Paradoks kehidupan diajarkan Tuhan Yesus kepada para murid, sebelum la memasuki jalan Salib. Seolah merupakan jalan yang sudah ditetapkan, “Anak Manusia” harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli -ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (ay.31). Pernyataan ini tentu saja bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh para murid (ay.33). Paradoks ini dipertajam dengan pernyataan Yesus, “barangsiapa kehilangan hidupnya karena Aku, ia akan memperolehnya kembali” (ay.35)
Harmoni sering kita sebut serasi, bagaimana kita bisa menyebut serasi kalau tidak ada oposisi. Kita bisa merasa kenyang karena ada rasa lapar, ada tua karena ada muda. Dari sini terbangun harmoni. Kalau semua sehat, maka sehat itu sendiri tidak ada, karena untuk ada sehat, butuh ada sakit. Kebijakan dalam kehidupan ini akan muncul justru ketika menghadapi berbagai masalah yang sulit dan rumit.
Mengikut Yesus dengan menyangkal diri, memikul Salibnya dan mengikuti jalan-Nya (ay.34) mengajarkan pada para murid bahwa kehidupan yang sempurna hanya dapat terjadi ketika kita mau menerima ketidaksempurnaan diri kita dengan mengarahkan hidup kita seperti yang dikehendaki oleh Tuhan dan bukan seperti yang kita pikirkan atau kehendaki sendiri.
Hidup ini bukan antara yang salah dan benar tetapi antara yang benar dan yang benar. Dua hal yang bertentangan bisa benar dua-duanya hanya konteksnya saja yang berbeda. Karena itu, Yesus tidak menyalahkan para Imam kepala dan ahli taurat, sebab mereka melakukan sesuatu seperti yang seharusnya dilakukan.
Penolakan harus terjadi, seperti yang dikehendaki dan dipikirkan oleh Allah (ay.33), hanya dengan penolakan ini maka terjadilah jalan Salib penderitaan yang akan mengarah pada kemuliaan yang menyelamatkan nyawa manusia.
Yang paling utama dalam hidup manusia ialah kerelaan untuk memberikan hidup kita bagi orang lain. Dengan memberikan hidup, kita akan memperoleh Kembali hidup kita. (TT)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.