SULUNG DALAM PALUNGAN

Belum ada komentar 53 Views

Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan Indonesia yang berjudul, “Aku Ingin”

Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu..

Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat
Disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada

Puisi ini rupanya ditafsirkan sebagai sebuah ungkapan cinta dari seseorang yang memuja seorang yang dikasihinya, namun entah dia tidak bisa atau tidak ingin mengatakannya secara langsung. Jadi dia hanya menyimpan cinta itu di dalam hatinya saja, bahkan sampai akhir hayatnya. Cinta yang tulus itu bahkan sampai membuatnya berkorban bagi yang dikasihinya tapi tak mengharap balasan.

Sayangnya itu tidak sama dengan kasih Tuhan. Kasih romantis seperti itu, tidak diungkapkan pada yang dicintainya sehingga cinta itu hanya dirasakan oleh satu pihak saja. Sementara cinta Yesus yang begitu agung, besar dan tak terbatas, diungkapkan kepada kita lewat berbagai cara.

Yesus mencintai kita lewat karya-Nya, bahkan Yesus mencintai kita dengan kehadiran-Nya di dalam dunia. Herannya, Ia mencintai kita lewat palungan. Bagaimana mungkin seorang Raja segala Raja lahir, lalu tidur dalam sebuah palungan? Bukankah ini sebuah paradoks bagi kita yang percaya kepada-Nya? Ia berada di tempat tinggi, bahkan seorang Yohanes Pembaptis pun tidak merasa layak membuka tali kasutNya sekalipun berdebu dan penuh dengan daki. Namun Ia tidak memilih lahir di sebuah Kerajaan atau penginapan mewah. Sebaliknya, Ia memilih tempat yang super biasa, di rumah seorang yang tidak pernah disebutkan namanya di dalam Alkitab. Bahkan berapa lama dia disana, dan apakah dia kedinginan atau merasa hangat di tempat itu juga tidak diceritakan secara jelas dalam Alkitab.

Ini menariknya, Allah yang kita kenal di dalam nama Yesus Kristus. Dia bukan menjadikan para pengikut-Nya robot agar mengikuti apa yang Dia perintahkan atau Dia kehendaki tanpa melibatkan hati. Iman muncul dari pendengaran, penglihatan, perasa, penciuman dan peraba kita pada tanda-tanda cinta-Nya yang Dia tunjukkan bagi kita.

Si Sulung mengajak kita melihat makna palungan bersama-sama. Palungan biasanya berupa bak untuk makanan binatang. Ia sering dipahat dari batu di sebuah sisi, tetapi bisa juga bisa diterjemahkan dengan ‘kandang’. Jadi tidak apa apa juga kalau kita membayangkan dia lahir di kendang hewan, dan bukan lahir dan diletakkan di sebuah palungan. Sebab kata Yunani Fatne dapat juga diterjemahkan dengan ‘kandang’ dalam Lukas 13:15. Dan karena bukan hanya di Palestina saja ada palungan atau kandang, melainkan juga di negeri-negeri lain, orang orang disana tahu benar seperti apa posisi Yesus saat lahir di tempat tersebut.

Menariknya, ternyata tempat tinggal binatang atau kandang seringkali disatukan dengan tempat tinggal pemiliknya. Itu menunjukkan bahwa orang tersebut sangat miskin dan sederhana. Jadi Yesus lahir bukan di tempat yang disisihkan dari orang lain, atau di tempat hina karena berada di tempat jorok dan bau. Namun Yesus lahir di rumah orang yang sangat minim secara ekonomi, sangat-sangat sederhana. Untuk merekalah Yesus juga hadir ke dalam dunia.

Bagaimana dengan kita. Apakah kita merasa terlalu layak untuk menjadi tempat dimana Yesus tinggal di dalam diri kita? Atau kita merasa di titik tidak berdaya dan sangat minim sehingga kehadiran Yesus sangatlah bermakna bagi kita. Karena tanpa Dia kita bukan siapa-siapa. Namun dengan hadirnya Yesus dalam hati dan hidup kita, kita merasa sangat berharga dan dihargai oleh-Nya.

Jika itu kita alami, maka kini Dia juga memanggil kita untuk menghargai sesama dengan kuasa kasih-Nya yang ajaib. Selamat menjadi palungan bagi hadirnya Yesus di hati. Selamat menerima mereka yang dianggap manusia “hanyalah palungan” namun Dia mau hidup di dalam mereka juga!

Selamat Natal dan Tahun Baru! Tuhan memberkati kita dengan kekayaan cinta-Nya yang ajaib.

|Pdt. Riani J. Suhardja

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...
  • Persahabatan
    Setiap kali saya membaca kata “persahabatan”, kata itu memberikan rasa hangat di hati saya. Kata itu membawa ingatan saya...