Ketika Yesus berkata: “Akulah pokok anggur yang benar,” Ia mengucapkannya di hadapan para murid yang sangat mengenal apa itu pohon anggur. Sebuah tanaman yang lazim dijumpai di sana pada masa itu. Dan sekarang, ucapan yang saya kita dengarkan sebagai orang Indonesia yang sebagian besar tidak akrab dengan pohon anggur. Kita lebih akrab dengan pohon kelapa atau pohon pepaya.
Alhasil, ketika Yesus berkata, “Akulah pokok anggur yang benar,” yang dibayangkan oleh banyak orang Indonesia adalah sebuah batang pohon yang besar dengan ranting di atasnya. Imajinasi ini diperkuat dengan penerjemahan kata-kata aslinya menjadi “pokok anggur,” padahal aslinya adalah “pohon anggur.” Itu sebabnya, dalam renungan warta 3 Oktober lalu, saya mengutip dari terjemahan Klinkert tahun 1863, yang ternyata lebih tepat menerjemahkannya: “Akoe ini pohon-anggoer jang betoel.”
1
Ketika Yesus berkata, “Akulah pohon anggur yang benar,” maka pastilah orang-orang Yahudi yang paham Kitab Suci mereka akan kaget mendengarnya. Ini kalimat yang mengejutkan, sebab begitu banyak teks di dalam Kitab Suci mereka, yang kita kenal sebagai Perjanjian Baru, mengatakan bahwa Israellah pohon anggur pilihan Allah. Ini gambaran eksklusif untuk umat Allah. Dan sekarang, Yesus mengatakan: AKULAH POHON ANGGUR YANG BENAR. Dengan kata lain… Israel adalah pohon anggur yang salah. Mengapa salah?
Hosea 10:1-2 misalnya mengecam Israel yang adalah pohon anggur, tapi kemudian mendirikan mezbah-mezbah untuk dewa-dewa. Mereka tinggalkan Allah mereka. Dan sekarang, Yesus hadir, mengatakan, “Aku pohon anggur yang benar,” tapi Anda harus baca secara utuh, “dan Bapa-Kulah pengusahanya.” Bisa juga dibaca begini: “Akulah pohon anggur yang benar SEBAB Bapakulah Pengusahanya.” Benar, karena punya relasi yang benar dengan Allah yang benar.
Kebenaran tidak ditentukan dari buah yang dihasilkan. Tidak ditentukan dari outputnya. Tidak ditentukan oleh apa kata mayoritas. Tidak ditentukan oleh logics atau argumentasi yang mantap. Israel menyebut dirinya pohon anggur, tetapi klaim itu tidak benar-benar membuat mereka sebuah pohon anggur yang benar. Mengklaim diri benar tidak otomatis membuat diri benar.
Abraham Lincoln suatu kali berdebat dengan saingan politiknya yang ndableg. Si pesaing itu berusaha keras menunjukkan bahwa argumentasinya benar. Sampai pada satu kesempatan, Lincoln berkata kepada si pesaingnya: “Baik… berapa banyak kaki yang dimiliki oleh seekor sapi?” “Tentu saja empat,” jawab si pesaing. Lalu Lincoln melanjutkan, “Anda benar. Namun sekarang, seandainya Anda mengatakan ekor sapi itu sebagai kaki, berapa banyak kaki yang sekarang dimiliki oleh sapi itu?” Dan si pesaing itu berkata, “Tentu saja lima.” Lalu Lincoln pun berkata, “Nah, Anda keliru. Menyebut ekor sapi sebagai kaki tidak membuatnya benar-benar menjadi kaki.”
Israel mengklaim diri benar. Tapi itu tidak membuat mereka benar. Tapi benar ditentukan dari relasi dengan Sang Kebenaran itu sendiri. Relasi Yesus dengan Sang Bapa begitu akrabnya, hingga Yesus berkata: Aku di dalam Engkau dan Engkau di dalam Aku.
Maka, perjalanan kehidupan kita pun akan menjadi sebuah perjalanan yang benar, jika kita mengandalkan relasi yang benar dengan Allah yang benar. Tidak ada jalan lain.
2
Pohon anggur adalah totalitas seluruh ranting-rantingnya. Ketika ranting-ranting itu menyatu, pilin-memilin, jalin-menjalin, itulah pokok anggur. Tentu saja ada batang yang terus masuk ke dalam tanah dan berakar, namun kita tidak dengan mudah membedakan dahan itu dari ranting-rantingnya.
Jadi, ketika Yesus berkata, “Akulah pohon anggur yang benar,” maka Ia sedang berbicara tentang seluruh ranting yang menyatu dengan batang anggur. Sedemikian menyatunya, hingga luka pada batang anggur adalah luka pada seluruh rantingnya.
Inilah gambaran persekutuan yang luar biasa, yang menunjukkan kesatuan organis antara Kristus dan orang-orang percaya, Anda dan saya. Gambaran lain yang mirip dengan itu kita jumpai dalam 1 Korintus 12, ketika Paulus berkata bahwa kita adalah “tubuh Kristus” dan masing-masing adalah anggotanya. Gambaran ini berbeda dari istilah yang sama, yaitu “tubuh Kristus” di dalam Efesus 1:22-23. Di dalam 1 Korintus 12, Kristus bukan kepala, tetapi seluruh tubuh itulah Kristus. Ada anggota jemaat yang menjadi kepala, kaki, tangan dan sebagainya. Sedang dalam Efesus 1, Kristus adalah Kepala, sedang orang percaya adalah tubuh-Nya.
Gambaran pohon anggur dalam Yohanes 15 dan tubuh Kristus dalam 1 Korintus 12 memiliki satu kesamaan. Keseluruhan pohon anggur (termasuk ranting-rantingnya) dan keseluruh tubuh (termasuk kepala, pundak, lutut, kaki) adalah Kristus. Melukai ranting yang satu atau anggota yang satu berarti melukai seluruh tubuh Kristus. Melukai Kristus sendiri.
Bukankah ini cara pandang yang harus kita miliki, ketika kita mau sekali lagi mengkhususkan Bulan Oktober ini sebagai Bulan Keluarga? Setiap anggota keluarga adalah ranting dari pohon anggur Kristus. Semuda apapun atau setua apapun usianya, seseorang adalah anggota keluarga Allah, ranting dari pohon anggur yang tunggal. Melukai hati salah seorang dari anggota keluarga kita sama artinya dengan melukai hati Tuhan sendiri. Merendahkan mereka sama dengan merendahkan Kristus sendiri.
APAPUN YANG KITA LAKUKAN TERHADAP ANGGOTA KELUARGA KITA, TERHADAP ANGGOTA PERSEKUTUAN KITA, TERHADAP ORANG LAIN, MENCERMINKAN PERLAKUAN KITA PADA KRISTUS SENDIRI.
3
Selamat mengikuti dan menikmati Bulan Keluarga 2010. Seluruh tema selama lima minggu ini akan merupakan eksposisi atas Yohanes 15:1-8. Semoga dengan ini, keluarga kita makin akrab menjalin relasi yang benar dengan Allah yang benar. Dan dengan itu, kita pun mampu memperlakukan seluruh anggota keluarga kita, seperti kita memperlakukan Kristus.
Kedua insights ini juga yang semoga mendasari kita untuk menerima undangan Kristus untuk duduk di sekitar meja perjamuan. Kita menikmati tanda dan meterai kehidupan yang benar, karena di dalam Kristus, seluruh kehidupan kita punya arti. Amin.
Pdt. Joas Adiprasetya
3 Comments
Erwin Siregar
Desember 4, 2010 - 2:29 amSaya mau tanya Pak…
***Gambaran pohon anggur dalam Yohanes 15 dan tubuh Kristus dalam 1 Korintus 12 memiliki satu kesamaan. Keseluruhan pohon anggur (termasuk ranting-rantingnya) dan keseluruh tubuh (termasuk kepala, pundak, lutut, kaki) adalah Kristus. Melukai ranting yang satu atau anggota yang satu berarti melukai seluruh tubuh Kristus. Melukai Kristus sendiri.***
Dari kutipan itu saya ambil point:” melukai ranting yang satu atau anggota yang satu berarti melukai tubuh Kristus.Melukai Kristus sendiri…”
Yang menjadi pertanyaan Saya apa yang menjadi kriteria melukai disini?
Siapa melukai siapa? dan siapa dilukai o/ siapa?
Mis dalam satu pohon anggur kan bisa juga antar ranting nya itu bergesekan dan terluka mis karena hembusan angin.Apa itu bisa disebut melukai?
Selain itu ketika pohon anggur tumbuh berdampingan dengan pohon yg lain mis pohon salak atau mangga atau pohon bonsai lantas datang angin dan mereka bergesekan, lantas ranting pohon anggur itu terluka…itu bagaimana Pak?
Saya kira ini perlu diuraikan pak, karena dalam tulisan ini akan banyak perandaian memakai kiasan pohon/tumbuh2an.
Trims
Joas Adiprasetya
Desember 12, 2010 - 9:14 pmMas Erwin yang baik. Memang tulisan di atas sangat tidak memadai karena dibuat sebagai renungan singkat di halaman depan Warta Jemaat mingguan. Tujuannya hanya menjadi resume atas perenungan selama seminggu, termasuk yang dieksplorasi lebih jauh di dalam kotbah dengan tema yang sama.
Yang dimaksud dengan melukai di sini memang ambigu. Namun, dapatlah saya katakan bahwa secara umum kita melukai sesama kita ketika dengan perkataan, perbuatan dan hidup kita, kita membuat orang lain tidak lagi hidup subur dalam kepenuhannya sebagai anggota dari pohon anggur itu. Tentu tidak ada daftar yang memadai untuk menunjukkannya dan memang tidak diperlukan daftar semacam itu. Namun, perenungan ini lebih merupakan sebuah *warning* agar kita lebih waspada dengan cara hidup kita yang ternyata senantiasa berdampak bagi sesama.
Erwin Siregar
Februari 1, 2011 - 8:34 amTrims penjelasannya.