Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. (1Kor. 15:24)
Takluk artinya mengaku kalah dan mengakui kekuasaan pihak yang dianggap menang. Dalam keseharian hidup, secara imajinatif kita dapat menjumpai “dua kekuatan” yang saling “bertempur” dalam batin kita. Yaitu, kebaikan dan kejahatan, kasih dan kebencian, membangun dan merusak, kejujuran dan kebohongan, kesetiaan dan pengkhianatan, dan masih banyak lagi yang lain. Tentu pada akhirnya, akan ada yang lebih berkuasa ketimbang yang lainnya. Jika sudah berkuasa, “kekuatan” itu akan memerintah, mengendalikan dan mengarahkan perilaku kita kepada sesama.
Yesus Kristus hadir di bumi untuk menyatakan nilai-nilai Kerajaan Allah. Yaitu, kasih, keadilan dan kebenaran yang harus mewarnai tatanan sosial kemasyarakatan dunia ini. Jika karena Adam, manusia merancangkan dan menghidupi tatanan dosa yang berujung maut maka karena Kristus, setiap orang yang percaya ada dalam tatanan kepemimpinan Anak Allah yang berujung pada kehidupan. Akan tiba saatnya, cara orang menggunakan kekuatan dan kekuasaannya menjadi sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Demikianlah visi Kerajaan Allah yang ditunjukkan Kristus bagi kita.
Tanpa kepemimpinan Kristus sebagai Juruselamat, cara kita mengelola kekuatan dan kekuasaan diri pasti sangat penuh dengan pementingan diri sendiri. Namun, jika kita takluk kepada Kristus, damai sejahtera Allah akan melingkupi diri kita dan dunia. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah cara kita mengelola kekuatan dan kelebihan diri sudah ditaklukkan oleh kuasa kasih Kristus?
Ayat Pendukung: Mzm. 93; Yeh. 28:20-26; 1Kor. 15:20-28
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.