dan kemudian bertobat lagi. “Toh Bapa menjauhkan segala pelanggaran kita sejauh Timur dari Barat,” dalihnya. (Kisah Rudi jangan dicontoh, Redaksi)
Pada akhirnya kita diajak merenungkan sejauh mana kita menikmati hubungan kita dengan Tuhan.
Sesi ketiga dengan tema “Menuju Ke Pemurnian Hidup Spiritual” merupakan lanjutan dari sesi kedua dan juga dibawakan oleh Pdt. Daniel K. Listijabudi. Pembawaannya yang penuh humor namun berbobot membuat peserta tidak merasa lelah mengikuti penjelasannya.
Setelah pada sesi sebelumnya kita diingatkan bahwa kita adalah ludah dan tanah, lalu bahwa kita adalah debu, selanjutnya dalam sesi ini kita diingatkan bahwa kita hidup seperti kodok. Dari Senin sampai Sabtu kita hidup begitu sekuler, sedangkan pada hari Minggu, apalagi saat berada di gereja, kita hidup seolah-olah begitu suci dan jauh dari dunia sekuler. Kita hidup di dua alam. Itulah sebabnya Yesus berpesan di Yohanes 15:4 bahwa kita harus dibersihkan, agar semakin banyak berbuah. Hal ini berhubungan dengan kualitas batin (spiritualitas) kita bersama Tuhan.
Selanjutya peserta dibagi dalam kelompok dan dilakukan tes yang berjudul “Di balik Topeng Kasih Sayang.”
[nggallery id=43]
Sesungguhnya ada tiga hal yang sering kita lakukan:
- Menyenangkan diri sendiri dengan cara berbuat baik pada diri sendiri.
- Memberi kesenangan pada diri sendiri dengan cara berbuat baik kepada orang lain.
- Melakukan suatu tindakan baik supaya tidak usah merasa tidak enak.
Menurut pakar spiritualitas Anthony de Mello,
- Pilihan no. 1 sering disebut sebagai egosentrisme (ego/aku menjadi center/Pusat).
- Pilihan no. 2 juga adalah egosentrisme yang sudah diperhalus dan terselubung.
- Pilihan no. 3 paling parah namun paling sering dilakukan orang.
Sesungguhnya, yang menjadi korban dari tindakan kita di atas adalah Allah dan orang lain. Semua ini terjadi karena pada dasarnya setiap orang mempunyai kecenderungan untuk memiliki salah satu kelemahan ini: kuasa, harta, seks. Namun kita tidak sendirian. Rasul Paulus pun berjuang untuk itu. Karena itu, kita perlu merespons rahmat Tuhan dengan terus memurnikan hati.
Pada akhir sesi ini peserta diajak untuk menghayati dan bersama-sama menyanyikan doa Richard Chicester ketika akan meninggal dunia, yang berbunyi demikian:
Day by day, day by day
O dear Lord, three things I pray
To see Thee more clearly
Love Thee more clearly
Follow Thee more nearly, day by day
Follow Thee more nearly, day by day
Sesi keempat dengan tema “In The Market Place (Transforming Work Place For God)” merupakan suatu kesaksian pribadi dari Bapak Effendi Situmorang (mantan Direktur Pengembangan Pertamina dan Direktur Management Production Sharing Pertamina. Saat ini beliau menjabat sebagai Komisaris PT Pertamina EP).
Suasana segar masih diperlihatkan para peserta dalam sesi ini, yang dimulai pada jam berat setelah makan siang. Pembawaan yang kalem namun lugas dari Pak Effendi membawa para peserta kepada suatu pemahaman bahwa:
- Kehadiran kita di dunia ini adalah sebagai duta besar warga surga, yaitu sebagai murid Tuhan, untuk memenangkan jiwa melalui kesaksian hidup dan profesi masing-masing di tengah masyarakat dan khususnya di lingkungan kerja.
- Kesaksian hidup kita harus menjadi berkat bagi orang lain. Dengan berkat tersebut maka orang lain akan mencari sumber berkat, yaitu Tuhan Yesus.
- Menjalin hubungan yang intim dengan Yesus agar kita tetap dibersihkan oleh Tuhan melalui Firman-Nya.
Pada akhirnya, para peserta berkomitmen untuk membangun suasana ilahi di lingkungan kerja masing-masing.
Istri Pak Effendi, Ibu Caramella Situmorang, ikut memberi kesaksian bahwa kaum wanita perlu “berbuah bagi Kristus” in the market place, yaitu wanita dapat memberi kesaksian melalui pola hidup di mana pun mereka berada. Hal ini suatu tantangan yang menarik dan merupakan kehormatan dari Tuhan. Apalagi pada kenyataannya wanita sangat dekat dengan market, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai wanita karir.
[nggallery id=44]
Peran istri adalah sebagai penolong suami. Ia adalah penolong yang berharga, yang dapat dipercayai, yang rajin, kreatif dan tabah. Pengalaman hidup Ibu Caramella Situmorang tersebut sangat membuka hati dan meneguhkan para ibu rumah tangga yang hadir, karena peran mereka sangat penting bagi kelurga sehingga keluarga dapat “berbuah bagi Kristus.”
Memasuki sesi kelima bertemakan “Berbuah Bagi Kristus Dalam Keluarga” yang dimulai pada pukul 15.30, tidak membuat stamina para peserta retret menurun, sehingga membuat kagum pembicara sesi ini, Ibu Helen Pratama.
Pada sesi ini Ibu Helen mengingatkan pentingnya peran orangtua dalam mengasuh anak dalam keluarga, karena memerlukan:
- Hubungan dengan Allah yang benar,
- Menyatakan kehendak Allah,
- Memahami tahap perkembangan anak.
Secara khusus Ibu Helen juga mengingatkan perlunya orangtua memahami kemajuan teknologi seperti internet. Hal itu diperlukan untuk bisa membantu dan mengarahkan anak agar terhindar dari serbuan informasi yang dapat menyesatkannya.
Akhirnya, pada saat sebagian peserta beristirahat pada pukul 17.30, sebagian peserta early married dan single melanjutkan sesi keenam yang merupakan pembinaan selanjutnya dari Ibu Helen. Melalui sesi ini para peserta diharapkan dapat lebih mengidentifikasi opsi peran masing-masing dalam keluarga dan apa rencana Tuhan bagi mereka.
Setelah beristirahat dan makan malam, pada pukul 20.00 seluruh peserta memasuki sesi ketujuh dengan tema “Ministry and Dedication Service” yang disampaikan oleh Pdt. Wendy Pratama. Dengan keahliannya menggunakan alat peraga yang sangat menghibur dan mempesona peserta. Pdt. Wendy mengajak agar kita selalu taat kepada kehendak Tuhan. Beliau mencontohkan bambu yang dapat dibuat berbagai macam jenis suling, sehingga berbuah dan berguna serta tidak hanya sekadar merupakan sebatang bambu. Kita diajak untuk mengambil komitmen melayani di gereja. Hal ini bukan merupakan suatu pilihan namun keharusan. Bukan hanya sebagai penikmat kegiatan gereja, tetapi juga sebagai pelaku, pegiat dan pelayan serta melakukan semua itu dengan penuh suka-cita dan damai sejahtera bagi kemuliaan Tuhan.
Setelah mengikuti semua sesi, akhirnya para peserta retret dewasa dan anak-anak menyerbu mobil ketua panitia, Pak Eggy, untuk menikmati duren, sebelum istirahat malam.
Hari Ketiga
Hari Minggu ini merupakan kegiatan bersama bagi segenap anggota keluarga peserta retret. Kebaktian Minggu yang dipimpin oleh Pdt. Riani Josaphine bertemakan “Kristus Adalah Rumah Kita” mengingatkan orangtua dan semua peserta agar tetap berada di dalam rumah di mana Kristus ada di dalamnya, tetap berada di dalam kendaraan yang membawa anak-anak, dan tetap mengaku percaya bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat kita.
Sebelum mengakhiri ibadahnya, Pdt. Riani melakukan panggilan “altar call” kepada anak-anak untuk mau mengambil komitmen “Berbuah Bagi Kristus” dan ternyata semua anak merespons panggilan ini sehingga membawa rasa haru dan bahagia bagi para orangtua, opa oma, opung, om dan tante. Selain itu mereka secara bersama menyanyikan lagu pujian dan mempersembahkan bunga bagi para orangtua. Suasana sukacita yang luar biasa pada akhir Minggu (“Joyful Weekend”) dirasakan oleh semua peserta.
Suka cita semakin meluap saat acara bermain bersama yang difasilitasi oleh I Learning. Ada 8 permainan yang kesemuanya membutuhkan partisipasi aktif dari setiap anggota keluarga, bisa dimainkan oleh semua peserta mulai dari balita sampai dengan dewasa. Hal ini ternyata tidak hanya mempererat hubungan dalam satu keluarga, namun juga dengan anggota keluarga yang lain.
Pada pukul 12.00 siang, setelah makan siang, acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Pdt. Riani. Semua peserta pun pulang ke rumah masing-masing dengan penuh suka-cita karena dapat menikmati akhir minggu bersama Tuhan dan keluarga. Sampai bertemu di Joyful Weekend selanjutnya. Tuhan memberkati. (DC)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.