Parousia (/ pəˈruːziə /; Yunani: παρουσία) adalah kata Yunani kuno yang berarti kehadiran, kedatangan, atau kunjungan resmi. Dalam Catholic Dictionary, kata tersebut didefinisikan sebagai Kedatangan Kristus yang kedua kali ke bumi (I Korintus 15:23). Referensi untuk ini sering kali ditemukan dalam Perjanjian Baru, seperti yang digambarkan para penulis mengenai kemenangan akhir Yesus dan pendirian kerajaan-Nya (I Tesalonika 4: 15-17; Matius 24: 3-14; II Petrus 1:16).
Jadi Parousia seperti yang terdapat dalam Wahyu 22:12: “Sesungguhnya Aku datang segera …” dipahami sebagai kedatangan kembali Yesus ke dunia untuk kedua kalinya. Kedatangan Yesus yang kedua kalinya adalah doktrin yang sejak semula dipegang oleh kekristenan secara ortodoks. Ini terlihat di dalam pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Chalcedon. Kedatangan Kristus bersifat harfiah dan jasmani. Ia akan kembali sebagaimana para murid melihat-Nya naik: “Hai orang orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” (KPR 1:11).
Kembalinya Kristus harus diantisipasi dengan penuh kegembiraan oleh orang-orang percaya, sebab kedatangan-Nya tidak diketahui waktunya. Kedatangan-Nya yang kedua ini akan bersifat tiba-tiba, mendadak, tidak dalam perkiraan manusia,dan tidak seorang pun yang tahu. Seperti yang Yesus sendiri katakan: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja” (Markus 13:32).
Karenanya dalam Wahyu 3:3 Yesus mengingatkan semua yang menantikan parousia agar bersiaga dan berjaga jaga: “Sebab itu ingatlah apa yang telah engkau terima dan dengar. Lakukanlah itu dan bertobatlah. Jika engkau tidak terjaga, maka Aku akan datang seperti pencuri. Engkau sekali-kali tidak akan mengetahui kapan waktunya Aku datang.” Demikian juga yang terdapat pada Lukas 12:40: “Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.”
Memaknai ‘Segera’
Paulus yakin bahwa Tuhan Yesus akan segera datang kembali ketika ia dan jemaatnya (30-60M) masih hidup, seperti yang tertulis dalam 1 Tesalonika 4:15-17: “Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.” Dan juga yang dinyatakannya dalam 1 Korintus 15:51: “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah.”
Demikian juga dengan Markus dan jemaatnya (65-70 M) tampaknya masih yakin parousia segera terjadi, seperti yang tertuang dalam Markus 9:1 – Kata-Nya lagi kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.”
Dengan demikian pergumulan terjadi di dalam jemaat-jemaat itu, kapankah waktu kedatangan Yesus yang kedua kalinya itu? Banyak yang mencoba menebak-nebak, bahkan memasti-mastikan waktunya sehingga menyesatkan orang lain. Atau bahkan memengaruhi keyakinan dan kepercayaan mereka sendiri, sehingga menimbulkan keraguan pada pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sendiri.
Salah Memaknai Parousia
Banyak yang salah memahami kedatangan Yesus yang kedua kali ini dengan pengertian mereka sendiri, sehingga menimbulkan kebingungan bahkan kesesatan jemaat yang mengikuti mereka. Entah dengan rumusan dan ilham seperti apa mereka mengaku telah mengetahui saat kedatangan Yesus kedua kalinya, sehingga mereka mengajak jemaat mereka untuk bersiap-siap menyambut kedatangan-Nya.
Ada beragam pemahaman dan cara mereka mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus itu, dari yang diminta keluar kerja dan hanya berdoa serta bersekutu di gereja, ada yang diminta untuk menjual seluruh harta mereka dan mengumpulkan uang dalam persekutuan untuk mencukupi kebutuhan mereka yang dalam persekutuan menantikan kedatangan Tuhan Yesus, bahkan ada yang bersepakat minum racun bersama-sama agar dapat segera menyongsong Yesus secara cepat dan bersama-sama.
Meskipun semangat itu seolah-olah baik, tetapi hampir keseluruhan respons yang berlebihan itu berakhir dengan sebuah preseden buruk berupa penipuan, manipulasi, dan kesesatan, bahkan penyangkalan iman dalam mengarahkan jemaat untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua ini.
Contoh yang Salah Kaprah
Salah satu contoh terjadi di Bandung. Pendeta MS, pemimpin jemaat Pondok Nabi yang mengklaim dirinya sebagai Rasul Paulus II, secara yakin menyatakan bahwa hari kedatanganYesus yang kedua kali jatuh pada tanggal 10 November 2003, tepat pukul 15.00 WIB. Ia mengumpulkan sekitar 300 orang jemaatnya dari wilayah Indonesia Timur, antara lain Sulawesi, Maluku, dan Timor Timur, di sebuah gedung di Jalan Siliwangi, Bale Endah. Ketika waktu yang dipastikan hampir tiba, mereka berteriak-teriak pilu memanggil-manggil Tuhan. “Yesus… Datanglah segera.” Ketika pukul 15.00 WIB sudah berlalu dan Tuhan Yesus belum juga datang menjemput jemaat yang berkumpul itu, jemaat Pondok Nabi tetap teguh meyakini bahwa Tuhan Yesus akan datang pada hari itu. Sejumlah warga jemaat kemudian mengaku mendapat ‘bisikan’ bahwa kedatangan Tuhan yang tertunda akan direalisasikan pada pukul 24.00 WIB. Namun, lagi lagi ‘suara’ itu terbukti salah. Lantas, datang lagi ‘wahyu’ yang menyatakan Tuhan bakal tiba pada pukul 02.00 WIB keesokan harinya. Setali tiga uang, pernyataan itu terbukti melenceng.
Pendeta MS, yang telah ditahan di Rumah Tahanan Kebon Waru bersama 12 wakilnya yang mengklaim diri sebagai 12 rasul seperti yang tercantum di Alkitab, mengajukan argumen bahwa telah terjadi kesalahpahaman pada semua orang, salah kaprah. Menurut dia, 10 November adalah awal dari datangnya hari kiamat yang ditandai dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua itu. Ia menjelaskan bahwa proses terjadinya kiamat itu akan berlangsung terus sampai 11 Mei 2007. “Nah, selama tiga tahun masa penantian ini, Nabi Musa dan Elia akan mempersiapkan umat mereka agar tak menghujat Yesus,” ujarnya. Entah ke arah mana dan menjawab apa penjelasannya itu, tapi jelas itu hanya sebuah alibi setelah sebelumnya ia dengan gencar menyiarkan keyakinannya dan telah berhasil mengumpulkan jemaat yang demikian banyak itu.
Sementara itu para warga jemaat dibebaskan dan diserahkan kepada pengurus Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) untuk dibina. Mereka kemudian dibiayai pulang ke daerah asal masing-masing. Dan dari beberapa laporan, Pondok Nabi meminta harta benda pengikutnya yang tak dapat diambil kembali. Selain itu masih banyaklah keluhan jemaat sebagai ekses dari pemahaman yang salah kaprah tentang parousia ini.
Penundaan Parousia
Pada saat Lukas menulis kedua kitabnya (80-90M), tampaknya sudah terjadi pergumulan di jemaatnya: mengapa kedatangan kembali (parousia) Yesus belum juga terjadi? Apakah Dia tidak akan datang kembali?
Mereka mengalami krisis pengharapan akan kedatangan Tuhan (parousia) itu. Di antara mereka ada yang tetap bertekun dalam pengharapan, sementara yang lain sudah mulai lesu iman dan terus mempertanyakan kapan hari kedatangan Tuhan itu tiba, seperti yang dituliskan dalam Lukas 17:22-24 – Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya.”
Injil Lukas 21:8, 9b mengingatkan – Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia,” -dan- “Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka, … itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” Yesus menegaskan bahwa Hari Tuhan pasti akan datang asalkan Injil telah diberitakan ke seluruh dunia. Dengan demikian, yang menjadi fokus seharusnya bukan pada perhitungan kepastian kedatangan Hari Tuhan, melainkan pada pemberitaan Injil itu sendiri.
Untuk menjawab pergumulan di jemaatnya, Lukas menolak ajaran Paulus dan Markus. Menurut Lukas, parousia tidak segera terjadi (Luk. 21:8-9). Namun, Lukas tetap mengingatkan jemaatnya bahwa parousia bisa saja terjadi tiba-tiba: “Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan “ (Luk. 12:39-40). Dengan demikian jemaat diminta untuk tetap beriman dan berjaga jaga (Luk. 12:35-48; 18:8; 19:11-27). Lebih dari itu, Lukas berkeyakinan bahwa ‘penundaan parousia’ adalah kesempatan keselamatan bagi sebanyak-banyaknya orang, kesempatan bagi pemberitaan Injil sampai ke ujung bumi.
Yang Harus Dilakukan
Penulisan kitab Kisah Para Rasul juga membuktikan keseriusan Lukas dalam membina jemaatnya yang hidup dalam pergumulan penundaan parousia. Alih-alih resah menanti dan mempertanyakan keyakinan iman akan kedatangan Yesus kembali, Lukas mengajak jemaat untuk tetap beriman, tekun mengikuti ajaran Yesus, dan memberitakan Kabar Baik: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). Dan Paulus dinilai telah melakukan dengan benar hal-hal yang diperlukan untuk menantikan kedatangan Yesus kembali: Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus (Kis.28:31). Jemaat di zaman ini pun tetap tidak perlu gelisah menunggu kepastian parousia jika semua memahami tentang penundaan parousia yang disampaikan oleh Lukas. Yang perlu diantisipasi dalam hal ini bukanlah waktu kedatangan-Nya, melainkan keharusan untuk hidup saleh di dalam menanti kedatangan kedua kali Raja tersebut. Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya … Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (2Pet 3;11). Sekali lagi, yang perlu dilakukan bukanlah menebak-nebak kepastian parousia, tapi seyogyanya lebih fokus pada upaya menata laku serta upaya-upaya membekali dan mempersiapkan diri agar dianggap layak menyambut parousia, menjadi seperti gadis-gadis bijaksana yang menyiapkan cadangan minyak dalam menyambut kedatangan sang pengantin. …., datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup (Matius 25:10b). Mereka yang bijaksana dalam membekali dan mempersiapkan diri akan turut dalam kemuliaan Tuannya. Sebaliknya, yang tidak mempersiapkan diri akan ditolak karena dianggap tidak layak. Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu (Matius 25: 12). Karena itu, semua yang menanti-nantikan parousia diingatkan untuk senantiasa bersikap dan memberikan respons yang bijaksana. Melakukan yang harus dilakukan dan tidak mengentengkan tugas panggilan serta berupaya memperlengkapi dan mengembangkan diri agar dianggap layak untuk masuk dalam kemuliaan Tuannya. “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya” (Matius 25:13).
Di dalam menantikan parousia, seyogyanya jemaat makin meningkatkan keimanan melalui upaya belajar memahami Firman Tuhan secara benar dan terus bergiat mencari kehendak Tuhan dalam hidup, juga mengembangkan kehidupan persekutuan agar bisa saling mengingatkan, menolong, dan melayani, serta tak lelah mengabarkan ‘kabar baik’ kepada dunia dengan berkontribusi bagi kehidupan sekitar, dan bahkan dunia.•
(Sujarwo)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.