Sambil menengadah ke langit Yesus mendesah dan berkata kepadanya, “Efatal”, artinya: Terbukalah! (Mrk. 7:34)
Walaupun berjarak tak sampai satu jengkal, telinga dan mulut terkadang berpotensi menjadi tidak kompak. Ada yang cepat mendengar, tetapi lambat berkata-kata. Ada yang tidak cermat mendengar, tetapi cepat berkata-kata. Telinga dan mulut yang tidak kompak dapat menimbulkan petaka.
Seorang perempuan keturunan Siro-Fenisia memiliki anak perempuan yang kerasukan setan. Perempuan ini mendengar tentang kehadiran Yesus dalam sebuah rumah di daerah Tirus. Walaupun datang dengan sembunyi-sembunyi, kehadiran Yesus “terdengar” oleh perempuan ini. Dia pun tidak berhenti berkata-kata memohon kesembuhan anaknya kepada Yesus. Anak perempuannya pun sembuh. Selanjutnya, seorang yang tuli dan gagap dibawa kepada Yesus. Yesus berkata kepadanya, “Terbukalah”. Maka orang yang tadinya gagap dan tuli itu dapat mendengar dan berkata-kata. Yang menarik dari dua kisah ini adalah bahwa telinga dan mulut mampu mengubahkan dan diubahkan oleh Kristus.
Tidak semua orang mampu mendengar dan berkata-kata dengan bijak. Acapkali telinga menjadi tuli dalam mendengar nasihat baik. Ada kalanya mulut menjadi bisu dalam menyuarakan kebenaran, kejujuran, dan hal yang membangun. Dengan menyimak kembali kisah ini, semoga telinga kita menjadi telinga yang peka dalam menyadari kuasa perkataan Yesus. Mulut pun kita gunakan untuk mengakui perubahan yang sanggup Allah kerjakan dalam kehidupan kita dengan rendah hati. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah telinga dan mulutku sudah diubahkan oleh kuasa perkataan Kristus?
Ayat Pendukung: Yes. 35:4-7a ; Mzm. 146; Yak. 2:1-10, (11-13), 14-17; Mrk. 7:24-37
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.