corona virus

Menyiasati Serangan Virus Corona

Belum ada komentar 499 Views

Tak ubahnya dunia satwa, bibit penyakit atau mikroorganisme banyak jenisnya. Yang terbesar dalam dunia satwa ialah mamoth, yang terkecil semut. dunia bibit penyakit juga demikian. Yang terbesar parasit, misal cacing usus, dan yang terkecil virus. di antaranya ada kuman, basil, dan riketsia, yakni jenis di antara kuman dan virus. masing-masing punya jenisnya sendiri lagi. ada ratusan jenis parasit, kuman, basil, riketsia, dan virus. virus flu saja ada ratusan, selain bertambahnya masing-masing bibit penyakit akibat pengaruh ekologis, sehingga bibit penyakit berubah sifat dan tabiat, lalu bermutasi, dan lahir jenis bibit penyakit baru.

Dulu semasa belum ada penangkal bibit penyakit, sebelum obat antibiotika pertama penisilin ditemukan, banyak wabah terjadi, sehingga merenggut jutaan manusia sedunia. Wabah sampar, misalnya. Makin tahun makin ditemukan jenis antibiotika baru, sehingga hampir semua—kalau bukan tidak ada lagi—bibit penyakit yang tidak bisa ditumpas oleh antibiotik, kecuali virus.

Mengandalkan Kekebalan Tubuh
Belum semua virus ada antivirusnya. Baru beberapa jenis virus saja yang bisa ditaklukkan oleh antivirusnya. Selebihnya hanya mengandalkan daya tahan tubuh, atau sistem kekebalan tubuh belaka. Makin tangguh kekebalan tubuh, makin mudah virus yang memasuki tubuh ditumpas. Terhadap virus, dunia medis baru pada tahap menemukan vaksin antivirus, sehingga sejumlah virus yang sering menyerang manusia, ada vaksinnya. Awalnya vaksin terhadap cacar, sehingga sudah sejak lama dunia bebas cacar. Namun belum semua virus ada vaksinnya.

Berbeda-beda Pintu Masuk Bibit Penyakit
Bagaimana bibit penyakit memasuki tubuh, punya pintu masuknya masing-masing, sebelum menuju organ tubuh tempat bersarangnya. Virus polio, misalnya, lewat menelan makanan minuman tercemar, lalu memasuki darah, dan tiba ke sistem saraf. Ada yang melalui saluran pernapasan (airborne transmission): bibit penyakitnya beredar di udara lalu terhirup pernapasan manusia. Ini bisa parasit jamur, kuman, maupun virus yang memasuki tubuh lewat pernapasan, dan tidak dengan cara lain. Maka tidak mungkin jamur kotoran burung memasuki tubuh lewat menelannya, atau basil TBC lewat makanan dan minuman, dan virus herpes, cacar air juga dengan cara lewat menelannya. Itu yang dimaksudkan bagaimana kita bisa menalar medisnya kalau kita mengetahui sifat bibit penyakit memasuki tubuh.

Ada juga bibit penyakit yang memasuki tubuh lewat minuman (waterborne transmission), selain lewat makanan (foodborne transmission). Biasanya yang tergolong water-foodborne infection, misal tifus, kolera disenteri, selain hepatitis A (sedangkan hepatitis lainnya lewat darah).

Parasit cacing— selain ada yang lewat makan minum, seperti kebanyakan cacing perut—ada juga yang lewat kulit. Larva cacing tambang, misalnya, menembus kulit lalu masuk darah dan tiba di usus. Kutu kudis juga menembus kulit dan bersarang di bawah kulit. Demikian pula kuman yang bikin bisul memasuki kulit yang terluka.

Semua penyakit yang tergolong penyakit kelamin (sexual transmitted disease) memasuki tubuh lewat hubungan seks, menembus selaput lendir kelamin, selain selaput lendir dubur atau selaput lendir tenggorokan (bila hubungan seks tidak wajar).

Bibit penyakit infeksi mata memasuki bola mata lewat selaput lendir bola mata, bibit penyakitnya beterbangan di udara, selain di air kolam renang yang tercemar bibit penyakitnya. Bibit penyakit tetanus memasuki tubuh lewat kulit yang tidak utuh atau terluka, selain melalui lubang gigi, dan bibit penyakit gigi memasuki tubuh lewat gigi berlubang. Sedangkan infeksi saluran kemih, bibit penyakitnya bisa melalui liang kemih pada wanita, dari air cebok, dan pembalut wanita yang tercemar. Demikian pula bibit penyakit keputihan, dengan cara memasuki liang vagina.

Ada pula bibit penyakit yang memasuki tubuh lewat perantara atau vektor. Vektor bisa nyamuk, misal DB, malaria, atau lewat lalat penyakit tidur (sandfly). Ada juga yang lewat keong (cacing hati), lewat gigitan anjing (gila anjing). Ini tergolong penyakit hewan yang bisa juga pada manusia, atau tergolong penyakit zoonosis. Virus corona tergolong penyakit zoonosis, karena mulanya terdapat pada hewan yang kemudian bisa juga pada manusia.

Ada juga parasit yang masuk tubuh dengan cara mengonsumsi daging atau ikan yang membawa bibit penyakitnya. Cacing pita babi, sapi, atau anjing, parasit toksoplasma dalam daging ternak, dan sejumlah parasit dalam ikan, bila dikonsumsi tidak matang. Kista cacing pita biasanya tahan pemanasan, dan masih hidup sewaktu ditelan. Parasit cacing dan toksoplasma bisa lewat lalap mentah dan kulit buah yang tidak dibasuh bersih.

Bibit penyakit leptospira lewat kencing tikus, selain toksoplasma juga lewat kotoran kucing, anjing, ternak kambing atau sapi yang memakan rumput berkista toksoplasma.

Bibit penyakit yang masuk tubuh lewat minuman dan makanan tercemar, bisa langsung dengan cara menelan minuman dan makanan tercemar, atau bisa melalui perantaraan tangan yang tercemar bibit penyakitnya. Selain dari tangan sendiri, bisa lewat tangan penjaja makanan minuman. Penjual warung nasi yang di tangannya tercemar kuman tifus (tyhpoid abdo minalis) karena dia seorang pembawa tifus (carrier tyhpoid), maka makanan dan minuman yang dijajakan dan dipegang olehnya (food handler), berisiko menularkan kuman itu pada pelanggan yang mengonsumsinya. Itu sebabnya tifus di kantin sekolah atau asrama, bila muncul serempak pada lebih dari satu orang, sumber penyebabnya adalah food handler kantin.

Agar terhindar dari penularan bibit penyakit, kita perlu berupaya untuk mencegahnya agar tidak memasuki tubuh. Menjauh dari pengidap penyakitnya untuk infeksi yang bisa ditularkan lewat udara, termasuk semua infeksi virus (flu, MERS, SARS, Corona, termasuk TBC, bronkhitis, pneumonia), tidak jajan atau makan minum sembarangan, cuci tangan rutin sebelum makan, melindungi makanan minuman dari lalat, kecoak, semut yang bisa memindahkan bibit penyakit ke makanan minuman kita. Tidak jajan makanan minuman tidak panas seperti rujak, ketoprak, buah kupas, selama musim basah. Virus hepatitis A dan polio bisa berasal dari cemaran lingkungan selama musim buah. Kulit duku dan rambutan bisa menjadi sumber bibit penyakit lewat mulut, maka perlu dibasuh dulu dan tidak menggigitnya semasih kulit buah kotor.

Hindari seks bebas, memilih tato, suntikan narkoba, dan pinjam pisau atau alat cukur, lipstik (virus herpes bibir bisa menular dengan cara ini) untuk mencegah HIV, herpes, hepatitis A. Jangan lupa penularan virus tersebut juga berpotensi lewat peralatan dokter gigi yang kurang steril.

Tidak selalu tubuh yang sudah dimasuki bibit penyakit pasti jatuh sakit infeksi. Tergantung seberapa kuat daya tahan tubuhnya, seberapa ganas jenis bibit penyakit yang masuk, serta seberapa banyak memasuki tubuh. Bila tubuh tangguh sistem kekebalannya, dengan mudah bibit penyakit dienyahkan. Kalau pun sampai jatuh sakit, penyakit infeksinya hanya ringan. Selebihnya infeksinya akan gugur. Sebaliknya, bila kekebalan tubuh jelek, misal pada kasus AIDS, atau bila HIV positif, maka kekebalan tubuhnya sudah runtuh, sehingga bibit penyakit seenteng apa pun tetap bikin tubuh terinfeksi. Itu sebabnya pada kasus HIV positif, muncul infeksi yang tidak lazim, yang pada orang normal tidak terjadi saking enteng infeksinya.

Selain tingkat keganasan (virulensi) bibit penyakit yang masuk tubuh, seberapa banyak bibit penyakit yang masuk juga ikut menentukan. Bahwa virus HIV lewat berciuman (air liur) tidak cukup banyak untuk menulari, itu alasannya tidak nalar bahwa berciuman bisa menularkan HIV. Apalagi sekadar ciuman sosial, atau makan minum dari gelas dan piring yang sama, kecil kemungkinan tertularnya.

Kembali pada cara paling ampuh agar terbebas dari serangan bibit penyakit, selain dengan memanfaatkan vaksin, kebersihan diri (personal hygiene), melindungi hidung dan mulut dari udara tercemar bila sedang wabah penyakit lewat udara, juga tidak makan minum sembarang.

Mencuci tangan yang benar ada teknik nya tersendiri. Bukan sekadar basah dan bersabun saja. Bila mencuci tangan asal-asalan, masih tersisa bagian tangan yang ada bibit penyakitnya. Kebiasaan cuci tangan di kobokan resto padang, misalnya, sama sekali belum terbebas dari potensi tertular penyakit lewat makanan minuman. Sistematika mencuci tangan yang benar: dengan sabun dan air mengalir (bukan kobokan), dengan cara seperti tampak pada gambar tahap tahapannya. Prinsipnya agar seluruh bagian tangan tidak ada yang terluput dari pembersihan dengan sabun.

Untuk mencapai itu semua, tidak kurang penting, atau bahkan yang paling penting ialah menjadikan tubuh tangguh dengan cara melakukan gaya hidup sehat. Menu harian sehat, cukup bergerak badan, penuh suka cita, dan hidup bersih.

Virus Corona Lewat Droplet Infection
Virus corona, seperti halnya basil TBC, ditularkan secara droplet infection. Artinya, lewat percikan ludah/liur pengidap virus/basil sewaktu bercakap-cakap, batuk, atau bersin, virus/basilnya tersembur ke udara jarak dekat. Artinya, hanya yang berkontak jarak dekat dengan pengidapnya, yang berpotensi tertular, karena virus tidak beterbangan bebas jauh dari pengidap sebagaimana bibit penyakit yang airborne lainnya. Jadi ketakutan tertular selama tidak ada pengidap atau kasus Coronanya, secara nalar medis, tidak masuk akal. Harus ada pengidap virusnya dulu, untuk menjadi waspada, sehingga diperlukan masker. Selama virusnya masih di luar negeri, di luar kota, di luar wilayah, tidak perlu ditakuti.

Hal lain, jangan lupa, kabin pesawat udara berpotensi menjadi sumber penular beberapa bibit penyakit, khususnya virus. Bila pesawat pernah membawa pengidap virus apa pun—mengingat penumpangnya dari pelbagai negara, termasuk bila membawa virus Corona—maka kabin pesawat pasti berpotensi menjadi sumber penularan.

Dinding kabin, sandaran kursi, jendela, toilet dan semua bagian kabin yang banyak bersentuhan dengan tangan, berpotensi sebagai sumber pencemar, selain udara penumpang yang berdekatan dengan pengidap virus. Kita tahu, penumpang pesawat berasal dari berbagai negara, sehingga bisa saja sudah membawa satu atau lebih bibit penyakit, khususnya yang disebarkan lewat udara dan semua bagian kabin yang tersentuh bekas lendir ingus, dan liur pengidap virusnya. Pada lendir atau liur itu ada virusnya yang melekat pada segala bagian kabin. Itu sebabnya jangan menyentuh wajah dengan jemari, apalagi memasukkan jari ke lubang hidung, atau mengucek mata.

Biasakan begitu turun pesawat langsung membersihkan lubang hidung dengan sabun, mana tahu sudah ada virus yang menerobos memasuki hidung, cuci tangan dengan sabun, dan setiba di rumah tanggalkan pakaian di luar kamar, langsung mandi dan berkeramas. Pada semua bagian tubuh, bibit penyakit—khususnya virus—bisa masih melekat, mencemari rumah dan menulari anggota rumah selain kita sendiri.

Lebih penting dari itu semua, bangun kekebalan tubuh. Makin bertambah umur makin menurun kekebalan tubuh. Virus hanya dapat dilawan oleh sistem imun tubuh. Untuk itu maka perlu gizi memadai, khususnya protein (Baca: asam amino). Zat kekebalan tubuh dibuat dari menu harian. Menu harian perlu selengkap mungkin, termasuk ikan, daging dan telur, agar tubuh punya bahan baku untuk membuat zat kekebalan tubuh lebih sempurna.
|| Dr Handrawan Nadesul

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Kesehatan
  • MINDFUL EATING
    Alasan terutama untuk menjadi mindful adalah dengan menyadari bahwa tubuh ini adalah bait Allah yang perlu kita syukuri dan...
  • Demam Berdarah Bisa Dicegah
    Demam berdarah dengue (DBD) diberitakan berjangkit di sejumlah daerah sekarang ini. Penyakit ini buat kita dianggap jamak. Apakah memang...
  • Menunda Proses Menua
    Menua itu pasti, tetapi ilmu dan teknologi medis bisa menundanya. Berumur panjang itu pilihan, bukan menerima keadaan, melainkan memilih...
  • Nasib Kita Di Hadapan COVID
    Sekarang ini makin banyak orang gelisah, galau, khawatir, takut, dan fobia di tengah ingar bingar informasi yang “mis” maupun...