Bencilah yang jahat, cintailah yang baik, dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang….(Amos 5:15a)
Di tengah dunia yang semakin individualistis, kita cenderung mencari aman. Kita hidup dalam keacuhan dan ketidakpedulian. Keadilan tidak lagi menjadi sesuatu yang diperjuangkan. Selama kita merasa nyaman, keadilan tidak kita anggap penting. Jika kita mau jujur membuka mata dan menilai keadaan, masih banyak ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Namun, sering kali kita tidak peduli.
“Keadilan” bukanlah sesuatu yang mudah untuk didefinisikan. Amos mengaitkan keadilan dengan kebaikan. Keadilan seharusnya tidak dapat berkelindan dengan kejahatan. Sebaliknya, keadilan harus berkelindan dengan kebaikan. Sejauh mana kita mengupayakan keadilan bagi mereka yang lemah dan tak berdaya? Sejauh mana kita memperjuangkan keadilan bagi seluruh makhluk, tidak hanya manusia? Sejauh mana kita memaknai keadilan dalam keseharian sehingga keadilan tidak hanya menjadi kata dalam ruang hampa, tetapi juga terwujud dalam perjuangan? Sejauh mana keadilan berdampingan dengan kebaikan? Nabi Amos mengingatkan agar umat membenci yang jahat dan melakukan yang baik, demi keadilan.
Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di gereja, yang disebut sebagai rumah Tuhan, sudahkah kita memperhatikan apakah berbagai kegiatan tersebut merusak lingkungan? Sudahkah kita mewujudkan keadilan bagi seluruh ciptaan? Jangan sampai kegiatan-kegiatan gereja membawa kebinasaan bagi ciptaan Tuhan. [Pdt. Cordelia Gunawan]
REFLEKSI:
Biarlah keadilan tidak hanya dirasakan oleh manusia tetapi oleh seluruh ciptaan.
Ayat Pendukung: Am. 5:12-24; Mzm. 50; Luk. 19:11-27
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.



Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.