Pada tanggal 20 September 2008 Komisi Semawi mengadakan apresiasi musik klasik di GKI-PI. Acara ini diharapkan menjadi wadah bagi pecinta musik–kali ini musik klasik–untuk mempersembahkan sekaligus menikmati karya para komponis. Para pendukung acara ini cukup beragam, terdiri dari anak kecil, remaja, pemuda, dewasa bahkan senior. Karya para komponis ini dibawakan dengan solo piano, gitar, trio biola-flute-piano, bahkan vocal. Acara ini juga diisi oleh para bintang tamu yang kehadirannya diharapkan dapat memberikan semangat bagi para pemusik GKI-PI.
Acara dibuka dengan nyanyian dari PS Gracia. Kemudian para pianis pemula membawakan karya F. Beyer, Burgmuller. Pada bagian karya JS. Bach yang dibawakan Arga Sitanggang dan Dian Susilaradeya, sangat terasa nuansa ‘keteraturan’ yang menjadi ciri khas Bach dari zaman Barok. Begitu juga Andrew Harahap yang membawakan Eccossaise karya LV. Beethoven.
Suasana langsung berubah ketika Dhira Saphira, Damar Susilaradeya dan Mutia membawakan karya F. Chopin dari zaman Romantik. Atmosfir romantis langsung terasa melalui melodi yang menjadi tema lagu serta permainan tempo yang tarik-ulur. Juga kemahiran tinggi dibutuhkan ketika Mutia membawakan Etude ‘Black Keys’ yang banyak menggunakan tuts hitam piano. Tidak ketinggalan suasana melankolis juga terasa melalui karya komponis muda yang dibawakan Metta Niham melalui Le Salon de Musique. Demikian juga Karina yang membawakan karya Ravel, seorang komponis dari zaman modern sangat menonjolkan ciri Ravel yaitu ‘penggambaran dari suasana bukan tema melodi. Permainan gitar yang rapi pun dibawakan Benigna melalui beberapa etude. Juga vocal oleh Ibu Evelyn Simanjuntak yang sudah berusia 76 tahun masih terasa indah.
Para bintang tamu juga tampil memukau jemaat yang hadir. Maya Hasan dengan permainan Harpanya seakan mengukuhkan pernyataan bahwa Harpa, salah satu alat mwakan karya modern. The Voices yang tampil dengan beberapa karya seakan membawa para pendengar berada di tempat yang sangat indah melalui suara yang sangat merdu serta harmonisasi yang begitu tepat.
Demikian juga Ade Simbolon, seorang pianis kebanggaan Indonesia turut mengisi acara in dengan dua buah lagu yang sangat berbeda (contrasting mood). Pada lagu pertama karya Chopin sangat diutamakan melodi, dinamika serta tempo yang lambat. Begitu lagu kedua dimainkan langsung ada perasaan bersemangat, serta konsistensi tempo yang harus dimainkan dengan kemahiran serta stamina yang tinggi, mengingat lagu ini memakan durasi yang cukup panjang.
Penampilan terakhir dari konser adalah Christine Lubis, seorang penyanyi sopran yang membawakan dua buah lagu. Pada lagu pertama sangat terasa kesedihan yang mendalam, walau kata-kata dari lagu ini dibawakan dalam bahasa lain, tetapi penggambaran kesedihan seorang gadis yang menolak dijodohkan oleh ayahnya sangat terasa dibawakan Christine melalui karya Puccini ini. Lagu kedua menggambarkan perjalanan Yesus ke bukit Golgota terasa mencekam dengan dinamika yang keras serta pembawaan Christine sebagai penyanyi bidang opera. Lagu ini pun diakhiri Christine dengan nada yang sangat tinggi.
Demikian acara Classic Hour kali ini. Dengan menikmati karya para komponis ini kita dapat semakin merasakan kebesaran Tuhan melalui pikiran dan tangan para makhluk ciptaan-Nya, dimana musik klasik juga merupakan awal dari adanya musik gereja. Diharapkan para pemusik GKI-PI semakin bersemangat untuk meningkatkan kemahirannya dan jangan lupa untuk memberikan talentanya melalui pelayanan musik gereja… Selamat melayani, sampai jumpa pada konser berikutnya! Tuhan memberkati. (eyh)
[nggallery id=1]
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.