Pak Pendeta Yth.
Pada suatu kesempatan, saya ikut kebaktian di gereja pedesaan. Waktu itu bertepatan dengan perayaan Natal, dan saat itu menjelang pertandingan sepakbola piala Tiger, final League pertama antara Indonesia vs Malaysia bertempat di Malaysia. Saya masih ingat sekali bahwa waktu itu seorang penatua berdoa kepada Tuhan agar “Garuda di Dadaku” menang. Waktu itu memang di atas kertas Indonesia bisa memenangi pertandingan mengingat pertemuan dengan Tim Malaysia pada babak kualifikasi sebelumnya Indonesia menang telak 4-1.
Rupanya, yang berdoa bukan hanya kita tetapi tokoh-tokoh agama lain yang isinya sama, yaitu agar Indonesia menang. Bahkan dengan forum yang lebih besar dan tokoh politik juga. Tapi ternyata meskipun semua orang berdoa toh akhirnya Indonesia menyerah dari Malaysia dengan skor 0-3. Ironis.
Dengan kejadian tersebut, barangkali pendoa-pendoa di atas ada kesalahan cara berdoa. Pertanyaan saya: doa seperti apakah yang benar menurut Tuhan sehingga ketika doa kita tidak terjawab seperti keinginan, kita tidak kecewa.
Atas pencerahan dari Bapak saya mengucapkan terima kasih.
Prayitno-Ciputat
Jawab:
Bpk. Prayitno yang baik,
Dalam sebuah pertandingan, selalu ada yang kalah dan menang. Menurut pemahaman saya, kemenangan ini bukan tergantung dari doa yang kita naikkan, tetapi dari kesiapan tim itu untuk bertanding. Tentu bukan berarti saya tidak percaya adanya kuasa doa, tetapi dalam kasus pertandingan semacam ini, Tuhan tidak akan mengintervensi sebuah pertandingan untuk memenangkan salah satu tim. Mengapa demikian?
Karena Allah itu maha adil. Allah tidak akan pernah mengingkari keadilan-Nya dengan mengintervensi sebuah pertandingan. Biar kita berdoa seperti apa pun, tetapi kalau tim itu tidak siap ya akan kalah.
Coba bayangkan, bukankah di Malaysia juga ada anak-anak Tuhan? Mestinya mereka juga berdoa kepada Tuhan agar tim Malaysia yang menang. Nah, sama-sama anak Tuhan berdoa untuk tim yang berbeda, mana yang Tuhan akan menangkan? Semuanya anak Tuhan yang begitu Ia cintai.
Mungkinkah Tuhan hanya mendengar doa yang satu serta mengabaikan yang lain? Tentu tidak! Semua didengar Tuhan, tetapi Tuhan menyerahkan kemenangan pada kesiapan masing-masing tim.
Dalam Alkitab, Tuhan memakai prinsip-prinsip sebuah pertandingan untuk menjelaskan tentang pertandingan iman. Prinsip-prinsip pertandingan itu Tuhan pakai, karena Tuhan setuju dengan prinsip-prinsip sebuah pertandingan, yaitu yang paling siap, yang menang. Jadi, ketika Tuhan memercayakan sebuah pertandingan pada prinsip-prinsip pertandingan dan tidak mengintervensinya, itu memang sesuai dengan kehendak-Nya. (1 Korintus 9:24-27; 2 Timotius 2:5).
Jadi, kalahnya tim Indonesia dari Malaysia bukan karena doa yang dinaikkan ada yang keliru, tetapi lebih karena ketidaksiapan tim Indonesia untuk menang. Mungkin saja pada waktu sebelumnya tim Indonesia siap, tetapi pada saat itu tidak siap. Bisa juga secara fisik siap, tetapi secara mental tidak, atau sebaliknya. Ada banyak faktor yang bisa menentukan kemenangan sebuah tim dalam pertandingan, tetapi yang jelas, kemenangan itu bukan karena intervensi Ilahi.
Lalu bagaimana doa yang benar itu? Menurut pemahaman saya, doa itu adalah perwujudan sebuah relasi antara manusia dengan Tuhan. Relasi antara anak dengan sang Bapa yang Maha Pengasih. Jadi, kebenaran sebuah doa, tidak tergantung dari caranya berdoa, tetapi dari relasi antara si pendoa itu dengan Allah. Ketika relasi itu rusak, maka doa itu menjadi sebuah doa yang keliru dan tidak didengar Allah. (bandingkan: Yesaya 59:1-2).
Sebaliknya, ketika relasi itu baik, maka apa pun cara berdoanya, pasti didengar Allah. Lalu bagaimana dengan doa yang ‘memaksa’ Allah? Relasi yang baik, tidak pernah main paksa atau memaksakan diri, kan? Jadi doa seperti Tuhan Yesus: ‘Jadilah kehendak-Mu’ adalah bagian dari doa yang baik.
Pdt. Rudianto Djajakartika
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.