Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan. (Gal. 5:9)
Ada peribahasa yang mengatakan: “Nila setitik rusak susu sebelanga.” Nila meskipun sedikit, namun memiliki daya rusak yang cukup besar; karena ada setitik nila maka semua susu dalam belanga menjadi rusak dan akan dibuang. Akibat kesalahan kecil yang diperbuat maka hilang semua kebaikan yang telah dilakukan.
Kata ‘ragi’ adalah kata yang tidak asing dalam kehidupan bangsa Israel. Ragi digunakan untuk membuat roti. Dalam Perjanjian Lama dikenal hari raya “Roti Tidak Beragi” sebagai peringatan bangsa Israel keluar dari Mesir. Dalam Perjanjian Baru, ragi memiliki dua arti: pertama, ragi dilihat sebagai hal yang jahat dan busuk, istilah ini dipakai untuk menggambarkan kemunafikan orang Farisi dan orang Saduki. Kedua, istilah ragi dipakai Tuhan Yesus untuk menggambarkan Kerajaan Allah, di mana dengan jumlah yang sedikit, bisa memberi dampak atau pengaruh yang sangat besar.
Arti yang manakah yang ingin kita pakai dalam kehidupan kita? Arti yang pertama mengajarkan kepada kita untuk berhati- hati dalam hidup. Jangan seperti orang Farisi dan orang Saduki yang munafik, mereka memakai kesalehan sebagai sebuah topeng untuk menutupi kejahatan yang mereka perbuat. Arti yang kedua mengajarkan kepada kita, sebagaimana Kerajaan Allah memberi dampak yang sangat besar dalam hidup manusia, maka seharusnya kehidupan kita selaku anak-anak Allah juga memberi dampak yang baik bagi lingkungan di sekitar kita. [Pdt. Engeline Chandra]
DOA:
Kami mau menjaga diri dan hidup kami, Tuhan agar dapat memberi pengaruh yang baik bagi sekitar kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 13; 2Taw. 20:5-12; Gal. 5:7-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.