Rencana kegiatan apa saja yang telah kita tuliskan dalam program kerja, yang harus kita selesaikan hari ini? Sanggupkah kita melakukan semuanya? Kalau kita tidak berhasil menyelesaikannya sesuai rencana, siapa saja yang kecewa? Diri kita atau orang lain yang berharap menerima faedah dari pekerjaan kita? Atau Tuhan juga ikut kecewa? Sebaliknya, jika kita berhasil dengan baik melakukan pekerjaan itu, apakah Tuhan juga senang? Mungkin beberapa di antara kita berpandangan, kalau kita gagal melakukan apa yang kita harapkan maka Tuhan kecewa, sebaliknya Tuhan senang bila kita berhasil melakukannya.
Yesus datang ke dunia tidak semata-mata untuk membantu kita menyelesaikan banyak masalah. Kedatangan-Nya bertujuan agar kita mempunyai relasi pribadi dengan Allah. Tuhan Yesus mengajarkan kita berkomunikasi setiap hari dan berdoa kepada Bapa di surga. Allah juga berbicara kepada kita hari lepas hari. Seberapa dalam kepekaan kita merespons relasi ini?
BACA: 2 KORINTUS 13: 11-13
(Tandai ayat 13). Persekutuan dengan Roh Kudus mengundang Allah tinggal di dalam kita. Ini berarti kita senantiasa menjalin relasi secara pribadi dengan-Nya, melalui peran Roh Kudus itu. Dengan ini pula kita dapat merasakan kehadiran-Nya dalam berbagai situasi yang kita alami.
BACA: YAKOBUS 4:13-17
(Tandai ayat 14, 15). Manusia seperti kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti dan esok hari. Hidup kita ibarat uap yang segera lenyap, tidak ada artinya dan apa pun yang kita lakukan akan sia-sia. Hidup dan perbuatan akan tanpa makna, kecuali kita jalani jika Tuhan menghendakinya.
Kita, Anda dan saya, mungkin saja mengelola kegiatan dengan berbagai cara dan pengaturan, membuat skala prioritas untuk melakukan mana yang perlu didahulukan. Tapi, dalam kehidupan kerja, apa pun sibuknya, bukankah relasi pribadi kita dengan Allah-lah yang terpenting? Tekun bekerja itu baik, menyenangkan orang lain juga hal yang baik. Tetapi hal itu tidaklah cukup, kecuali jika dalam kehidupan kita ada Sahabat nomor satu yaitu Yesus.
Niat baik dan berpikir positf akan bekerja optimal bila seluruh pemikiran kita selalu berorientasi kepada Allah. Begitulah mestinya kita menempatkan Allah dalam hidup. Tuhan Yesus tidak akan pernah berubah untuk mengasihi kita apa pun keberhasilan dan kegagalan kita dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan. Tuhan menginginkan relasi pribadi dengan kita, di mana setiap penggal dari kehidupan kita terbuka di hadirat-Nya.
Allah ingin menjadi pusat perhatian utama, sehingga terjalin relasi yang sungguh dekat dengan kita. Makin intim relasi kita dengan-Nya, menuntun kita mengerti apa yang dikendaki-Nya. Mari, tempatkan Tuhan di atas segalanya, dalam setiap rencana hidup Anda dan saya. Dengan demikian Anda dan saya dapat mempercayakan sederet kegiatan kepada-Nya, karena Dialah yang penuh kasih dan kuasa, dan memahami segala sesuatu yang seharusnya Anda dan saya lakukan – melebihi apa yang Anda dan saya, sendiri, pikirkan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Dwi Sihono Raharjo
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.