Kejadian kanker di Indonesia makin meningkat dari tahun ke tahun. Tentu ada sebab di luar faktor genetik, sehingga kanker menduduki posisi atas sekarang ini. Kalau bukan faktor keturunan, tentu faktor di luar tubuh pencetusnya. Apakah lagi kalau bukan faktor lingkungan. Namun dilaporkan, faktor diet kini menduduki peringkat nomor satu. Bahwa apa yang kita makan ternyata salah.
Kanker terjadi karena sel tubuh berubah sifat, dari normal, ikut aturan, menjadi nakal tidak tunduk pada aturan biologis sebagaimana menjadi kodratnya. Termasuk dalam hal membelah diri. Mengapa sel tubuh berubah sifat?
Sel berubah sifat bisa sebab mengalami kerusakan. Sel rusak juga bila kekurangan oksigen (Dr Warbung peraih Nobel 1931). Sel terganggu enzim pernapasannya, maka tidak memakai oksigen untuk memproduksi energi, lalu menjadi kanker.
Sel tubuh mengalami kerusakan pada masa sistem kekebalan tubuh menurun. Makin bertambah umur, umumnya kekebalan tubuh juga menurun. Karena itu makin bertambah tua, bertambah besar risiko kita terkena kanker.
Selain itu racun, polutan lingkungan, menu harian, bahan makanan rekayasa genetik GMO (genetic modified organism), gelombang elektromagnetik, radikal bebas, juga merongrong kekebalan tubuh.
Kerusakan sel setiap hari terjadi, baik sebab aktivitas metabolismenya sendiri, maupun akibat pengaruh dari luar. Ada sedikitnya satu juta lesi molekular tiap hari mengalami kerusakan struktural DNA. DNA ialah unsur zat baka (genetik) yang menyusun sifat individu yang diwariskan dalam garis keturunan. Ibarat buku, tiap makhluk punya buku genetiknya sendiri.
Buku genetik tubuh manusia terdiri atas 23 bab (kromosom). Tiap bab terdiri atas 250 juta kalimat, dan 3 miliar huruf. Perbedaan susunan kalimat dan huruf masing-masing tubuh yang menyifatkan masing-masing individu, yang diperoleh dari hasil senyawa sebagian kalimat genetik ayah dan sebagian kalimat genetik ibu. Itulah gambaran genetik tubuh yang tercipta pada seorang individu, yang disebut genom, potret genetik tubuh.
Kerusakan unsur DNA dalam sel tubuh selalu dengan sendirinya dipulihkan oleh adanya proses reparasi yang dikerjakan oleh sel. Kita menyebutnya sebagai DNA repair, sehingga sel selamat. Bila DNA repair gagal atau tidak dilakukan, sel gagal menuliskan pengodean huruf dan kalimat miliknya, sehingga sel berubah sifat, kemudian terjadi perubahan sel (mutasi) dan proses bunuh diri sel (apoptosis) karena kejadian normal tidak berlangsung, lalu terbentuk sel kanker, selain kejadian proses penuaan. Lekas menua tidaknya seseorang juga ditentukan oleh peristiwa ini di dalam sel.
Agar sel tidak berisiko rusak, harus dicegah baik metabolisme maupun pengaruh lingkungan yang menjadi faktor pencetusnya. Perlu cukup oksigen dari pernapasan, cukup bahan baku nutrisi harian (sebagaimana dipikirkan oleh disiplin Orthomolecular Medicine), dan membebaskan tubuh dari buruknya faktor lingkungan, termasuk musuh terbesar radikal bebas. Oksigen memadai bagi kehidupan sel kalau badan cukup beraktivitas, dan pernapasan bersifat dalam, maka perlu kegiatan “olah napas”, misalnya. Faktor kelebihan asupan gula perlu dipertimbangkan pula.
Orang sekarang napasnya pendek dan dangkal, akibat kurang bergerak. Kita tahu kandungan oksigen udara atmosfer sekarang—terutama di kota besar—sudah makin tipis, ditambah pernapasan pendek dan dangkal, maka tangkapan oksigen oleh tubuh kian berkurang. Hanya bila badan cukup bergerak (misal, menjadi Inem di rumah sendiri), atau membiasakan kegiatan “olah napas”, sel tubuh tidak berisiko kekurangan oksigen.
Kadar oksigen dalam darah perlu dibuat cukup jenuh untuk bisa memadai pasokan oksigen bagi sel. Untuk bisa memadai pasokan oksigen tubuh, nilai Hb (hemoglobin) darah sebagai gerobak pengangkut oksigen tidak boleh kurang (anemia), selain aliran darah sendiri perlu mengalir deras. Untuk mendapatkan aliran darah deras, kerja jantung perlu optimal. Rutin bergerak badan adalah cara termudah untuk menyehatkan jantung-paru (aerobic).
Selain itu, menu harian menentukan apa kualitas zat gizi yang diolah sel untuk menjadi energi dan kehidupannya. Bila kekurangan zat gizi atau nutrient, atau makanan dan minuman justru ada yang bersifat racun atau polutan bagi tubuh, maka kehidupan sel juga berisiko terganggu. Itu sebabnya, selain menu harian harus selalu lengkap komposisi semua zat gizinya, diupayakan tidak boleh ada yang bersifat “racun”. Kita melihat makanan kita sudah dibanjiri zat kimia tambahan (food additive) dari zat warna, pengawet, penyedap, perenyah, pemanis buatan, sebagian bersifat mencetuskan kanker (carcinogenic).
Kita luput menyadari, bahkan kelebihan asupan protein hewani dari daging saja pun sudah merupakan satu faktor pemburuk bagi sel. Itu maka bagi penyuka daging (tiger diet), ancaman kanker lebih rentan terjadi. Bila konsumsi daging lebih banyak ketimbang sayur mayur dan buah sebagaimana menu kebarat-baratan, kejadian kanker meningkat (The China Study). Bistik salah satu contoh ekstrem menu yang tidak menyehatkan itu.
Upaya yang bisa kita lakukan adalah membebaskan tubuh dari ancaman bahan kimia maupun fisis yang bersifat mencetuskan kanker. Tanpa kita sadari, makanan minuman orang sekarang sudah ditambahkan begitu banyak bahan kimiawi yang bersifat carcinogenic atau pencetus kanker. Bahkan ikan asin pun mengandung carcinogen nitrosamin, demikian pula pemanis buatan, zat pewarna makanan minuman, pengawet, penyedap, perenyah, serta proses industri makanan, karbohidrat dipanaskan dengan tekanan tinggi seperti kripik, pop corn, juga harus dijauhi.
Industri makanan dunia terus menambahkan bahan kimiawi baru dalam menu harian kita hampir setiap tahun. Dioxin sebagai hasil pembakaran industri, kini sudah merambah ke makanan bayi, termasuk pestisida dan pupuk kimia. Maka bijak ungkapan bahwa kesehatan itu ada di dapur, dan bukan di restoran. Menu olahan tidak lebih menyehatkan dibanding menu alami. Ubi rebus lebih menyehatkan ketimbang donat. Madu lebih harus dipilih ketimbang gula pasir. Pilih jamur dan bukan sosis, ham, atau burger.
Selain itu, kanker juga bisa terjadi oleh infeksi, khususnya kanker leher rahim (cervix), dan hepatitis. Hadirnya virus kutil human papilloma akibat seks bebas menambah angka kanker leher rahim, sama jahatnya dengan masuknya virus hepatitis B dan hepatitis C ke organ hati. Beruntung sudah bisa diredam oleh vaksinasi bagi anak perempuan sejak umur belasan tahun.
Cahaya matahari siang juga perlu dihindari, termasuk berjemur menghitamkan kulit, yang berisiko terkena kanker kulit yang pasti ganas. Gelombang elektromagnetik peralatan elektronik seberapa bisa dikurangi, karena buruk pengaruhnya terhadap otak, termasuk semua radiasi.
Hanya apabila kita memilih hidup sehat sebagai modal dasar, sel tubuh akan hidup bugar dan normal. Memang tidak bisa ideal, karena bumi dan dunia sudah banyak berubah. Pertanian dan kualitas tanah, teknologi pangan, perubahan yang tidak terhindarkan. Namun seberapa bisa kita memilih segala sesuatu yang lebih menyehatkan, termasuk memilih sayur buah organik, menghindar dari zat tambahan dalam makanan minuman (food additive), rutin bergerak badan jalan kaki tergopoh-gopoh (brisk walking), hidup tertib teratur terjadwal, menu harian diusahakan selengkap mungkin komposisinya, lebih banyak karbo ketimbang protein dan lemak, dan selalu berusaha untuk mendengarkan “suara tubuh”. Kalau dengkul terasa nyeri, kemungkinan sendi lutut sedang menjerit, dengarkanlah dengan memeriksakannya ke dokter, siapa tahu memang sedang bermasalah. Kalau dada terasa nyeri, mungkin jantung sedang menjerit, dengarkanlah, mungkin jantung sedang menjerit. Demikian pula bila ada perubahan terbentuknya benjolan, gangguan fungsi tubuh, gangguan haid, gangguan pancaindra, itulah suara tubuh yang tengah menjerit, dan kita tidak boleh abai, supaya tubuh kita terselamatkan.
Itu semua hal-ihwal yang selalu saya ungkapkan dalam seminar “Sehat Itu Murah” sebagai bekal yang selain perlu dicamkan, juga wajib dilakoni dalam hidup keseharian, sebelum telanjur terkena kanker, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan semua penyakit yang mengancam orang sekarang. ***
>> Dr Handrawan Nadesul
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.