Dalam rangka kunjungannya ke Indonesia, Pdt. Cho Chul Han dari gereja YoungNak Presbyterian Korea, disertai oleh 40 orang tim medis yang terdiri atas dokter umum, dokter gigi, dokter ahli penyakit dalam, dokter ahli penyakit kulit, perawat, telah melakukan pelayanan gratis di Bandar Lampung selama 3 hari, sebelum tiba di Jakarta dan melayani kebaktian kedua gereja kita pada hari Minggu, 10 Februari yang lalu. Khotbah Pdt. Cho diterjemahkan oleh Pdt. Kim Joseph Sang Hyeon.
Cikal-bakal gereja YoungNak sebenarnya dari Korea Utara, namun orang-orang Kristiani di sana melarikan diri ke Korea Selatan dan mendirikan gereja di Seoul sekitar 50 tahun yang lalu. Kini jemaat gereja mereka telah berkembang hingga lebih dari 57 ribu anggota jemaat dengan 5 kebaktian umum pada setiap hari Minggu. Mereka juga bertekad untuk melakukan penginjilan ke seluruh Korea, dan menjangkau Korea Utara dengan melakukan perjalanan-perjalanan misi melalui Cina.
Khotbah Pdt. Cho diambil dari Yohanes 6:14-15, yaitu peristiwa Yesus yang menyingkir ke tempat sunyi setelah Ia memberi makan kepada 5 ribu orang.
Seorang misionaris Korea, penulis buku yang laris terjual, mengatakan pandangannya tentang penyerahan diri. Penyerahan diri itu tidak mudah. Orang sering menguatirkan banyak hal, terutama masa depannya, karena itu ia harus belajar menyerahkan harapannya kepada Allah, agar dapat mengalami damai sejahtera. Ada sebuah kisah yang lucu yang diceritakannya. Suatu hari seorang ayah dan anaknya pergi ke toko mainan. Ketika anak itu melihat mainan yang diidam-idamkannya, ia langsung memegang erat-erat mainan itu dan tidak mau melepaskannya. Ia menangis keras-keras ketika ayahnya meminta agar mainan itu diletakkan di meja kasir. Akhirnya si ayah terpaksa mengangkat anak beserta mainannya ke meja kasir untuk dapat membayarnya.
Yesus menyerahkan diri-Nya sendiri bagi kita dan meminta kita untuk juga menyerahkan diri kita kepada-Nya.
Dalam kisah Yesus, ada 5 ribu orang yang mau mengikut Yesus. Hal ini merupakan jumlah yang sukses di mata manusia. Yesus dianggap sebagai superstar. Ketika Yesus membuat mukjizat dengan memberi makan kepada mereka semua, mereka berpikir bahwa Ia sungguh berkuasa dan dapat mendirikan kerajaan sendiri di Israel. Namun Yesus justru menyingkir dari mereka dan pergi ke gunung. Orang-orang itu telah salah paham. Mereka ingin meminta kerajaan surga tanpa kayu salib, tetapi Yesus justru harus meninggalkan tahta surga dan dikorbankan sebagai anak domba di kayu salib. Mengapa kesalahpahaman itu terjadi? Karena manusia tidak mempunyai iman. Manusia tidak dapat memahami rencana Allah.
Yesus menyingkir. Orang-orang berpikir bahwa Yesus meninggalkan mereka. Tetapi itu tidak benar. Yesus memberikan jiwa-Nya agar kita semua selamat. Seandainya 2 ribu tahun yang lalu Yesus menjadi Raja Israel, kita yang hidup di zaman sekarang tentu tidak akan memedulikan-Nya, sebab Ia tidak ada hubungannya dengan kita. Sama seperti orang Korea tidak peduli siapa pemimpin bangsa Indonesia, atau sebaliknya. Tetapi Yesus menyingkir untuk berdoa. Ia berdoa kepada Allah, sama seperti di Taman Getsemani. Ia berdoa dengan darah dan air mata, lalu menyerahkan diri-Nya untuk mati di kayu salib. Kemudian Ia bangkit kembali dan memberikan jiwa yang kekal kepada kita semua.
Sama seperti yang dilakukan-Nya, Yesus juga meminta kita untuk sepenuhnya mengandalkan diri kepada-Nya. Ada kisah tentang seorang nenek yang masuk ke dalam bis dengan tetap menjunjung barangnya. Sopir bis menasihatinya untuk meletakkan barang itu di lantai, tetapi si nenek tetap keberatan. Tuhan mengatakan agar kita menyerahkan semua beban kita kepada-Nya, agar Ia dapat memberikan damai sejahtera kepada kita. Tetapi kadang-kadang kita sangat sulit melakukan hal itu.
Pdt. Cho bercerita bahwa ketika ia disuruh ke Indonesia dengan tim medisnya, ia ragu-ragu. Saat ini sedang ada liburan panjang di Korea, dan dengan pergi ke Indonesia, ia tidak dapat beristirahat dengan keluarganya. Tetapi ia melihat bahwa sudah 5 tahun tim medis ini melupakan waktu libur mereka untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan ke mana-mana. Akhirnya Pdt. Cho menyerahkan beban pikirannya ini kepada Tuhan, dan Tuhan memberinya hadiah. Ia kini merasa lebih dekat dengan Tuhan, bekerja sama lebih erat dengan tim medisnya, dan mempunyai kasih karunia untuk berdoa bagi bangsa Indonesia.
Tuhan meminta agar kita semua menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan sehingga Injil terus diberitakan di Indonesia dan Tuhan memberikan mukjizat-Nya.
Seluruh tim dari Korea melantunkan dua lagu pujian di dalam kebaktian ini. Lagu “Kekuatan serta Penghiburan” dalam bahasa Korea, dan lagu “Dalam Yesus Kita Bersaudara” dalam bahasa Indonesia. Semoga persahabatan kita semakin erat! (Ida B.)
[nggallery id=4]
1 Comment
anto
Juli 1, 2009 - 5:17 amsaya orang ga punya pengen bahagiakan orang tua pengn masuk korea, tlong lah saya