Dalam rangka Bulan Peduli tahun ini, Kombas Wilayah Pondok Indah telah menyalurkan sebagian dana yang diberikan gereja kepada beberapa anak warga jemaat di lingkungan Pondok Indah guna menunjang pendidikan mereka, dan sebagian lagi kepada Bimbingan Belajar di perkampungan nelayan Cilincing, yang diperkenalkan oleh Judith, salah seorang pemuda gereja kita yang menjadi pengajar tetap di sana.
HOME (House of Mercy) adalah sebuah komunitas lintas agama yang bertujuan sosial dan berfokus pada pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan bantuan sosial bagi masyarakat prasejahtera yang tinggal di daerah kumuh dan miskin, khususnya Jakarta. Kawasan yang merupakan lahan subur bagi lahirnya anak jalanan, pengamen, preman, pengangguran dan pelaku tindak kriminal ini sering kali luput dari perhatian pemerintah dan masyarakat. Padahal kondisi dan situasi komunitas prasejahtera ini dapat mengikis potensi generasi penerus apabila tidak ditangani dengan baik.
Dengan visi inilah HOME, yang didirikan oleh Dewa Klasik Alexander pada tanggal 14 Februari 2009, berusaha menjangkau anak-anak tersebut melalui kegiatan “Love and Care Outreach” yang diikuti oleh anak-anak muda dari berbagai denominasi gereja, organisasi sosial dan universitas di Jakarta.
Bimbingan belajar gratis ini diharapkan dapat melengkapi setiap anak dengan dasar pendidikan yang memadai, baik secara intelektual maupun moral (pembinaan karakter). Saat ini HOME mendidik sekitar 300 anak dari tingkat TK sampai SMP. Enam belas di antaranya tahun ini menyelesaikan pendidikan SMP dan sedang diusahakan untuk memasuki jenjang SMK, agar dapat dibekali dengan ketrampilan yang cukup untuk menunjang kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Ketika beberapa wakil Kombas wilayah Pondok Indah berkunjung ke tempat tersebut pada hari Rabu tanggal 26 Mei yang lalu untuk menyerahkan sumbangan alat-alat tulis, buku-buku gambar, mainan, makanan, minuman dan juga sumbangan biskuit dari seorang warga jemaat, sebagian besar anak sedang libur, dan hanya anak-anak TK yang masuk. Kebetulan saat itu sebagian pengurus dan guru juga sedang berada di Surabaya, sehingga kami hanya bertemu dengan Bu Wiwi yang sedang mengajar anak-anak TK. Kami melihat sekitar lima belas anak belajar menulis huruf dan angka di HOME 1 ini. Ada satu ruangan yang dipakai untuk mengajar, dan anak-anak duduk di kursi-kursi yang semuanya dinamai dengan kata-kata seperti faith, hope, dan joy. Dinding-dinding tampak semarak dengan karton-karton bergambar warna-warni yang sekaligus merupakan bahan pelajaran. Setiap hari Jumat anak-anak dibebaskan dari belajar dan sebagai gantinya diajak ke pantai untuk berekreasi dan berolah raga. Mereka juga mendapat makanan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Kami kemudian diajak Judith untuk melihat HOME 2, yang merupakan kantor pusat kegiatan ini. Di sana kami bertemu dengan Andre, salah seorang guru, dan sebuah keluarga yang terdiri atas nenek, ibu dan dua anak yang juga tinggal di rumah ini. Selain sebagai tempat tinggal para guru, tempat ini juga dipakai sebagai tempat pembinaan iman anak-anak (Kelompok Sel). Ruangan tampak kosong karena minimnya perabotan, tetapi kami melihat dua papan tulis baru yang tentunya merupakan sumbangan dari anak-anak Tuhan yang peduli pada kegiatan ini.
HOME 3, yang merupakan rumah terakhir yang disewa, sedikit lebih luas. Ada tiga ruangan yang dipakai untuk kegiatan belajar-mengajar. Bahkan gang kecil di sampingnya pun dipakai untuk kelas sore. Kontrak rumah selama setahun telah dilunasi oleh sebuah persekutuan doa di kawasan Sudirman. Ketika kami mengunjungi tempat ini, kami hanya melihat beberapa meja pendek di setiap ruangan. Ternyata anak-anak belajar sambil bersimpuh di lantai, dan meja-meja tersebut digunakan bersama-sama secara berkelompok. Untunglah sudah ada beberapa kipas angin dinding, sehingga udara panas Cilincing sedikit berkurang.
Ada enam guru yang melayani Bimbingan Belajar ini dari pukul 8.00 sampai 20.30, dan sebagian besar masih berusia sangat muda, sekitar dua puluh tahun. Dewa, demikian pemimpin mereka biasa dipanggil, juga masih berusia 22 tahun. Sungguh mengagumkan menyaksikan anak-anak muda ini memiliki jiwa pelayanan yang luar biasa. Mereka sangat sabar mengajar, dan sering kali harus mengulang seluruh pelajaran apabila anak-anak kembali belajar seusai liburan. Sebagian anak mengikuti sekolah umum pada pagi hari dan datang pada sore hari untuk mendapat bimbingan pelajaran, dan sebagian lagi hanya menempuh pendidikan di tempat ini, karena ketiadaan biaya. Tidak jarang para guru yang keluar rumah bertemu dengan anak-anak didik mereka yang sedang mengemis di persimpangan-persimpangan jalan. Anak-anak ini terpaksa melakukannya untuk membantu ekonomi keluarga. Terkadang pula, guru-guru ini harus merelakan barang-barang mereka seperti kasur, makanan dan sebagainya. untuk diberikan kepada penduduk yang tertimpa kemalangan. Pelayanan ini memang membutuhkan pengorbanan yang besar. Sungguh kasih Yesus sajalah yang menyokong dan memampukan mereka.
Siang itu kami pulang dengan membawa kesan yang dalam. Betapa banyak orang yang memerlukan pertolongan. Kepedulian kita dapat mengangkat harkat dan martabat mereka, dan menyelamatkan generasi penerus kita.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.