HUT KE-37 GKI PONDOK INDAH

Belum ada komentar 322 Views

PWG: HUT GKI PI KE-37
Pada Persekutuan Wilayah Gabungan kali ini, BaPos Parakan Salak yang menjadi host-nya. Menyuguhkan acara talk show yang diberi tema: 37—dalam rangka menyongsong peringatan HUT ke-37 GKI Pondok Indah—yang dipandu oleh Pdt. Bonnie Andreas (sebagai Pendeta Pendamping BaPos Parakan Salak. Fungsi sebagai Pendeta Pendamping selanjutnya akan digantikan oleh Pdt Riani J. Suhardja).

Salah satu pokok acara utama yang ditampilkan adalah sejarah dan kiprah BaPos Parakan Salak dalam mengembangkan ekonomi kreatif jemaat sebagai salah satu sarana pemberdayaan yang berdampak sangat signifikan dalam mempertahankan kehidupan pada masa pandemi ini. Pokok acara yang lain adalah pengalaman perjalanan dan pertumbuhan GKI Pondok Indah dari awal sampai pembangunan gedung gereja hingga pertumbuhan jemaat hingga saat ini, pergumulan serta perjuangan membangun Grha Persahabatan, dan refleksi GKI Pondok Indah pasca pandemi. Juga disampaikan update TGT mengenai (rencana) kegiatan ibadah di gedung gereja serta penggunaan ruangan ruangan yang ada saat ini.

BAPOS PARAKAN SALAK
Segmen I ini membahas perjalanan dan perjuangan BaPos Parakan Salak. Penekanannya pada keberhasilan penggabungan jemaat Telaga Kahuripan dan Desa Kemang menjadi BaPos Parakan Salak. Selain itu, juga dikedepankan upaya-upaya dan program pemberdayaan jemaat yang dilakukan oleh Tim Ekonomi Kreatif sehingga memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan jemaat BaPos Parakan Salak. Pdt. Bonnie berbincang dengan Pendeta Luisye Sia (Pendeta Pendamping dan Pembina BaPos) dan Bapak Sukisno (Ketua Pengurus BaPos) sebagai nara sumber.

TK/DK => PARAKAN SALAK
BaPos Parakan Salak, yang dulunya bernama BaPos TK/DK(Telaga Kahuripan dan Desa Kemang), adalah jemaat binaan GKI Pondok Indah— melalui Komisi Pengabaran Injil—yang terletak di daerah Parung, Kabupaten Bogor. Ada 2 lokasi pelayanan yang terpisah jarak sekitar 5 km, yakni Perumahan Telaga Kahuripan dan masyarakat Cina Benteng yang ada di Desa Kemang. Sampai dengan tahun 2019, di kedua lokasi diselenggarakan ibadah sendiri-sendiri pada hari Minggu. Di Telaga Kahuripan pk. 7.00-8.30, sedangkan di Desa Kemang pk. 9.30-11.00.

Setelah kira-kira 20 tahun mereka melaksanakan ibadah di dua tempat yang berbeda, mulai tahun 2020 mereka menggabungkan diri menjadi BaPos Parakan Salak untuk memenuhi impian dan obsesi mereka agar pelayanan dan pelaksanaan ibadah bisa lebih sederhana dan efektif. Terlebih dari itu adalah agar bisa membaurkan dan meningkatkan kompetensi yang ada dalam jemaat guna memperkuat upaya pemberdayaannya. Proses untuk sampai pada keputusan itu tidaklah sederhana, tapi melalui pergumulan panjang serta upaya upaya meningkatkan kesadaran, penerimaan dan pemahaman di antara kedua jemaat yang berada di lokasi yang berlainan tersebut. 20 tahun benar-benar bukan waktu perjalanan yang pendek bagi sebuah perjuangan untuk mencapai kesepahaman dan kesadaran.

Jemaat BaPos Parakan Salak sekarang menggabungkan diri dalam gedung gereja yang dimiliki di Jl. Parakan Salak RT. 02/08, Desa Kemang – Bogor untuk beribadah dan berkegiatan lainnya. Itulah alasan kenapa dipakai nama Parakan Salak untuk BaPos yang segera meningkat statusnya menjadi Pos ini. Izin untuk itu telah dikeluarkan oleh Majelis GKI Sinode (Wilayah) Jawa Tengah yang sudah menerima permohonan peningkatan status ini dan melakukan perkunjungan dan percakapan mengenai keperluan BaPos Parakan Salak itu. Kalau begitu kapan peningkatan statusnya itu dilaksanakan? Menunggu apalagi? Tinggal menunggu pengesahan dalam Persidangan Sinode GKI saja.

PENDETA LUISYE SIA
Pendeta Luisye Sia adalah Pendeta Gereja Kristen Injili (GKI) Papua yang melayani sebuah jemaat di Jambi, sebelum melayani di GKI Pondok Indah untuk wilayah Kemang, Bogor, tepatnya pada BaPos TK/DK (waktu itu). Ia memiliki ketertarikan khusus pada pelayanan pemberdayaan jemaat, bukan saja dari segi religiusitas, melainkan juga spiritualitas yang menyangkut aspek sosial, ekonomi, pendidikan, dan keluarga. Ketertarikannya untuk menerima panggilan melayani di TK/ DK dilatarbelakangi oleh banyaknya literatur yang telah dibacanya tentang komunitas Cina Benteng yang identik dengan kemiskinan. Ia berkeyakinan bahwa jika jemaat dalam komunitas Cina Benteng itu ditangani dengan baik, tulus, dan penuh kerelaan untuk berkorban, mereka akan mampu keluar dari kemiskinan dan stigma buruk lainnya yang dilekatkan pada mereka. Ia benar, dan sangat jelas membuktikan keberhasilan pelayanannya.

BERTAHAN DI MASA PANDEMI
Pandemi COVID-19 benar-benar menimbulkan tantangan tersendiri bagi jemaat sederhana yang kadang kadang harus mempertahankan kehidupan dari hari ke hari ini. Namun tidak ada satu pun yang menyerah dan putus asa menghadapinya. Bahkan mereka lebih memperkuat persekutuan dan kebersamaan mereka dalam memikul beban ini, dimulai dengan upaya untuk terus bisa menjalankan ibadah. Pada awalnya, para pengurus BaPos berkeliling ke lokasi-lokasi tempat tinggal jemaat yang bisa dihimpun dalam sebuah center point. Mereka menggelar lapak melalui laptop untuk memungkinkan jemaat mengikuti ibadah yang dilangsungkan secara online. Melalui sarana darurat itu, mereka tidak kehilangan kesempatan untuk beribadah dan bersekutu dengan warga jemaat lain di lingkup GKI Pondok Indah. Setelah terbentuk beberapa point center tertentu, maka diupayakan menaruh Smart TV sebagai sarana komunikasi dan ibadah jemaat di sana. Tekad dan upaya ini sangat didorong oleh kesadaran bahwa BaPos Parakan Salak adalah bagian dari sebuah gereja mainstream. Sayang jika jemaat terpaksa harus mengikuti ibadah di tempat lain karena gereja tidak menyediakan sarana untuk beribadah dalam masa pandemi ini.

Namun demikian, upaya ini tidak otomatis menyelesaikan permasalahan yang ada. Ada banyak hal baru yang harus dikenalkan dan diupayakan keberadaannya, yang sebelumnya sangat ‘jauh’ dari jangkauan kehidupan sederhana keseharian warga jemaat. Kondisi dan kemampual finansial serta rata-rata tingkat pendidikan mereka menjadi kendala utama dalam menyongsong model persekutuan dan peribadahan online yang menggunakan sarana yang modern ini. Mereka masih berkutat dengan pemikiran tradisional yang mengharapkan untuk tetap bisa menjalankan ibadah secara tatap muka. Bagi yang sudah bisa menerima alasan bahwa ibadah tatap muka belum bisa dilakukan dan terpaksa dilakukan secara daring, masih ada persoalan dengan kegagapan teknologi (gaptek) yang menghinggapi mereka, sehingga pengenalan pada gadget menjadi masalah tersendiri. Di sisi lain kemampuan untuk mengadakan gadget juga terkendala kondisi keuangan mereka, sedangkan bagi yang sudah mampu mengadakan gadget, kemampuan untuk menyediakan kuota secara ajek juga menjadi persoalan yang lain. Namun demikian, dengan segala upaya, Pendeta pendamping, pengurus BaPos, dan aktivis BaPos berusaha agar semua bisa terlaksana dengan baik. Dan itulah yang terjadi. Persekutuan dan peribadahan di BaPos, meskipun tidak lancar sekali, masih tetap berlangsung secara rutin. Efek pembinaan dan pemeliharaannya tetap sangat dirasakan oleh jemaat.

EKONOMI KREATIF
Pendeta Luisye dan para Pengurus BaPos menyadari bahwa pembinaan, pendampingan, dan upaya pemberdayaan jemaat tidak cukup hanya sebatas mendoakan, bersekutu, perkunjungan, dan ibadah, tapi juga menyangkut hal-hal yang terkait dengan spiritualitas kreatif (bukan hanya yang bersifat religius). Ketika hal nyata yang dihadapi adalah kondisi jemaat yang kurang dalam hal ekonomi dan finansial, maka dibentuklah Tim Ekonomi Kreatif, yakni sebuah tim yang mendayagunakan kumpulan kreativitas yang ada dalam jemaat agar memperoleh pemasaran lebih luas dan bisa menjadi sumber penghasilan yang memadai. Tim inilah yang membentuk hubungan, network, pemasaran dari hasil olah kreativitas jemaat yang ada di BaPos Parakan Salak. Di samping itu, para pelaku usaha kreatif itu tetap terjun sendiri dalam pengolahan bisnis mereka bersama Tim Ekonomi Kreatif, sharing knowledge kepada warga jemaat yang serius meminati bidang usaha kreatif yang sedang dijalankan.

Kegiatan ekonomi kreatif yang sedang digalakkan di BaPos Parakan Salak saat ini adalah:

Budidaya Ikan Lele. Tim Ekonomi Kreatif BaPos Parakan Salak mengembangkan peternakan lele model bak, di mana bak-bak yang ada dapat menampung 1000, 2000, dan 2500 ekor lele. Hasil panennya kemudian diolah, dibumbui dan dijual dalam paket-paket melalui network yang ada.

Sayuran Hidroponik, memanfaatkan limbah air dari bak lele untuk menyiram tanaman sayuran sehingga segar, gemuk, sehat, hijau, dan bebas pestisida. Hasilnya cukup mendatangkan pemasukan yang signifikan.

Warung Teras(a) Murah, adalah sebuah bentuk usaha menjual makanan murah, bahkan beberapa orang tertentu digratiskan. Warung ini diadakan agar mampu berkontribusi mengangkat kesulitan masyarakat untuk mendapatkan makanan sehat dan layak di masa pandemi ini. Paket Sayur Gratis. Tim Ekonomi Kreatif BaPos Parakan Salak juga membagikan paket sayur sop/sayur asem yang disangkutkan di pagar teras agar bisa diambil secara gratis oleh mereka yang membutuhkan.

Rasaboga Bakcang & Sate Babi. Citra kuliner yang sudah lama diakui kelezatan rasa dan porsinya ini, tetap dikembangkan sebagai salah satu pilar utama pengembangan ekonomi kreatif di BaPos Parakan Salak.

Usaha Konveksi, merupakan sebuah pengembangan tekad dan kompetensi yang semula hanya untuk dikenakan sendiri, tapi kini sudah berani dijual di pasar, meskipun masih terbatas pada pakaian standar yang sederhana, dan belum merambah ke tingkat mode. Meskipun demikian, Tim Ekonomi Kreatif sudah berani menerima pesanan dalam jumlah besar, bahkan membuat produk khusus celana dalam sunat yang berkualitas dan efektif penggunaannya.

GKI PONDOK INDAH
Segmen II adalah tentang kaleidoskop GKI Pondok Indah dari awal hingga saat ini, dan refleksi GKI Pondok Indah pasca pandemi. Pada segmen ini Pdt. Bonnie berbincang dengan Pdt. (em.) Agus Susanto dan Pdt. Joas Adiprasetya sebagai nara sumber.

Pendeta (em,) Agus Susanto—sebagai Pendeta pertama di GKI Pondok Indah—menceritakan pengalaman perjalanan dan pertumbuhan GKI Pondok Indah dari awal sampai pembangunan gedung gereja serta pertumbuhan jemaatnya hingga saat ini. Pada awalnya, jemaat GKI PI beribadah di Tarogong (1978) dengan status sebagai Pos Kebaktian Minggu GKI Kebayoran Baru. Ketika bermaksud hendak membangun gedung gereja pada sebidang tanah yang berhasil dimiliki, masyarakat menolaknya. Sejak saat itulah peribadahan dilaksanakan secara berpindah-pindah tempat. Bahkan pernah ibadah dilangsungkan di rumah Pdt. JH Wirakotan. Setelah itu barulah pindah ke aula Sekolah Tirtamarta. Meskipun banyak warga jemaat sekitar yang potensial menjadi jemaat GKI Pondok Indah, tapi ketika diajak bergabung, mereka menunda dulu sambil menunggu gedung gereja GKI Pondok Indah jadi. Dalam kondisi seperti itu, benar-benar ada pesimisme bahwa GKI Pondok Indah akan bisa berkembang. Namun ketika gedung gereja sudah jadi dan Jemaat cabang GKI Kebayoran Baru di Kebayoran Selatan diresmikan dan didewasakan menjadi GKI Pondok Indah (tadinya GKI Kebayoran Selatan) pada tanggal 20 Juni 1984, kepesatan pertumbuhannya melebihi ekspektasi/ harapan.

“ …, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.”

VISI-MISI GKI PI
Pendeta (em.) Agus Susanto menceritakan bahwa—dalam segala pesimisme, bahkan perasaan tertegun menyaksikan pertumbuhan jemaat GKI PI—pada akhirnya ia mencoba membangun spirit pelayanan dan pengembangan GKI Pondok Indah dari Yesaya 26:12b – “ …, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.” Ia menggarisbawahi kata KAMI dan ENGKAU. Kami diberi arti bahwa keberadaan Pdt. Agus Susanto di tengah jemaat tidaklah sendiri, tapi bersama-sama segenap jemaat yang ada, bekerja dan membangun GKI PI. GKI PI memiliki banyak SDM yang sangat bagus, visioner, kompeten, dan profesional. Bersama dengan mereka semua, ia diperkenankan bekerja sama untuk mewujudkan impian jemaat GKI PI. Sedangkan kata Engkau dimaknai sebagai sebuah pernyataan bahwa berkembangnya GKI PI seperti ini bukanlah hasil upaya kami sendiri, tapi jelas adalah campur tangan dan bimbingan Tuhan (Engkau).

Jemaat punya visi-misi yang digali dari bawah (bottom-up), serta diperjuangkan dan diwujudkan menurut konteks kehidupan jemaat secara aktual. Sekitar tahun 2000 dibuatlah Misi 10 tahunan yang visioner: Hidup, Terbuka, Partisipatif, dan Peduli.

REFLEKSI PASCA PANDEMI
Pdt. Joas Adiprasetya menyampaikan bahwa sejak pandemi semua organisasi di dunia ini mengalami perubahan atau penyesuaian yang drastis, menjadi ‘start-up’ baru lagi. Semua organisasi belajar dari nol lagi, termasuk kita, GKI Pondok Indah.

Pemahaman tentang berakhirnya pandemi harus mendapatkan dasar pengertian melalui kenyataan, fakta, serta data yang akurat dan jujur. Sangat bisa jadi pandemi ini tidak akan pernah berakhir, dan hanya digantikan oleh sumber tekanan yang baru. Dengan demikian, berakhirnya sebuah pandemi (untuk masuk ke pandemi yang lain) selalu menghasilkan perubahan yang menuntut setiap orang untuk terus beradaptasi dengan kehidupan yang diwarnai dengan pandemi-pandemi itu. Tugas kita bukan lagi berusaha menghindari dampak pandemi, tapi harus berupaya mengakrabinya melalui upaya menjaga diri sebaik-baiknya, sehingga bila harus terdampak, semuanya sudah disiapkan dengan baik, sehingga tidak berakibat fatal dan penanganannya akan lebih mudah.

VIRTUE DASAR VISI-MISI
Bagaimanapun harus disadari, dipahami, dan diakui bahwa pandemi ini membuat kita semua tidak tahu kepastian apa yang akan terjadi setahun ke depan. Jangankan setahun, sebulan, seminggu, sehari, bahkan sejam saja kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Semua ramalan berakhirnya pandemi telah tumbang. Bukan karena pada dasarnya pandemi ini tidak akan pernah bisa berakhir, melainkan karena sikap, respons, dan perilaku manusia dalam upaya memotong rantai peredaran virus yang menyebabkan pandemi ini—melalui pelaksanaan protokol kesehatan— sangat memprihatinkan.

Hal itu akan memengaruhi cara kita merumuskan visi-misi kita ke depan. Alih-alih berupaya menyusun visi misi sendiri, yang kadang-kadang mengandaikan bahwa kita bisa memperkirakan apa pun di hari depan yang jauh sana dengan tepat, seyogyanya kita menyusun visi-misi yang berdasarkan visi-misi Kerajaan Allah. Visi-misi Kerajaan Allah adalah visi-misi yang berdasarkan pada virtue (kebajikan) yang diajarakan oleh Yesus Kristus. Filipi 4:8 (TL) – Lain daripada itu, hai saudara-saudaraku, barang apa yang benar, barang apa yang indah, barang apa yang adil, barang apa yang suci, barang apa yang molek, barang apa yang kedengaran baik, jikalau ada sesuatu kebaikan dan jikalau ada sesuatu kepujian, itulah yang hendak kamu pikirkan.

Virtue adalah nilai-nilai dasar yang akan menjadi landasan dalam mengambil keputusan. GKI Pondok Indah juga akan menyusun visi misinya menggunakan virtue: vulnerability (kerapuhan), bela rasa, persahabatan, agility & resilience.

UPDATE TGT
Pnt. Caroline Rizkia Hutapea (Ketua Majelis Jemaat GKI Pondok Indah— yang akrab dipanggil Kia—adalah nara sumber pada segmen III yang memberikan penjelasan mengenai update TGT dan responsnya dalam menyikapi keterpilihannya sebagai Ketua Majelis Jemaat termuda dan wanita, pertama kali.

Menjawab pertanyaan yang diajukan pemandu: “Kapan gereja buka?” Pnt. Kia menjelaskan bahwa dasar pemikiran yang kita gunakan untuk menetapkan keputusan itu adalah tetap pada prinsip menghargai dan menjaga kehidupan yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Meskipun banyak fakta disodorkan bahwa sejumlah gereja telah membuka pintu mereka untuk memberi kesempatan jemaat beribadah secara tatap muka, toh tidak dapat dimungkiri bahwa banyak kasus akhirnya menjadi klaster tempat ibadah. Sebuah ketergesaan yang memberikan ekses buruk yang sangat tidak sebanding antara kegembiraan sekejap bertemu sesama, dengan hilangnya nyawa yang menghilangkan kesempatan selamanya untuk saling berjumpa di suatu saat yang lebih baik nanti.

Ketika level risikonya diturunkan dan alternatifnya dikembangkan, maka menjawab pertanyaan: “Kapan kita melaksanakan ibadah secara hybrid?— artinya melaksanakan ibadah baik secara online maupun offline— Pnt. Kia memberikan penjelasan bahwa pastilah keputusan yang akan dibuat Majelis tidaklah ekstrim untuk semata mata kembali ke model peribadatan sebelum 14 Maret 2020. Mungkin dengan melihat kenyataan yang ada, arahnya akan tetap mengupayakan tersedianya layanan yang mampu menjangkau warga jemaat di tempat yang lebih jauh (bahkan tidak terbatas jarak). Karena itu, GKI PI telah menyiapkan Tim Digital Ministry yang akan membantu memfasilitasi bentuk layanan ini. GKI PI telah siap menjadi gereja global yang menjalankan Omni Ministries.

Tim Gugus Tugas (TGT) sampai saat ini masih tetap bertugas. Jika ada kesulitan menghubungi seorang contact person, maka dalam keadaan darurat dan segera membutuhkan pertolongan, warga jemaat bisa menghubungi siapa saja yang bisa dianggap sebagai liaison officer (petugas penghubung)—tanpa sebuah penunjukan ataupun pengangkatan resmi—yang akan menghubungkannya kepada person in charge yang diharapkan memberi pertolongan.

Tentang terpilihnya ia sebagai Ketua Majelis Jemaat wanita dan termuda pertama kali, Pnt. Kia menyatakan keheranannya kenapa hal itu harus dijadikan patokan? Di Alkitab banyak sekali contoh orang-orang muda yang mendapat tugas dan panggilan untuk melayani, bahkan memimpin dalam kemudaannya. Bukankah Timotius adalah contoh yang sangat gamblang tentang hal itu? Yesus juga melayani di usia yang tergolong sangat muda, 30 tahun. Tugas kepemimpinan dihayatinya sebagai panggilan yang harus dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggungjawab. Ketika budaya yang menganut pemisahan gender dalam dunia sosial sudah tidak lagi dipegang sebagai kebenaran mutlak dan telah dibuktikan ‘kesalahannya’, maka apa salahnya seorang perempuan memegang tanggung jawab kepemimpinan. Yang membedakan baik tidaknya kualitas kepemimpinan seseorang bukanlah gendernya, tapi tanggung jawab dan komitmennya.

Persekutuan Gabungan yang dihadiri oleh 121 user id ini—dan sebagian besar di antaranya hadir berpasangan—ditutup dengan doa yang dinaikkan oleh Bpk. Bert Sunaryo Halim pada pk. 13.10.

|Sujarwo

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • WEEKEND PASUTRI
    WEP adalah singkatan dari Weekend Pasangan Suami Istri, suatu program belajar bersama selama 3 hari 2 malam untuk pasangan...
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...