GKI Pondok Indah dan Semangat Ekumene

Belum ada komentar 405 Views

Umur 25 tahun rasanya sudah cukup banyak mengalami perjumpaan dengan sahabat-sahabat lain di sekitar ataupun jauh dari GKI Pondok Indah. Apakah semangat ekumene itu sudah (benar-benar) ada dalam hidup pelayanan GKI Pondok Indah?

Apa Itu Ekumene?

Oikumene (Ekumene) adalah kata bahasa Yunani, yaitu Participium Praesentis Passivum Femininum dari kata kerja oikeo, yang berarti tinggal, berdiam, atau juga mendiami. Oleh sebab itu secara harfiah berarti “yang didiami”. Dalam perkembangannya, makna ekumenis ini tidak lagi seputar faktor geografis dan letak wilayah, melainkan juga politik, khususnya di masa Kekaisaran Roma yang gencar melakukan ekspansi dan misi serta menularkan budaya-budaya Yunani yang dibawanya serta. Dalam sejarah gereja, kita juga tahu adanya masa di mana gereja dan negara menjadi satu kesatuan yang cukup kuat, meski dengan berbagai kepentingan masing-masing.

Dampak terjelas dari tarik-menarik soal ekumenis ini adalah dilakukannya beberapa konsili yang memang disebut konsili ekumenis, sebab memiliki wibawa terhadap setiap utusan yang hadir dalam konsili tersebut dan menghasilkan keputusan yang berlaku bagi semua gereja. Toh perkembangan zaman membuktikan bahwa semangat ekumenis atau keesaan yang dulu begitu diagung-agungkan itu belum sepenuhnya terbentuk. Lihat saja sekarang, tembok-tembok denominasi dari masing-masing aliran agama dan kepercayaan masih kental dan kokoh. Maka tugas berat tiap gereja adalah meruntuhkan tembok itu, yang seharusnya sudah dimulai ketika masih remaja dahulu.

Jadi, kini arti modern tentang ekumenis tidak lagi diarahkan pada suatu kenyataan seperti dahulu, melainkan suatu tujuan yang hendak dicapai melalui suatu usaha dan pergumulan, yaitu: gereja yang esa, kudus, am, dan rasuli. Kesatuan yang tanpa latar belakang tentang siapa yang lebih tinggi dan siapa yang lebih rendah. Semua pihak berada dalam keseimbangan dan kerja sama timbal-balik yang selain menguntungkan, bukan dalam arti materi, melainkan dalam tujuan yang ingin dicapai seperti disebut sebelumnya.

Sekilas tentang Wadah Ekumene di GKI Pondok Indah

• Misi GKI Pondok Indah

Meningkatkan kualitas kepedulian jemaat melalui:

  1. Persekutuan yang hidup dan dinamis dengan Tuhan, dengan sesama warga jemaat dan dengan sesama.
  2. Pelayanan (diakonia) dan kesaksian yang dilakukan ke dalam dan ke luar.
  3. Pembinaan yang memberdayakan, sinambung, terarah, dan utuh.
  4. Penggembalaan yang mendampingi, menopang, dan menuntun warga jemaat.
  5. Penatalayanan dan Pengembangan Jemaat yang mendukung pembangunan jemaat dan pelayanan (ministry) gereja, dan yang diselenggarakan dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun sumber daya jemaat secara berdayaguna dan berhasil guna.

Poin-poin yang digaris-bawahi, menurut saya, secara tersirat (sekali lagi entah dibuat secara sengaja atau tidak, sadar atau tidak) dijiwai semangat ekumene. Hal itu tercermin dari kata-kata bersama dengan sesama warga gereja, atau ke luar, dan sebagainya. Artinya, dalam rumusan paling dasar, khususnya dalam konteks lokal (sebab dalam konteks sinodal, tata gereja adalah paling dasar), semangat ekumene itu sudah ada.

• Bidang Pelayanan

Temuan yang paling jelas dalam pencarian semangat ekumenika adalah adanya bidang pelayanan khusus yang menamakan dirinya Bidang Oikumene dan Masyarakat. Bidang ini terbagi atas: Komisi Pekabaran Injil, Komisi Pendidikan dan Kesejahteraan (Dikkesra), Yayasan Pendidikan Tirta Marta, Pelayanan Kesehatan, Tim Peduli AIDS & Narkoba.

Saya tidak akan menjelaskan program tiap komisi ini satu-persatu, tetapi kurang lebih program-programnya rutinnya adalah: bantuan kepada gereja-gereja (khususnya di pedalaman Jawa Tengah), sekolah Kristen dan lembaga Kristen, bantuan untuk STT Jakarta, bantuan kepada guru PAK dan pendeta di tempat terpencil, bantuan kepada korban bencana alam, bantuan pencarian kerja, pelayanan ke Lembaga Permasyarakatan, bakti sosial, poliklinik umum dan gigi, penyuluhan kesehatan, dsb.

Dengan kata lain, ruang gerak pelayanan GKI Pondok Indah tidaklah hanya untuk jemaat dengan status anggota jemaat GKI Pondok Indah, melainkan untuk siapa saja yang memang layak mendapatkannya.

Upaya yang Terus-Menerus Dikembangkan

Potret sederhana di atas membawa saya untuk merefleksikan semangat ekumene yang sudah berkembang dalam berbagai bentuk pelayanan GKI Pondok Indah. Bidang tersendiri dengan nama Oikumene dan Masyarakat (OikMas) saja, menurut saya, sudah menggambarkan adanya kesadaran dari jemaat ini akan kemajemukan yang dihadapi, baik keberagaman agama maupun keberagaman internal komunitas Kristen. Kemajemukan ini dipandang bukan sebagai hambatan, tetapi justru sebagai wahana gereja untuk merealisasikan semangat ekumene tersebut.

Akan semakin jelas apabila melihat anggaran yang diajukan tiap tahun untuk bidang OikMas saja, selalu lebih besar dari bidang yang lain (selain Sarana dan Prasarana, yang menurut saya adalah penunjang tiap bidang dan tidak bisa berdiri sendiri). Hal ini disadari betul oleh jemaat GKI Pondok Indah yang memang secara finansial menerima berkat lebih, sehingga memakainya untuk menjadi berkat bagi yang lain, khususnya bagi yang memang membutuhkan.

Apakah lalu sekedar uang? Memang hal itu tidak dapat dimungkiri, tetapi bukan berarti mengerdilkan semangat pelayanan jemaat. Tidak sedikit program di mana prioritasnya pada proses, bukan produk. Bahkan semangat itu sudah dirintis dalam lingkup pemuda. Misalnya saja kerja sama dengan pemuda GKI Martadinata untuk membangun jembatan di Desa Tojong, Bogor, atau juga dengan pemuda GKI Kosambi Timur untuk penjualan sembako murah di daerah Kosambi, Tangerang.

Dalam rangka semangat keesaan gereja, jelas membuktikan bahwa GKI Pondok Indah sudah mengintegralkan tugas panggilannya akan keesaan, kesaksian, dan pelayanan dalam berbagai bentuk, demi tercapainya keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Lingkupnya pun beragam, mulai dari klasis, sinode wilayah, bahkan sinode am (saya rasa jemaat GKI lainnya melakukan hal yang sama). Begitu pula kerja sama dengan gereja yang berbeda denominasi, khususnya dengan gereja-gereja di sekitar wilayah itu: GKJ Nehemia Lebak Bulus, GPIB Sumber Kasih, bahkan Gereja Katolik Stefanus, dalam berbagai bentuk pelayanan.

Contoh lain: status mahasiswa STT Jakarta yang bukan dari GKI tidak menjadi penghalang untuk menerima beasiswa. Begitu pula guru-guru PAK atau pendeta di daerah terpencil yang menerima bantuan (baik dalam bentuk pembinaan atau pun tunjangan hidup), toh mereka tidak dibeda-bedakan mana yang harus dibantu dan mana yang tidak boleh. Semua pihak diperlakukan secara seimbang dan merata.

GKI Pondok Indah sebagai (salah satu) Agen Allah di Dunia

Rasanya, tidak terlalu jauh mengatakan bahwa GKI Pondok Indah sudah ‘memantulkan’ semangat keesaan gereja, meskipun bentuk dan jaringannya harus terus diperluas (dengan gereja non-GKI) dan dikembangkan. Bentuk-bentuk yang saya maksudkan dapat entah berupa uang atau barang kebutuhan, namun yang lebih penting lagi berupa tenaga, sebab seringkali kekurangan kita adalah banyaknya materi yang dapat kita sumbangkan, tetapi sedikit sekali pekerja lapangannya. Maka kreativitas dituntut dalam membuat inovasi-inovasi komunikasi ekumenis. Misalnya: kegiatan Natal atau Paska Bersama, dan sebagainya.

Di lain pihak, jaringan yang dimaksud adalah kepada siapa kita berelasi, GKJ Nehemia, Gereja Katolik Stefanus, atau bahkan di luar Jakarta (seperti yang sudah dilakukan selama ini). Komunikasi ekumenis yang terus-menerus dibangun akan semakin membentuk suatu jejaring yang kokoh dan saling melengkapi dalam melakukan tugas pelayanan di dunia, khususnya dalam menjawab tantangan yang terus berubah menurut konteks zaman.

Akan tetapi, dari tinjauan singkat di atas toh telah memperlihatkan bahwa GKI Pondok Indah tidak berdiri angkuh dan mengurung diri dalam eksklusivitas, tetapi menyadari betul being-nya untuk menjadi berarti dan berfungsi bagi konteksnya (dunia). GKI Pondok Indah menyadari keterbatasannya sebagai salah satu agen Allah di dunia ini, sehingga terus berusaha menampilkan korelasi dalam iklim kondusif intra komunitas maupun inter komunitas, yaitu dengan umat beragama lain.

Bahwa masih ada kekurangan, itu adalah pekerjaan rumah kita bersama, bukan hanya Pendeta atau Penatua saja. Bukankah ini juga wajah kesatuan Allah Tritunggal? Bukankah ini juga yang menjadi renungan Epifani kita yang lalu, yaitu teladan Yesus sejak Ia dilahirkan, yang menjadikan rumah-Nya sebagai rumah keramahtamahan bagi siapapun (Majus, gembala) tetapi sekaligus juga rumah transformasi yang menggugah orang untuk mewartakan kabar sukacita itu ke semua orang.

Maka kedewasaan yang semakin matang di umur 25 tahun ini merupakan tantangan besar bagi GKI Pondok Indah, sebagai gereja perkotaan yang cukup ‘besar’ dan potensial, baik kualitas maupun kuantitas sumber daya lokal dan sumber daya manusianya. Tantangan, sebab mau tidak mau, sadar atau tidak, seringkali GKI Pondok Indah menjadi panutan bagi gereja-gereja lainnya yang mungkin masih kurang dalam pengalaman ataupun dalam sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Apakah rumah itu dapat terwujud di dalam dan melalui GKI Pondok Indah di tahun-tahun mendatang?

Yosafat Simatupang, Jemaat GKI Pondok Indah, sedang studi di STT Jakarta.

Daftar Pustaka:
Buku Program & Anggaran (2008/09). Jakarta: Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah.
de Jonge, Christian. 2006. Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen-dokumen dan Tema-tema Gerakan Oikumenis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. 1990. Dalam Kemantapan Kebersamaan Menapaki Dekade Penuh Harapan: Lima Dokumen Keesaan Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Wijaya Hengky, dkk. (eds.). 1996. Jalan Menuju Keesaan. Jakarta: Sinar Harapan.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Antar Kita
  • WEEKEND PASUTRI
    WEP adalah singkatan dari Weekend Pasangan Suami Istri, suatu program belajar bersama selama 3 hari 2 malam untuk pasangan...
  • GKI ORCHESTRA: Kidung Pengharapan
    Sekilas tentang GKI Orchestra GKI Orchestra merupakan ruang bagi remaja-pemuda dari seluruh GKI untuk memberikan talenta dan kerinduannya dalam...
  • Mata Air Kasih-Nya
    Yesus adalah Raja, ya benar, tetapi Ia berbeda dari raja yang lain. Sebuah Kerajaan, memiliki bendera, apapun modelnya, bahkan...
  • BELAJAR MELAYANI SEDARI KECIL
    Ibadah Anak/Sekolah Minggu sudah selesai, tapi masih banyak Adik adik Sekolah Minggu yang belum beranjak meninggalkan sekolah Tirta Marta...