Suara Tuhan mematahkan pohon aras, bahkan TUHAN menumbangkan pohon-pohon aras Libanon. (Mzm. 29:5)
Pernahkah kita membayangkan Tuhan murka? Kita terbiasa hanya mengingat kelemahlembutan Tuhan. Kita tersentuh oleh Tuhan yang welas asih dan penyayang. Namun Tuhan tidak hanya Tuhan yang lembut dan penyayang, melainkan Tuhan bisa murka. Tuhan yang juga bisa marah.
Mazmur 29 menggambarkan kebesaran Tuhan bukan dalam hening dan teduhnya alam ciptaan, namun kebesaran Tuhan nampak dalam amukan badai. Kebesaran Tuhan nyata dalam pohon-pohon yang tumbang, padang gurun yang bergetar hebat, gunung yang seolah bergeser. Tuhan dapat menyatakan kebesaran-Nya dalam sebuah keriuhan. Tidak hanya dalam angin yang sepoi-sepoi, melainkan juga dalam badai. Tuhan dapat menyatakan kasih-Nya tidak hanya dalam belaian cinta-Nya, tetapi juga dalam murka-Nya.
Perlu dalam kehidupan, kita mengingat bahwa Tuhan juga bisa murka. Perlu dalam kehidupan, kita tidak hanya punya cinta kepada Tuhan tetapi juga punya kegentaran terhadap Tuhan. Gentar kepada Tuhan bukan karena kita takut kepada-Nya, melainkan melambangkan sikap hormat kepada-Nya. Sesekali dalam hidup kita perlu membayangkan tidak hanya usapan cinta-Nya dalam ketenangan namun juga kebesaran-Nya dalam riuhnya badai. Memaknai sesuatu yang tidak menyenangkan sebagai bagian dari kebesaran Tuhan, perlu kita lakukan, sehingga dengan demikian kita dapat juga merasakan kegentaran dalam cinta kita kepada Tuhan. Kita tidak hanya mencintai Tuhan namun juga kita belajar menghormati Tuhan. [Pdt. Cordelia Gunawan]
REFLEKSI:
Jangan hanya mencintai Tuhan namun gentarlah pula kepada-Nya.
Ayat Pendukung: Yes. 5:15-24; Mzm. 29; Yoh.15:18-20, 26-27
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.