Di antara semua penemuan yang membantu umat manusia untuk hidup lebih baik, jembatan merupakan salah satu prioritas dari semua peradaban. Bangunan yang sederhana dalam konstruksi ini mempunyai fungsi yang lebih banyak dibandingkan dengan alat transportasi lainnya. Jembatan tidak hanya menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya, tetapi juga membantu membuka jalan baru dan kesempatan baru bagi penduduk untuk mendapatkan perkembangan yang positif.
Hari Minggu 30 Maret yang lalu, Pemuda GKI PI dan GKI Martadinata tidak membangun jembatan untuk membuka jalur perdagangan atau menambah jumlah pemukiman di sana, tetapi untuk membantu jemaat beribadah tanpa halangan. Jembatan yang sedang dibangun ini menghubungkan pos Tonjong dan desa Kemang Raya. Dengan jarak 800 meter, jembatan ini akan memudahkan masyarakat desa Kemang melintasi tanah kosong yang langsung keluar menuju ke jalan raya, sehingga akses kegiatan ibadah mereka lebih mudah dijangkau dan dilalui oleh kendaraan bermotor.
GKI Martadinata yang diwakili oleh Sdr. Lim Hendra, Sdri. Lena dan anggota-anggota pemuda lainnya, tampak berseri-seri menyambut kedatangan kami walaupun kami terlambat hampir satu jam lamanya. Bapak RT Tanjong hadir dalam acara tersebut, dan beliau menyatakan terima kasih kepada kami semua karena membantu memajukan daerah ini setahap lagi.
Setelah meminta maaf karena membuat mereka menunggu, Davidon memimpin semua anak dalam pujian dengan gitar. Suasana menjadi lebih hangat dan bersahabat. Setelah menutup dengan doa kami semua bersalaman satu sama lain.
Cuaca hari itu agak mendung, kami semua berdoa supaya tidak hujan selama melakukan pekerjaan kami. Pak RT pun tak ketinggalan membantu dengan pacul (cangkul) di tangannya. Tugas kami ialah memacul (mencangkul) tanah dan memasukkannya ke dalam karung-karung goni yang sudah tersedia. Setelah semua karung terisi, penduduk akan memindahkan karung-karung tersebut ke bawah lembah di mana terdapat jembatan yang sedang dibangun itu. Jadi kalau dilihat dari skala besarnya, kami hanya membantu sedikit dari yang telah mereka kerjakan. Jembatan itu hampir selesai, dan tanah-tanah itu dibutuhkan untuk dijadikan tangga agar jarak jalan dan akhir jembatan tidak terlalu tinggi.
Bersenjatakan 4 pacul, sekop dan karung-karung goni, kami memulai misi kami. Stephanie, Hizkia, Nadine, Andre, Sheryl dari GKI Martadinata dan teman-temannya membantu membuka karung, sedangkan Surya, Davidon, Yosafat dan Sandi mulai memacul. Sementara Wanti, Karina, Debbie, Prita dan Amanda mulai mengikat karung-karung yang sudah penuh. Pacul-pacul yang kami pakai hanya dua yang benar-benar kokoh, selebihnya rusak sewaktu digunakan.
Kira-kira dua jam lamanya kita bekerja, diselingi hujan rintik-rintik dan matahari terik, namun juga angin sepoi-sepoi. Ketika semua karung sudah terisi, kami kembali ke gereja. Di tengah perjalanan kami melihat jembatan yang sudah hampir selesai itu dan memutuskan untuk mencobanya. Jembatan ini merupakan pengganti jembatan yang telah rusak karena usia, dan sebentar lagi dapat menjadi sarana penyeberangan yang berguna, khususnya bagi masyarakat di sekitarnya.
Sesampai di gereja, kami disambut dengan sirup dingin yang menyegarkan. Menurut laporan, pembangunan jembatan yang diprakarsai oleh GKI Martadinata ini disubsidi oleh Pemda sebesar 30 juta rupiah dan sisa biaya sebesar 15 juta rupiah merupakan swadaya mayarakat dan gereja.
Tujuan lain dari pembangunan jembatan ini ialah untuk mengubah persepsi orang tentang Desa Kemang yang saat ini dikenal sebagai tempat para penjaja seks. Seringkali kaum wanita GKI Martadinata, dalam perjalanan menuju atau pulang dari gereja, merasa tidak nyaman karena sedang diawasi atau diduga sebagai WTS.
Apabila jalan pintas dan jembatan telah berfungsi 100%, diharapkan jemaat dapat melakukan kegiatan gereja dengan tenang, masyarakat di daerah itu semakin maju, dan kegiatan pelacuran di tepi jalan desa itu dengan sendirinya akan lenyap.
Kami hanya berkunjung sekitar 4 jam lamanya, tetapi pelajaran yang kami dapatkan lebih daripada waktu dan bantuan yang kami berikan di dalam kegiatan tersebut. Akhirnya dari GKI-PI kami berdoa, kiranya Tuhan memberkati usaha dan jerih payah sahabat-sahabat kami di sana. (Nadine Mustikarini)
[nggallery id=3]
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.