Dunia sempat dibuat terperangah oleh karya sinematografi Holywood yang fenomenal berjudul “2012” yang intinya mengisahkan tentang kapan dan bagaimana dunia ini mengalami kehancuran massal. Kisah yang bersifat eskatologis ini, walau katanya diinspirasi oleh budaya Suku Maya, merupakan karya yang sebagian besar imajinatif, karena menyangkut masa depan yang tak seorang pun pada saat ini tahu kapan tepatnya dan bagaimana kejadian yang sebenarnya akan terjadi.
Tetapi film tersebut setidaknya telah mengingatkan dunia bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, dan kejadian yang digambarkan tersebut pasti akan terjadi, meskipun kita masih belum mengetahui detail persisnya. Karena itu kita harus siap, karena menurut Alkitab, akhir dunia dapat terjadi kapan saja. Di mana tepatnya hanyalah Allah Bapa yang mengetahuinya.
Alkitab telah memberi kita panduan di dalam menyikapi berita-berita yang meramalkan kapan akhir dunia akan terjadi. Di dalam kitab Kisah Para Rasul 1:6-8, ketika Yesus dihadapkan pada pertanyaan yang bersifat eskatologis dari murid-murid-Nya, Ia menanggapinya dengan jawaban yang bersifat evangelical: “Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ‘Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’ Jawab-Nya: ‘Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’” Artinya, daripada kita disibukkan dan dibebani dengan usaha mencari tahu kapan akhir dunia akan terjadi, kita justru diminta untuk menjadi saksi Kristus di dalam dunia ini.
Panggilan ini juga berlaku bagi kita ketika kita memasuki tahun 2010 ini. Ada kalimat bijak yang berkata, “Yesterday is history, tomorrow is mystery, and today is a gift; that’s why we call it ‘present.’” Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita menyambut misteri di dalam tahun 2010 ini. Yang sudah pasti, sebagaimana diamanatkan dalam Kis 1:6-8 tadi, kita tetap harus terus menjalankan panggilan kesaksian kita di dunia ini melalui aksi diakonia (pelayanan) dan marturia (kesaksian) yang tetap dibalut oleh panggilan koinonia (persekutuan).
Agar kita lebih siap untuk menjalankan ketiga panggilan gerejawi tadi, ada tiga perlengkapan utama yang kita perlukan dalam menyambut tahun 2010 ini, sebagaimana kita renungkan bersama di bawah ini.
Iman
Merupakan suatu realita objektif bagi kita semua yang ada sekarang, bahwa kita telah memasuki dan tengah menjalani tahun 2010. Tetapi, apakah kita akan menikmati tahun ini, maka ini adalah hal lain, dan bersifat subjektif dan reflektif tergantung dari perspektif kita.
Syarat penting bagi kita untuk menikmati tahun 2010 ini adalah kita mempunyai iman pada dan hidup dalam Tuhan Yesus. Dengan-Nya, kita dapat mengamini bahwa Allah sesungguhnya telah menyediakan di depan kita kasih dan berkat-Nya yang melimpah. Allah kita maha hadir dan kekal melampaui waktu (omni present). Ia adalah Allah yang bukan hanya berkarya di masa lalu dan masa kini kita, tetapi juga hadir dan berkarya di hari-hari depan kita.
Terlebih lagi, Ia sungguh mengasihi kita. Tanpa dapat kita lihat dengan mata fisik kita, Ia telah menabur berbagai berkat Ilahi di hari-hari depan kita, yang menanti saatnya kita memasuki hari-hari tersebut. Yeremia 29:11 mengatakan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Kita dapat menjadi seperti Rut dalam kitab Rut 2. Dari Rut 2:7 kita dapat mengetahui latar belakang kehidupan Rut, yakni bahwa Rut memungut dan mengumpulkan jelai dari berkas-berkas jelai di belakang penyabit-penyabit di kebun Boas. Boas sungguh memperhatikan Rut. Di dalam ayat 15 dan 16 dicatat bahwa Boas memerintahkan pengerja-pengerjanya: “…haruslah kamu dengan sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan meninggalkannya, supaya dipungut Rut.”
Kisah Boas tersebut mewakili bagaimana Allah berkarya bagi kita. Ia sebenarnya telah menabur berkat-berkat-Nya di depan kita. Sebagaimana Rut percaya kepada Boas, yang kita butuhkan untuk dapat “memungut berkas-berkas” yang Allah sudah sediakan di depan kita adalah iman percaya kepada-Nya. Karena itu kita bukanlah peminta-peminta, seolah-olah berkat Allah belum disediakan bagi kita. Marilah kita naik ke taraf iman yang lebih tinggi daripada itu, yakni kita menjadi orang yang percaya bahwa Ia telah terlebih dulu menyediakannya di depan kita dengan porsi yang terbaik menurut Dia.
Yang diperlukan bukanlah berkat dari Tuhan, tetapi iman kita untuk memercayai Kemahakuasaan dan Kasih Allah sehingga karena iman, kita akhirnya dapat menerima, mengalami dan menikmati berkat-berkat-Nya. Boas akhirnya menikahi Rut. Berkat yang diterima Rut ternyata mengalir jauh ke keturunan-keturunannya, bahkan hingga kita saat ini. Dari pernikahan mereka, lahirlah Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud (Rut 4:17). Iman Rut menjadi tunas bagi sejarah Misi Kerajaan Allah yang berpuncak pada Yesus. Itulah karya iman.
Dalam Matius 9 kita menyaksikan bagaimana karena iman, Yesus membuat mukjizat yang akhirnya diperoleh seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan dan dua orang buta. Di ayat 22 Yesus berkata, “…Imanmu telah menyelamatkan engkau.” Di ayat 29 disebutkan bahwa Yesus menjamah mata mereka sambil berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Tidak ada yang mustahil bagi Allah, asal kita percaya. Mukjizat itu nyata. Sungguh nyata. Asal kita beriman. Ibrani 11:6 berkata, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
Ketika Allah memberkati kita, Ia juga merancang dan mengirimkan orang-orang yang Ia akan pertemukan dengan kita pada suatu persimpangan yang sama dalam perjalanan kehidupan kita.
Kita lihat bagaimana Yusuf yang dijual saudara-saudaranya sendiri dan masuk ke tanah Mesir sebagai budak, akhirnya dapat menjadi orang nomor dua di Mesir dan selanjutnya menjadi berkat bagi seluruh Israel. Dari Kejadian 39 kita mengetahui bagaimana Allah merajut jalan hidup Yusuf dengan menakjubkan. Untuk Yusuf, Allah mengirim sejumlah orang yang menjadi pembuka pintu bagi jalan kehidupannya di kemudian hari. Ada kepala penjara yang sangat menyayangi Yusuf. Lalu di dalam penjara, Yusuf berkenalan dengan juru minuman dan juru roti Firaun, yang karena sebelumnya membuat kesalahan terhadap Firaun, dijebloskan ke penjara dan… akhirnya bertemu dengan Yusuf. Setelah bebas, mereka kemudian menjadi alat Tuhan yang langsung mengantarkanYusuf ke Firaun. Di dalam hidup kita, Tuhan juga dapat mengirimkan “kepala penjara,” “juru minuman,” “juru roti,” bahkan “Firaun” kepada kita masing-masing untuk dipakai sebagai sarana yang mengantarkan kita ke tempat yang lebih baik dalam kehendak-Nya.
Faith sees the invisible, believes the unbelievable, thinks the unthinkable and receives the impossible. Dengan iman, kita melihat yang tidak kelihatan, kita memercayai hal yang tidak dapat dipercayai manusia, kita memikirkan yang tidak dipikirkan manusia dan akhirnya kita dapat menerima hal yang sebenarnya mustahil kita terima. Itulah iman.
Harapan Iman harus disertai pula dengan perbuatan.
Di akhir tahun 2010 nanti, saat kita melihat ke belakang, kita akan takjub bagaimana Efesus 3:20 menjadi nyata karena Ia telah melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa-Nya yang bekerja di dalam kita. Tentu bahwa di dalam tahun 2010 ini kita pasti juga akan mengalami lekuk dan tanjakan perjalanan kehidupan kita. Apa yang ada di depan mata fisik kita mungkin akan dapat mematahkan semangat atau bahkan iman kita. Namun kita tidak usah kuatir atau gentar. Allah tetap berkarya dalam segala hal untuk kebaikan kita sehingga kita dapat makin serupa dengan Kristus hari demi hari (Roma 8:28-29).
Sebagaimana kita mengendarai mobil, pandangan kita memang harus senantiasa tertuju ke depan menembus kaca depan mobil. Tetapi untuk keamanan berkendara, sekali-kali kita perlu juga melihat kaca spion untuk menengok keadaan di belakang mobil kita. Demikian juga perjalanan hidup kita. Bila situasi saat ini atau hari esok di depan kita kelihatannya kurang baik, sekali-kali tengoklah ke belakang, semata-mata untuk merenung kembali bagaimana Allah telah menjaga karya nyata Allah yang sungguh mengasihi kita. Ia bukan hanya memegang tangan kita berjalan bersama kita, tetapi Ia merangkul, bahkan menggendong kita, saat kita tidak mampu berjalan dengan kekuatan sendiri. Dengan demikian kita dapat berpengharapan bahwa Allah tetap sama: dulu, sekarang dan selama-lamanya.
Di dalam menjalani tahun 2010 ini, iman kita perlu kita ungkapkan secara lebih konkret, antara lain dengan harapan-harapan yang kita ucapkan lewat ekspresi pikiran dan perkataan kita.
Dalam Kejadian 1 kita menemukan bahwa Allah menciptakan alam semesta ini dengan berkata-kata (“…berfirmanlah Allah…”). Demikianlah kita juga perlu mengungkapkan harapan kita dengan senantiasa membunyikannya dalam pikiran dan perkataan kita, baik melalui doa kepada Tuhan ataupun mendeklarasikannya terhadap diri sendiri. Yakobus 4:2 mengatakan, “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” Kita tidak dapat beriman mengalami berkat Tuhan bila pikiran dan kata-kata kita sendiri mengekspresikan hal-hal negatif yang meragukan atau bahkan menyangkal berkat Tuhan itu.
Salah satu cara mengelola dan mengalahkan masalah bukanlah dengan berbicara tentang masalah tersebut¸ tetapi justru berbicara kepada masalah itu tentang Allah Yang Maha Kuasa. Biarpun masalah itu lebih besar dari kemampuan kita menghadapinya, tetapi ketika masalah tersebut dihadapkan dan dibandingkan dengan Allah, kita semua tahu jawabannya. Di dalam sistem email pribadi saya, secara permanen saya memasang kalimat yang menjadi deklarasi iman dan harapan saya setiap hari, dari waktu ke waktu, “Good day today, better day tomorrow; every day in every way.” Kalimat ini akan otomatis muncul sebagai signature pada bagian bawah setiap email yang saya buat.
Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ia dapat mengadakan yang tidak ada menjadi ada. Itu adalah keahlian-Nya. Silakan lihat Kejadian 1, bagaimana Allah menciptakan dunia ini dari yang tidak ada sama sekali (creatio ex nihilo). Karenanya, bila di depan mata kita tidak ada apa-apa yang dapat diharapkan secara manusia, silakan serahkan pada Allah yang adalah ahlinya.
Ia juga luar biasa dalam mengubah hal yang tidak baik, yang kita alami di depan mata kita. Kejadian 50:20 menjadi salah satu ayat favorit saya. Ayat ini mengungkapkan kesaksian iman Yusuf bahwa Tuhan dapat menggunakan dan membalikkan rancangan jahat orang lain kepadanya untuk membawa kebaikan baginya dan untuk kemuliaan Nama-Nya. Saat kita tidak lagi berdaya: saat kita angkat tangan, saat orang lain lepas tangan, itulah saatnya Allah turun tangan. Sorrow looks back; worry looks around; faith looks up.
Kasih Iman dan pengharapan akhirnya perlu dibalut dan disempurnakan dengan kasih.
I Korintus 13:13, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” Di bagian awal I Korintus, Paulus menulis, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.”
Di dalam hal kasih, kita dipanggil untuk melakukan dua hal utama, yakni mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Kita tidak mungkin meminta kepada Allah hal yang kita tidak mau berikan kepada-Nya atau kepada orang lain. Jangan kita minta kasih kepada Allah, bila kita sendiri tidak mau mengasihi-Nya atau bila kita menolak memberikan kasih kita kepada sesama kita.
Kita tidak dapat memberikan lebih daripada yang kita terima. Artinya, kita mengasihi Tuhan dan sesama kita karena Allah telah terlebih dahulu mencurahkan kasih-Nya bagi kita. Sumber utama dari kasih yang mengalir keluar dari kita haruslah kasih dari Allah sendiri. Kita bahkan menerima Kasih Allah dalam bentuk kasih agape, yang sebenarnya tidak pantas kita terima. Jika kita tidak memahami, menghargai dan menikmati kasih Allah, kita tidak dapat mengasihi-Nya dan mengasihi sesama kita dengan benar, dan selanjutnya kita tidak akan mempunyai iman dan pengharapan yang dikehendaki-Nya. Pada gilirannya, kita tidak akan dapat menikmati berkat-berkat yang disediakan-Nya bagi kita pada tahun ini.
Sebagai orang yang telah diselamatkan oleh Kristus melalui pengorbanan-Nya yang tidak ternilai, porsi kasih yang kita terima secara melimpah dari Allah mungkin dapat diumpamakan dengan saat kita makan prasmanan (buffet), ketika porsi yang tersedia sangat banyak sehingga walau kita sudah makan sesuai dengan kebutuhan kita, masih ada banyak tersisa. Begitupun juga, meskipun porsi kasih kita bagikan kepada orang lain, kita tidak akan pernah kehabisan seluruh porsi “prasmanan” yang telah Kristus sediakan bagi kita, dan bahkan porsi yang kita butuhkan pun tidak akan berkurang. Karena itu, sungguh tidak beralasan bila kita tidak membagikan kasih kita kepada orang lain. Jangan sampai Allah menarik kembali hak kita atas kasih-Nya yang melimpah tersebut, hanya karena kita menahan porsi kebaikan kita kepada orang lain yang terlalu kecil dibandingkan dengan porsi yang kita terima daripada-Nya (Matius 18).
Dengan melengkapi diri kita dengan iman, pengharapan dan kasih, kita akan dengan sukacita menyambut, menjalani dan menikmati tahun 2010, bahkan 2011, 2012 hinggga akhir kehidupan kita di dunia, kapanpun itu terjadi menurut kehendak-Nya. Maukah kita? Terpujilah Tuhan.
| Fabian Buddy Pascoal
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.