Kehadiran Yang Setia

Matius 5:13-16

Belum ada komentar 77 Views

Setelah lebih dari 2 tahun dunia dilanda badai pandemik, semua sisi kehidupan mulai beradaptasi dan melakukan berbagai perubahan (adaptif dan reformatif). Situasi ini tentu saja menantang Gereja untuk terus menerus menghadirkan diri dengan setia mendampingi situasi dunia yang rapuh dan mulai nampak tidak berdaya dan kehilangan asa.

Bacaan Firman Tuhan kita hari ini memberikan cipratan yang menyadarkan kembali kehadiran Gereja Tuhan dalam situasi pandemic tanpa batas ini.

Teks bacaan kita muncul sesudah Tuhan Yesus membicarakan tentang penganiayaan (ayat 10-12). Artinya jemaat Tuhan saat itu dihadapkan pada situasi yang tidak mudah, dan menakutkan, sebab mengandung resiko.

Bacaan kita ini, nampaknya dengan sengaja disisipkan sebelum Tuhan Yesus menuntut agar kesalehan kita melebihi legalisme orang-orang Farisi terhadap Taurat (khusus ayat 20 menyinggung “hidup keagamaan” = kesalehan). Sisipan ini memberikan pesan khusus bagi para pembacanya bahwa kehidupan kita tidak lepas dari sorotan orang lain, sekaligus sebagai bahan pembanding atas keperayaan yang lain.

Sekedar mengingatkan saja, sadarkah kita, ketika kita saat ini hidup dalam berbagai kemudahan saja, masih sering mengalami kegagalan memainkan peran sebagai garam dan terang, apalagi pada mereka yang dituntut untuk menunjukkan “hidup sebagai garam terang di tengah-tengah penganiayaan dan tekanan? Mampukah kita sebagai Gereja Tuhan menghadirkan keteladanan yang nyata dari sebuah kekristenan.

Metafora garam dan terang menyiratkan sesuatu yang terus-menerus diperlukan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak membutuhkan “Garam dan Terang”. Setiap hari orang membutuhkan garam untuk memasak. Setiap hari orang membutuhkan terang pada waktu malam hari. Jadi, meskipun Gereja sedang berada dalam situasi penganiayaan dan tekanan, perannya sebagai garam dan terang berlaku terus menerus tanpa ada batas apa pun.

Tidak jarang kita mendengar ungkapan “kita harus menjadi garam dan terang dunia”. Tapi Tuhan Yesus mengajarkan hal yang berbeda “kita adalah garam dan terang”. Bukankah pernyataan ini lebih sebagai sebuah identitas, ketimbang hanya sekedar peran ?”

Persoalan yang muncul saat pandemik berlangsung, memang bukan karena tidak ada garam dan terang. Melainkan garam itu telah menjadi tawar dan terang itu telah ditutupi oleh gantang.

Bagaimana dengan kita sebagai Gereja? apakah masih setia untuk menghadirkan diri dalam situasi yang tidak mudah ini? atau duduk dalam keputusasaan dan tidak lagi bisa berbuat apa-apa.

Semoga Tuhan berbelas kasihan dan menolong kita. Amin

(TT)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • BERJAGALAH
    Yesaya 64:1-9; Mazmur 80; 1Korintus 1:3-9; Markus 13:24-37.
    Adven pertama ini mengajak kita untuk menghayati masa penantian akan kedatangan Yesus kembali dengan sikap berjaga. Mengapa perlu berjaga?...
  • SIAPAKAH AKU?
    Matius 25:31-46
    Matius 25:31-46 adalah perumpamaan tentang pemisahan pada akhir zaman antara domba dan kambing. Tema “Siapakah aku? Domba atau Kambing?”...
  • MENGHITUNG HARI
    Mazmur 90
    Mazmur 90 adalah sebuah doa yang menggambarkan kerapuhan manusia dan pentingnya menghitung hari dalam kehidupan kita. Dalam Mazmur ini,...
  • KESETIAAN DALAM BERJAGA-JAGA
    Teks Matius 25:1-13 adalah perumpamaan Yesus tentang sepuluh gadis dalam pernikahan. Dalam kisah ini, ada lima gadis bijaksana dan...
  • PERCAYA DALAM KETIDAKPASTIAN
    Mikha 3:5-12 dan Mazmur 43 adalah dua pasage Alkitab yang menginspirasi kita untuk memikirkan pentingnya mempercayai perlindungan Allah sambil...