Kehadiran Yang Setia

Matius 5:13-16

Belum ada komentar 105 Views

Setelah lebih dari 2 tahun dunia dilanda badai pandemik, semua sisi kehidupan mulai beradaptasi dan melakukan berbagai perubahan (adaptif dan reformatif). Situasi ini tentu saja menantang Gereja untuk terus menerus menghadirkan diri dengan setia mendampingi situasi dunia yang rapuh dan mulai nampak tidak berdaya dan kehilangan asa.

Bacaan Firman Tuhan kita hari ini memberikan cipratan yang menyadarkan kembali kehadiran Gereja Tuhan dalam situasi pandemic tanpa batas ini.

Teks bacaan kita muncul sesudah Tuhan Yesus membicarakan tentang penganiayaan (ayat 10-12). Artinya jemaat Tuhan saat itu dihadapkan pada situasi yang tidak mudah, dan menakutkan, sebab mengandung resiko.

Bacaan kita ini, nampaknya dengan sengaja disisipkan sebelum Tuhan Yesus menuntut agar kesalehan kita melebihi legalisme orang-orang Farisi terhadap Taurat (khusus ayat 20 menyinggung “hidup keagamaan” = kesalehan). Sisipan ini memberikan pesan khusus bagi para pembacanya bahwa kehidupan kita tidak lepas dari sorotan orang lain, sekaligus sebagai bahan pembanding atas keperayaan yang lain.

Sekedar mengingatkan saja, sadarkah kita, ketika kita saat ini hidup dalam berbagai kemudahan saja, masih sering mengalami kegagalan memainkan peran sebagai garam dan terang, apalagi pada mereka yang dituntut untuk menunjukkan “hidup sebagai garam terang di tengah-tengah penganiayaan dan tekanan? Mampukah kita sebagai Gereja Tuhan menghadirkan keteladanan yang nyata dari sebuah kekristenan.

Metafora garam dan terang menyiratkan sesuatu yang terus-menerus diperlukan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak membutuhkan “Garam dan Terang”. Setiap hari orang membutuhkan garam untuk memasak. Setiap hari orang membutuhkan terang pada waktu malam hari. Jadi, meskipun Gereja sedang berada dalam situasi penganiayaan dan tekanan, perannya sebagai garam dan terang berlaku terus menerus tanpa ada batas apa pun.

Tidak jarang kita mendengar ungkapan “kita harus menjadi garam dan terang dunia”. Tapi Tuhan Yesus mengajarkan hal yang berbeda “kita adalah garam dan terang”. Bukankah pernyataan ini lebih sebagai sebuah identitas, ketimbang hanya sekedar peran ?”

Persoalan yang muncul saat pandemik berlangsung, memang bukan karena tidak ada garam dan terang. Melainkan garam itu telah menjadi tawar dan terang itu telah ditutupi oleh gantang.

Bagaimana dengan kita sebagai Gereja? apakah masih setia untuk menghadirkan diri dalam situasi yang tidak mudah ini? atau duduk dalam keputusasaan dan tidak lagi bisa berbuat apa-apa.

Semoga Tuhan berbelas kasihan dan menolong kita. Amin

(TT)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU LEBIH?
    Yohanes 21:15-17
    Yesus tidak bertanya kepada Petrus, “Mengapa kamu gagal?” atau “Mengapa kamu menyangkal-Ku?” la hanya bertanya, “Apakah engkau mengasihi Aku...
  • Menghidupi Dunia Dengan Iman
    Kisah Para Rasul 5:27-32; Mazmur 118:14-29; Wahyu 1:4-8; Yohanes 20:19-31
    Damai sejahtera bagimu, demikian sapaan Yesus kepada para murid yang tengah diliputi rasa takut, bingung dan cemas. Damai sejahtera...
  • MEJA PERJAMUAN: PERAYAAN KASIH DAN PEMULIHAN
    Yesaya 25:6-9; Mazmur 114; 1 Korintus 5:6b-8; Lukas 24:13-49
    Perjamuan Kudus bukanlah sekadar makan dan minum namun perayaan iman yang terus menerus kita lakukan agar kita mengingat bagaimana...
  • Dl TAMAN GETSEMANI
    Yesaya 50:4-9a; Mazmur 31:10-17; Filipi 2:5-11; Lukas 22:14-23:56
    Bacaan injil minggu ini cukup panjang, Lukas 22:14-23:56 (umat silakan membaca bacaan ini secara lengkap di rumah) dengan mengambil...
  • MENGUTAMAKAN YANG UTAMA
    Yesaya 43:16-21; Mazmur 126; Filipi 3:4b-14; Yohanes 12:1-8
    Banyak tanggung jawab yang kita pikul dalam hidup ini. Tanggung jawab moral, ekonomi, sosial, pendidikan dan banyak lagi. Peran...