Teologi dan  Kehidupan

Teologi dan Kehidupan

Belum ada komentar 241 Views

Dari waktu ke waktu dalam sejarah akan timbul jawaban yang bervariasi, ketika kepada setiap orang Kristen diajukan sebuah pertanyaan mendasar sebagai berikut: “Why are you a Christian?” Mengapa Anda menjadi pengikut Kristus?

Jawaban yang muncul dari bibir biasanya tidak jauh dari beberapa pernyataan sebagai berikut:

  1. Kristus telah mati untuk menyelamatkan jiwa saya,
  2. Karena kasih karunia (grace), dan seterusnya.

Argumen semacam ini tentu saja tidak dapat disalahkan, karena jawaban-jawaban ini timbul sebagai respon dari sebuah kesadaran tentang Kristus yang hadir dalam hidup kita sebagai orang-orang percaya.

Namun Anda akan mulai sedikit pusing ketika diperhadapkan pada pertanyaan teologis: “Apakah Anda sudah memenuhi syarat sebagai seorang Kristen dalam menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya?” Bahasa sederhananya, adalah: “Sudahkah Anda mengikuti kehendak Kristus?”

Dalam melayani kehidupan manusia, Yesus memperkenalkan sebuah misi surgawi. Khotbah di bukit merupakan alasan “Mengapa Tuhan datang ke dalam kehidupan manusia”, yaitu Yesus ingin agar:

  • Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
  • Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
  • Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
  • Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
  • Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
  • Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
  • Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
  • Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
  • Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
  • Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat. 5:3-12).

Misi Yesus di atas menjadi tolok ukur bagi kita: Seberapa banyak kita mau belajar dan melaksanakan kehendak-Nya di dalam kehidupan kita. Sebelum menjawab hal tersebut, ada baiknya kita membahas bagian berikut, yaitu “problematika kehidupan.”

Problematika Kehidupan

Di dalam sejarah dunia, setiap manusia akan mengalami berbagai permasalahan, yang mengandung ciri-ciri demikian:

  • Ketimpangan Ekonomi
    Ketimpangan Ekonomi muncul sebagai sebuah permasalahan yang akan merampas kebahagiaan setiap manusia. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kita dapat mempunyai Kerajaan Surga jika kita miskin? Bagaimana aku dapat menjadi bahagia jika kebutuhan sandang, pangan, serta papanku tidak tercukupi?
  • Ketidakberdayaan
    Ketidakberdayaan? Jika orang-orang datang ketika kita sedang mengalami dukacita karena kehilangan orang yang kita cintai, biasanya mereka akan berbasa-basi mencoba menghibur kita. Istilah kerennya adalah lip service. Apa tanggapan (respon) Anda? Hanya ada dua kemungkinan respon paling umum, yaitu:
    1.    Anda akan mengucapkan terima kasih atas empati dan simpati mereka, atau
    2.    Anda akan terdiam. Apapun respon Anda, namun satu hal yang pasti bahwa Anda tidak berdaya menghadapi dukacita.
  • Kekecewaan
    Kekecewaan selalu menghalangi kita untuk berbuat lemah-lembut. Kekecewaan juga selalu membuat kita marah kepada keadaan. Kekecewaan pula yang selalu membuat kita tak bersahabat dan memandang bumi sebagai tempat yang kejam dan tidak layak untuk dihuni. Kecewa pada diri sendiri dan kepada orang lain selalu menghalangi kita untuk berbuat lemah lembut dan memiliki bumi.
  • Kerinduan
    Kerinduan setiap manusia adalah agar kebenaran ditegakkan. Kerinduan semacam ini merupakan kesadaran nurani yang timbul dari hati. Rasa rindu terhadap kebenaran yang sejati membuat orang selalu lapar mencari makna dan keputusan. Makna dan keputusan meliputi tiga bagian ini:
    a.    benar/salah,
    b.    tepat/tidak tepat, dan
    c.    baik/buruk.
  • Ketidakbersahabatan
    Ketidakbersahabatan kita tujukan kepada orang-orang yang pernah menolak untuk menolong kita pada masa-masa sukar. Ketika Anda memiliki uang dan jabatan, Anda akan dengan mudahnya bermurah hati kepada orang-orang yang membutuhkan dengan memberikan kelebihan-kelebihan yang Anda miliki. Namun bagaimana jika Anda tidak memiliki jabatan dan uang? Apakah orang lain akan datang menghampiri Anda dan bermurah hati? Ketika kita mengalami masa-masa sukar dan orang lain tidak menunjukkan kemurahan hati mereka, maka kita akan menunjukkan rasa tidak bersahabat kepada mereka! Murah hati akan digantikan dengan permusuhan! Pada titik inilah murah hati akan sukar kita laksanakan.
  • Keinginan
    Keinginan setiap manusia pada dasarnya bukanlah untuk melihat Allah. Keinginan dasar manusia adalah tipu daya untuk memenuhi keinginannya sendiri. Keinginannya adalah “memuaskan diri sendiri.” Misalnya, pergi ke gereja hanya untuk bersosialisasi, pergi ke diskotik untuk melepas kepenatan, pergi ke tempat Karaoke untuk mengekspresikan suaranya yang indah, dan seterusnya. Pada zaman modern sangat sulit menemui “orang yang suci hatinya.” Jika pun ‘ada’ mungkin jumlah mereka tidak banyak. Oleh karena itu Allah tidak akan menunjukkan wajah-Nya terhadap sembarang manusia.
  • Kompetisi (Pertandingan)
    Kompetisi dalam lingkungan sosial yang begitu ketatnya hampir menutup ruang-ruang untuk dapat membawa damai. Di dalam sebuah usaha merintis karir, kita harus berlaku waspada terhadap kompetitor dalam bidang pekerjaan. Hal semacam ini juga berlaku dalam seluruh aspek kehidupan walaupun situasinya berbeda. Dalam hal kompetisi ada pilihan yang tidak mungkin dapat kita tolak, yaitu: “Semua orang yang bertanding dipacu dalam sebuah persaingan untuk dapat saling mengalahkan dan menjatuhkan.” Pertanyaannya: “Bagaimana kita dapat membawa damai di tengah-tengah lingkungan yang demikian?”
  • Kekuatiran
    “Hari gini, sok benar?” Apa itu kebenaran? Bukankah kebenaran bersifat relatif? Kita mungkin dapat bersikap tidak toleran terhadap penyimpangan kebenaran, misalnya: 1. Korupsi, 2. Suap, 3. Jual-beli jabatan, dan seterusnya.

Namun dengan catatan: Jika Anda mengajukan saya sebagai saksi kebenaran terhadap kejahatan pejabat yang berkuasa, lebih baik jangan deh! Cari saksi yang lain saja! ‘Kekuatiran akan hidup’ tanpa sadar menjadi penghalang pintu masuk ke dalam Kerajaan Surga. Jika Anda mengkritisi dan mengkritik yang lebih lemah maka dengan cepat Anda bereaksi. Tetapi bagaimana jika dia lebih berkuasa daripada Anda?

Kekuatiran serta ketakutan akhirnya akan berbuntut kepada kemunafikan (hipokrit), dan tanpa sadar akhirnya akan menjadi penghalang kita untuk mempunyai Kerajaan Surga. Tetapi saya memaklumi Anda, karena saya juga melakukan hal yang sama. Daripada kenyamanan, keamanan, dan kenikmatan saya terganggu. Lebih baik aye diam!
Nah, corak problematika kehidupan di atas merupakan kenyataan yang wajar (realitas). Segala kegiatan manusia dalam menyikapi problematika kehidupan menjadi berbeda dan bervariasi tergantung situasi yang kita hadapi. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita menyikapinya?

Keunikan Yesus dalam Membangun Kehidupan

Salah satu yang paling saya banggakan dalam mengenal Tuhan Yesus adalah Dia memiliki kepribadian yang berpihak kepada kebenaran dan tidak membengkokkan keadilan (memiliki integritas). Bahkan sekalipun ketika menyampaikan kebenaran dari Allah, risikonya adalah dibunuh (Yoh. 8:40). Dalam membangun kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, tanpa sadar Sabda Tuhan Yesus di bukit merupakan sebuah tugas panggilan orang-orang Kristen. Dapatkah kita menjadi serupa dan sempurna (bhs. Ibrani: tamiem) sama seperti Yesus melaksanakan tugas panggilan (vokasi) dalam membangun kehidupan?

Penyebab maju atau mundurnya seseorang mengenal Kristus adalah: 1. Cara berpikir, dan 2. Melaksanakan kehendak Allah sesuai dengan hati nurani.
Dalam hal berpikir kita akan mengerti rumusan-rumusan yang dipakai untuk “bertahan hidup!” Tetapi dalam menegakkan kehendak Allah, maka seringkali hati nurani dirasakan sebagai sesuatu yang tidak berfaedah dan harus kita singkirkan. Alasannya sederhana: “Hati nurani untuk menyatakan yang benar dapat membuat kita menjadi terasing dari orang lain” (bahasa akademisnya: teralienasi).

Di sinilah kita diperhadapkan kepada sebuah pilihan yang dilematis alias susah untuk memilih! Apakah kita ingin memilih: Mendahulukan kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, atau kita sibuk dengan usaha saling mempertahankan kebenaran diri sendiri atau golongan kita.

Kebahagiaan seorang Kristiani (pengikut Kristus) adalah dapat melaksanakan pilihan yang bertanggung jawab sesuai dengan kehendak Allah. Keunikan Yesus dalam membangun kehidupan tidak usah kita ragukan lagi, namun Tuhan sekarang juga balik bertanya: “Jika kamu memang pengikut-Ku, sudahkah kamu melakukan tugas panggilan yang Kuberikan di dalam hidupmu?”

Apakah Kita Sudah Menjalani Kehidupan Sesuai Dengan Kehendak-Nya?

Pertanyaan Tuhan Yesus tidak usah kita jawab sekarang, mumpung masih ada waktu alias masih banyak waktu, lain kali saja kita jawab. Yang jelas kehidupan adalah roda yang berputar “kadang di atas dan kadang di bawah.” Pada saatnya biarlah Tuhan sendiri yang mengadili perbuatan kita masing-masing. Cuma kita harus hati-hati melangkah, jangan sampai ketika kita menghadap DIA, Tuhan mengeluarkan jawaban yang ketus (tidak enak di dengar oleh kita) dan berkata: “Aku tidak mengenal engkau!”
Tuhan memberkati.

Arie Yanitra  Mahasiswa biasa Fakultas Teologi UKDW 2005 (Universitas Kristen Duta Wacana)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...