Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku! (Mzm. 4:2)
Brian adalah seorang pendeta muda di sebuah gereja besar. la sudah melayani 14 tahun di gereja tersebut. Suatu kali, ia difitnah melakukan sebuah kesalahan oleh seorang penatua. Brian bergumul dengan tuduhan tersebut, sekaligus bingung bagaimana harus bersikap. Dalam kesesakannya, ia berdoa, memohon hikmat dan kekuatan dari Tuhan. la menyadari bahwa pergumulan adalah bagian integral dari panggilan pelayanannya.
Bacaan hari ini juga menggambarkan kesesakan yang dihadapi oleh pemazmur. Pemazmur meyakini bahwa dirinya benar, karena itu ia berseru kepada Allah yang membenarkan dirinya. Kehormatan sang pemazmur dinodai oleh orang-orang yang mencari kebohongan. Sebagai manusia biasa, ia ingin melampiaskan kemarahannya, namun ia diingatkan untuk tidak berbuat dosa. Selanjutnya, pemazmur juga memperkuat iman percayanya dengan mempersembahkan korban yang benar dan tetap percaya kepada-Nya. Mempercayakan diri kepada Allah, membuatnya bisa menikmati tidur malamnya dengan tenteram.
Dunia tempat kita tinggal, tidak selalu ramah kepada kita. Saat kita diperlakukan tidak adil, keinginan untuk melawan apalagi membalas biasanya muncul. Namun sebelum itu semua dilakukan, sudahkah kita sungguh-sungguh berdiam dalam hadirat Tuhan, membawa segala keluh kesah kita kepada-Nya? Brian dan pemazmur telah memberi teladan. Bahwa kelegaan akan diperoleh setelah kesesakan, ketika Tuhan dilibatkan. [Pdt. Natanael Setiadi]
DOA:
Ya Tuhan, jika kesesakan akan hadir dalam hidupku, mampukanlah aku menemukan kelegaan di dalam-Mu. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 4; Kis. 3:1-10; Luk. 22:24-30
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.