Panti & Yusti

Belum ada komentar 33 Views

Mengenang almarhum Pak Panti dan Ibu Yusti, selalu terbayang wajah wajah yang ramah, penuh senyum, membuat orang lain bergembira, dan senantiasa mempunyai pandangan dan pemikiran yang optimis.

Mereka berdua dikaruniai talenta dalam hal tarik suara. Tidak heran kalau mereka melayani di berbagai paduan suara di Gereja. Tidak mengherankan pula bahwa dengan berpulangnya mereka ke pangkuan Bapa di surga, banyak warga jemaat yang merasa kehilangan, bahkan tidak percaya bahwa begitu cepat mereka meninggalkan kita semua. Selain dalam urusan tarik suara, Ibu Yusti juga dikaruniai talenta dalam hal masak-memasak. Dalam setiap kesempatan, makanan yang dibuat oleh Ibu Yusti selalu ditunggu-tunggu. Apakah itu latihan paduan suara, acara bazar di gereja, bahkan resepsi pernikahan di plaza gereja, makanan “made in” Ibu Yusti pasti akan cepat habis.

Kini mereka sudah mengakhiri pertandingan dan sudah berbahagia bersama Bapa di surga.

Untuk mengenang almarhum Pak Panti dan Ibu Yusti, berikut ini kesan dari beberapa warga jemaat anggota Paduan Suara Agape.

Sprinter itu Telah Mencapai Garis Finis dengan Baik
Sebuah Keteladanan dari alm. Pak Panti Panggabean

Seorang sprinter atau pelari cepat harus menguasai 3 teknik agar memiliki performa yang prima dan kecepatan berlari yang baik. Teknik teknik tersebut adalah start, lari, dan mencapai garis finis.

Ketika melakukan start jongkok, sprinter akan melakukan tolakan dan dorongan pada kaki, sehingga bisa mengoptimalkan kecepatan berlari. Jika berhasil melakukan start, maka ia harus berlari secepat mungkin agar dapat segera sampai ke garis finis dengan pandangan fokus ke depan dan badan dicondongkan ke depan. Begitu pun kedua tangan diayunkan ke depan dada. Teknik terakhir—melewati garis finis—adalah gerakan tubuh saat memasuki garis finis. Bagian dada dijatuhkan ke depan, salah satu bahu dijatuhkan ke depan dan berlari secepat mungkin.

Layaknya seorang sprinter, alm. Pak Panti telah berlari mencapai sasaran dengan teknik berlari yang baik dan tepat, sehingga dapat melampaui rintangan apapun untuk melayani Bapa sampai mencapai garis finis pada tanggal 17 Desember 2020.

Tepat sebulan sebelumnya, beliau melakukan start, yaitu pada tanggal 17 November 2020. Tiba-tiba beliau menelepon saya dan menceritakan tentang keadaan seorang warga jemaat yang sedang memiliki masalah. Beliau mengajak saya dan bapak Pendeta untuk membantu yang bersangkutan, karena selain yatim piatu, ia juga seorang perempuan.

Tidak ada yang kebetulan bagi anak Tuhan dan semua terjadi atas kehendak-Nya. Sejak saat itulah kami melayani melalui WA sebelum akhirnya bertatap muka di Gereja dengan warga jemaat tersebut. Seperti seorang sprinter yang melakukan tolakan dan dorongan pada kaki sehingga bisa mengoptimalkan kecepatan berlari, maka alm. Pak Panti pun dengan bersemangat dan tanpa rasa cemas atas kondisi pandemi, bergegas mengadakan pertemuan tersebut dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.

Teknik sprinter kedua yang beliau jalankan adalah pandangan fokus ke depan dan badan dicondongkan ke depan ketika berlari. Begitu pun dengan kedua tangan diayunkan ke depan dada. Dengan konsisten dan tetap fokus, alm. Pak Panti terus melakukan komunikasi dengan warga jemaat tersebut dan menginformasikan perkembangan terbaru setiap dua hari sekali kepada kami (saya dan bapak Pendeta). Lalu kami bertiga mendiskusikan, bertukar pandangan tentang langkah-langkah berikut yang sebaiknya diambil, karena sejujurnya persoalan yang dihadapi oleh warga jemaat tersebut memang cukup rumit, menyangkut keluarga dan bahkan masuk ke ranah hukum, dll. Beliau tak pernah patah semangat, justru keinginan untuk membantu makin besar, sementara kebanyakan orang lain dipenuhi dengan rasa khawatir atau stres yang sering membuat pelayanan mereka kendur. Semangat yang luar biasa itulah yang sampai saat ini tak pernah saya lupakan dan menggoreskan kesan yang mendalam.

Pada hari Selasa, 8 Desember 2020 malam, kami bertiga mengadakan zoom meeting. Rupanya saat itu beliau sudah merasa kurang sehat, tapi tetap gigih mengajak kami membahas perkembangan dari pergumulan warga jemaat tersebut. Dua hari kemudian, 11 Desember, saya mendapat kabar bahwa beliau dinyatakan positif COVID-19 dan dirawat di rumah sakit. Dukungan doa dinaikkan tiada henti, segala upaya medis telah dilakukan, tetapi yang terbaik diberikan Tuhan bagi anak-Nya. Tepat sebulan kemudian, 17 Desember 2020, sejak pertandingan sprinter alm. Pak Panti dimulai, Tuhan memanggil beliau pulang, karena sudah mencapai garis finis setelah berlari secepat mungkin, melewati segala rintangan (kondisi pandemi) untuk tetap melayani Nya, dan akhirnya beroleh anugerah terbesar, bertemu dengan Bapa di Surga. Seperti yang telah tertulis dalam 2 Timotius 4:7-8, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan….”

Bagi saya, alm. Pak Panti adalah seorang yang ramah, hangat, suka menolong dan selalu ceria, penuh canda. Beliau selalu bersemangat seperti laiknya orang Batak. Pelayanan beliau meliputi berbagai bidang kegiatan di Gereja, terutama paduan suara Agape di Bintaro, juga Mannen Koor dan grup lainnya. Suaranya bagus, dan beliau menguasai teknik bernyanyi yang baik, sehingga bisa memandu suara penyanyi sopran, alto, tenor, dan bahkan bariton.

Setelah berpulangnya alm. Pak Panti, saya memetik banyak keteladanan dari kehidupan dan pelayanan beliau. Melalui Roh Kudus, Tuhan memanggil kita untuk mengikuti rencana-Nya dan belajar peka menyambut panggilan itu. Hal ini telah dilakukan oleh alm. Pak Panti, yang dalam sebulan makin kencang berlari untuk melayani dengan segenap hati. Kita pun harus setia, maju terus, sampai Tuhan menentukan kapan tugas kita usai, dan kita mencapai garis finis dengan dada ke depan, karena Dia telah memimpin kehidupan kita.

Sprinter itu tiada lagi di tengah kita, tapi kesaksian hidup nyata yang telah diwariskannya kepada kita semua sangatlah berharga. Segala kemuliaan bagi Bapa di Surga.

(Lanny Hendarsin Santoso)

Sepotong Puisi Yang Tak Terbaca
Setelah berbulan-bulan lelah dengan latihan paduan suara online, anggota PS Agape kembali antusias karena latihan terakhir tahun 2020 akan diisi dengan Perayaan Natal. Panitia Natal dibentuk, berbagai acara disiapkan, termasuk secret santa-cross cadeau. Masing-masing anggota menyiapkan dan mengirimkan sebuah kado kepada anggota lainnya. Penerima tidak mengetahui pemberi kadonya dan akan dibuka secara bersama-sama pada hari H.

Ratna—istri saya—mendapatkan kesempatan untuk menyiapkan kado bagi Pak Panti Panggabean. Kami berdua sepakat memberikan kado dengan sentuhan khusus melalui sepotong puisi. Saya teringat bagaimana Pak Panti menyapa sahabat-sahabatnya dan bagaimana mereka menyambutnya setiap kali latihan paduan suara. Kehadiran, sapaan dan senyumannya yang khas membuat setiap anggota PS Agape merasa yakin bahwa latihan pada malam tersebut akan berlangsung dengan baik. Kecintaannya yang mendalam untuk melayani Tuhan melalui paduan suara telah memberinya kemampuan untuk mempersembahkan paduan suara surgawi. Sekalipun masih sayup-sayup, Tuhan sungguh menyenanginya. Bayangan tersebut mengilhami saya menuliskan “….sayup-sayup terdengar paduan suara surgawi…” Setelah puisi selesai ditulis, saya meminta pendapat Ratna. Ia kurang setuju karena menurut pendapatnya, kalimat tersebut dapat berkonotasi dengan kematian. Akhirnya kalimat tersebut diganti menjadi “…sayup-sayup terdengar paduan suara Agape…”

Kado dibungkus dengan rapi dan dikirimkan ke rumah Pak Panti, beberapa hari sebelum beliau sakit. Pada hari H, kami tidak merayakan Natal dan Pak Panti tidak membaca puisinya. Kami semua yang ditinggalkan disergap oleh kesedihan yang amat dalam. Tuhan telah memanggil beliau untuk memperkuat paduan suara surgawi.

Selamat jalan Pak Panti dan Bu Yusti. Kelak kita semua menjadi anggota paduan suara surgawi.

Di bawah ini adalah puisi asli yang saya tulis:

Engkau menyapa SATB
Sopran mengharapkanmu
Alto merindukanmu
Tenor mengandalkanmu
Bass berdebar-debar
Sayup-sayup terdengar paduan suara surgawi
Pelatih berteriak… keluarkan suaramu.
Tuhan tersenyum.

(Yuskar Laze)

Yusti dalam Kenangan
Saya mengenal Yusti sejak saya ber gabung dengan PS Agape sekitar tahun 2004. Kebetulan kami sama-sama di kelompok suara alto. Yusti ramah kepada siapa pun dan tidak pilih-pilih teman. Dan yang paling kusukai, beliau pintar masak dan suka memasak.

Setiap latihan paduan suara di rumahnya merupakan saat yang paling dinanti-nantikan oleh teman-teman karena konsumsi pasti dimasak sendiri oleh Yusti dan pasti rasanya enak.

Tanggal 13 Maret 2020 merupakan latihan terakhir PS Agape di rumah Aniek, salah satu anggota paduan suara Agape. Setelah itu kami mulai berlatih melalui zoom.

Pak Panti dan Yusti termasuk anggota paduan suara yang paling rajin hadir di latihan melalui zoom. Kenangan tak terlupakan adalah waktu latihan terakhir sebelum Yusti sakit. Beliau kelihatan sangat bersemangat dalam bernyanyi dan langsung bersedia untuk bernyanyi sendiri. Namun sayang, belum sampai rekaman, beliau sudah masuk rumah sakit sampai Tuhan memanggilnya pulang.

Mengikuti perkembangan Yusti selama opname di rumah sakit, perasaan saya bagaikan naik roller coster: sehari mendengar kabar Yusti membaik, esoknya mendengar kabar bahwa ia butuh transfusi darah, dan sebagainya. Tiga jam menjelang memasuki tahun 2021, saya mendapat kabar bahwa Yusti sudah bersama Pak Panti di surga.

Sampai sekarang saya merasa bahwa Yusti masih ada, hanya saja kita belum bisa ketemu karena pandemi. Yusti, kamu selalu ada dalam kenanganku.

(Martha Yosia)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • WEEKEND PASUTRI
    WEP adalah singkatan dari Weekend Pasangan Suami Istri, suatu program belajar bersama selama 3 hari 2 malam untuk pasangan...
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...