Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat …. (1Kor. 10:6)
Belajar sejarah idealnya bukan sekadar mengingat tahun-tahun, nama-nama tokoh dan tempat belaka. Bukan pula sekadar mengingat kedigdayaan tokoh-tokoh tertentu. Namun, alangkah baiknya kita mempelajari kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lampau, agar tidak melakukan kesalahan yang sama; mempelajari keberhasilan dan prestasi generasi terdahulu, supaya kita termotivasi melakukan karya-karya yang lebih baik.
Kepada Jemaat di kota Korintus, Paulus mengajak mereka menengok sejenak pada perjalanan leluhur bangsa Yahudi. Sejarah panjang umat itu tidak hanya mengajarkan tentang kebaikan Allah, tetapi juga tanggapan umat terhadap karya Allah itu. Paulus memperingatkan orang-orang Korintus agar mewaspadai perasaan aman dan nyaman mereka. Sama seperti orang Yahudi yang merasa sebagai umat pilihan dan mempunyai hak istimewa, ternyata dihukum Allah dengan cara yang mengerikan oleh karena dosa dan pelanggaran yang mereka lakukan.
Hal yang sama bisa terjadi terhadap orang-orang Kristen, apabila merasa diri aman dan nyaman lalu tidak mengerjakan apa yang Allah kehendaki. Bukankah orang Kristen suka bangga dengan sebutan anak Allah? Status anak Allah tidak semestinya menjadi alat untuk menuntut hak-hak dan perlakuan istimewa dari Allah. Melainkan, memotivasi kita untuk bertutur kata, berpikir, dan bertindak melebihi orang-orang lain yang tidak mengenal Allah! [Pdt. Nanang]
REFLEKSI:
Anak Allah bukan sebutan yang mendorong kita menuntut hak istimewa, melainkan memacu kita menjadi manusia yang berkualitas!
Ayat Pendukung: Mzm. 81; Kej. 29:1-14; 1Kor. 10:1-4
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.