Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya. (Kej. 32:11)
Melihat seorang lelaki berperawakan besar dengan tangan penuh tato masuk ke dalam kereta komuter line, dua orang ibu langsung pergi; pindah ke gerbong paling depan, gerbong wanita. Saat ditanya mengapa mereka pindah, seorang ibu mengatakan, “Yang naik ke dalam kereta orangnya seram, penuh tato, ngeri, takut ada apa-apa.” Prasangka buruk. Itulah yang muncul dalam pikiran kedua perempuan itu. Mereka menilai orang dari penampilannya. Padahal, mereka tidak mengenalnya. Tetapi kenal atau tidak bukanlah jaminan kita tidak berprasangka buruk terhadap orang lain.
Yakub berprasangka buruk terhadap Esau, abangnya. Pikirannya dipenuhi ketakutan, ”… jangan-jangan ia datang membunuh aku ….” Pikiran tersebut muncul karena ia sadar bahwa ia bersalah terhadap abangnya. Rasa bersalahnya terus menghantuinya, membuat ia ketakutan untuk berjumpa dengan Esau. Rasa bersalah melahirkan berbagai prasangka buruk pada Yakub: Esau akan membalas dendam, membunuhnya dan juga kaum keluarganya. Sementara Esau sendiri menunjukkan sikap yang berbeda. Yang ada pada Esau ialah kerinduan yang besar terhadap Yakub, sehingga ia ingin menyambut Yakub dan rombongannya yang pulang ke rumah. Esau berprasangka baik terhadap Yakub, adiknya.
Prasangka buruk akan menghasilkan tindakan yang buruk juga. Prasangka baik akan membawa kedamaian dan ketenteraman. Mana yang jadi pilihan kita? Kita yang menentukan hidup seperti apa yang ingin kita jalani. (Pdt. Henni Herlina)
DOA:
Tuhan, jauhkan kami dari prasangka buruk terhadap sesama, agar kehidupan yang penuh kasih, damai dan tenteram kami alami. Amin.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.