Plan b

Aku ini, Jangan Takut

Belum ada komentar 341 Views

Rasa Takut, Normalkah?

Perasaan takut adalah perasaan gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana; tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dan sebagainya); serta perasaan gelisah dan khawatir (KBBI). Takut adalah emosi normal dalam hidup manusia dan juga salah satu emosi mayor/primer 1, yaitu emosi yang pertama kali muncul ketika seseorang menghadapi suatu kejadian dalam hidup.

Perasaan takut kadang kala dianggap tidak bermanfaat. Perasaan ini sering kali dilekatkan pada identitas tertentu dan ditolak pada identitas yang lainnya. Semisal, laki-laki sejati tidak boleh merasa takut, sebaliknya takut hanya milik perempuan. Hanya anak-anak yang boleh merasa takut, sedangkan orang dewasa mestinya tidak takut. Pernyataan ini tentu keliru, perasaan takut bukan milik seseorang saja, melainkan menjadi milik dan melekat pada setiap manusia.

Bila perasaan takut itu normal, lalu apakah fungsinya? Perasaan takut muncul secara spontan saat seseorang menghadapi situasi yang mengancam kehidupannya 2. Rasa takut adalah sebuah peringatan dini bagi seseorang dalam menghadapi ancaman. Tuhan menganugerahkan rasa takut agar seseorang mampu menilai ancaman dan melindungi dirinya. Saat datang ancaman, rasa takut memacu produksi hormon-hormon yang memampukan tubuh lebih waspada dan siap bertindak 3. Rasa takut mendorong seseorang untuk mencari kembali rasa aman yang hilang. Karena rasa takut terhadap ular yang merayap mendekatinya, Anton berusaha memasang kuda-kuda dan melompat ke atas pagar agar tidak tergigit. Rasa takut menolong seseorang untuk berpikir keras akan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi ancaman tersebut. Seseorang mengalami nyeri hebat pada bagian dada. Ia merasa sakitnya itu dapat berubah menjadi sangat serius dan menghilangkan nyawa. Ia kemudian berpikir untuk mencari informasi medis sebanyak mungkin sampai mampu mengambil kesimpulan tertentu 4.

Saya Takut, Kemudian … ?

Setelah rasa takut datang, karena takut adalah emosi primer, biasanya kemudian muncul emosi dan perilaku lanjutan, baik positif maupun negatif, seperti latah dan self hipnosis. Latah adalah perilaku lanjutan saat seseorang menghadapi ancaman. Latah adalah strategi mengurangi kekhawatiran dan ketakutan akan ancaman 5. Latah ini dapat berbentuk verbal, dalam kata-kata baik maupun tidak baik (umpatan, cacian, atau kata kotor lainnya), dan dapat dalam bentuk fisik (menampar dan memukul). Sedangkan self hipnosis adalah pembangunan citra diri bawah sadar. Ketika seseorang anak mendapatkan nilai buruk, tidak jarang orangtuanya memarahinya. Pada saat yang sama, anak akan menghipnosis diri, baik secara positif yaitu dengan mengatakan bahwa dirinya bisa mendapat nilai baik, maupun secara negatif yaitu dengan mengatakan bahwa dirinya memang bodoh dan tidak mampu 6. Selain latah dan self hipnosis, masih banyak emosi dan perilaku lain yang datang, seperti serangan panik, hiperventilasi, fobia, dsb.

Apa Kehendak-Nya?

Kalimat ‘Aku ini, jangan takut !’ adalah kalimat yang Yesus sampaikan kepada para murid (Mar. 6). Setelah Yesus memberi makan lima ribu orang, Ia meminta para murid mendahului-Nya ke Kapernaum. Dalam perjalanan berperahu, mereka menghadapi angin sakal kuat. Mereka mendayung dengan bersusah payah (Yun: basanizesthai). Kata dasar basanizo mengandung makna terancam, tertekan, dan tersiksa. Murid-murid, meski telah mengenal dunia pelayaran, berusaha melawan ketakutan terhadap angin sakal untuk memenuhi perintah Yesus menyeberang ke Kapernaum. Injil Yohanes mencatat mereka baru menempuh jarak sekitar 4 sampai 5 km dari total perjalanan sekitar 7 sampai 8 km.

Menurut catatan Injil Markus, Yesus tidak datang untuk sengaja memberikan pertolongan, melainkan ‘hendak melewati mereka’ dengan berjalan di atas air (6:48). Ketakutan murid-murid akan ancaman makin hebat. Ketakutan itu membuat mereka ingat pada kepercayaan yang berlaku umum pada masyarakat saat itu, tentang ‘hantu laut’. Mereka makin merasa terancam dengan berpikir bahwa Yesus adalah hantu laut (6:49). Apalagi semua murid melihat keberadaan sosok yang berjalan di atas air. Saat semua melihat, maka kejadian itu dianggap sebagai sebuah kebenaran, bukan lagi asumsi atau halusinasi.

Mengapa Yesus tidak menolong? Dalam keadaan serupa ini, kita tentu mengharapkan Yesus datang dan memberikan pertolongan langsung, bukan? Ternyata Yesus tidak ingin memberi pertolongan karitatif (tanpa usaha dari para murid), melainkan ingin memberikan semangat kepada para murid untuk mentransformasi ketakutan mereka menjadi daya dorong dan usaha mengatasinya. Yesus tidak ingin para murid menjadi manja, tetapi yakin akan penyertaan Tuhan dalam usaha keras mereka. ‘Jangan takut‘, sesungguhnya mengandung makna ‘majulah dengan berani’, yakinlah bahwa Yesus melihat mereka dan semua akan baik-baik saja, bahkan Dia akan mendahului mereka dan menanti di seberang 7.

Sering kali ketakutan dengan sangat sederhana dilawankan dengan keberanian. Apakah keberanian adalah kondisi tanpa ketakutan? Tidak, justru keberanian adalah keadaan seseorang yang berjuang menghadapi dan melawan tembok ketakutannya 8. Menurut penulis, Yesus tidak melarang seseorang untuk merasa takut. Dia pasti paham betul, lha wong, rasa takut itu juga emosi yang diciptakan Allah sejak semula. Yesus menginginkan seseorang tidak membiarkan ketakutan menguasai dan berubah menjadi panik, kegelisahan, dan fobia yang dapat menghancurkan kehidupan. Mengelola rasa takut, bukan menghilangkan rasa itu. Kita tidak bisa sesederhana itu menghilangkan rasa takut. Menghadapi, berjalan melewati, dan mengulangi usahanya 9 adalah apa yang diinginkan Yesus.

Yesus menghendaki para murid melihat sumber rasa takut yang obyektif, sumber yang benar-benar mengancam mereka untuk mencapai Kapernaum, seperti telah diperintahkan-Nya, yaitu angin sakal. Ia meminta murid-murid menepis sumber-sumber subyektif, seperti kepanikan karena asumsi ‘hantu laut’ yang akan menyerang mereka. Kita pun diminta-Nya berlaku demikian. Untuk menghadapi tembok ketakutan, carilah sumber ketakutan itu, berusahalah untuk mengatasi dan menemukan solusinya. Yakinlah bahwa Yesus melihat dan memberi kita semangat untuk mencapai tujuan kita. Jangan biarkan rasa takut menguasai hidup kita, berubah menjadi kepanikan, kegelisahan, dan fobia. Berjuanglah mengatasi ketakutan dalam dan bersama dengan-Nya. Salam.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya
(1 Kor. 10:13)

Pdt. Bonnie Andreas
BA – Pangesang, 220216

———————-

  1. Marston, dkk. Emotions of Normal People. (Oxon: Rotledge, 2005). h.1.
  2. Horwitz & Wakefield. All We Have to Fear. (New York: Oxford University Press, 2012). h. 3.
  3. Diana, Karen, dkk. Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut. (Yogyakarta: Kanisius., 2008). h. 11.
  4. Gichara, Jenny. Mengatasi Perilaku Buruk Anak. (Jakarta: Kawan Pustaka, 2008). h. 61.
  5. Kadir, H.A. Menafsir Fenomena Latah sebagai Emosi Kebudayaan Masyarakat Melayu – Suatu Kajian Psikoantropologi. (Psikobuana, Vol. I, No.1, 2009). h. 55
  6. Gunawan, Adi W. Wuitter Can Win, (Jakarta: Gramedia, 2009). h. 76.
  7. van Bruggen, Jakob. Markus: Injil Menurut Petrus. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006). h. 226
  8. Edick, Mark. Becoming Normal – an Ever-Changing Perspective. (Las Vegas: CRP, 2010). h. 160.
  9. Edick, Mark. Becoming Normal – an Ever-Changing Perspective. (Las Vegas: CRP, 2010). h. 160.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...