Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. (Mat. 18:4)
Sebagai pendeta, saya merasa sulit sekali untuk merendahkan hati. Sebab, seorang pendeta selalu diperlakukan dengan istimewa, baik di gereja maupun di berbagai instansi yang mengundangnya. Mulai dari tempat parkir, sampai tempat duduk (sofa bukan kursi) disediakan tatkala sang pendeta datang melayani. Pendeta ditanyai, “Mau minum apa, air mineral, teh atau kopi?” Saya sering merenung, “Bukankah saya ini pelayan?” Perlakuan yang saya terima kerap membuat saya nyaman dan sulit untuk merendahkan hati saya, serta melupakan identitas saya sebagai pelayan dari kerajaan Allah yang formula kehormatannya tidak dapat disamakan dengan dunia; orang paling terhormat adalah orang yang justru paling rendah.
Murid-murid dalam teks ini terlalu memikirkan organisasi pelayanan Yesus yang bersifat duniawi sampai-sampai mereka lupa tujuan ilahi-Nya. Bukannya mencari tempat di mana mereka bisa melayani, mereka justru mencari posisi untuk keuntungan mereka. Seperti para murid, kita juga mudah kehilangan perspektif kerajaan Allah di dalam pelayanan dan berkompetisi untuk status di dalam Gereja. Adalah penting mengindentifikasi diri bagaikan anak kecil yang lemah dan bergantung serta tidak memiliki status apa pun atau pengaruh apa pun.
Mari kita semua mengingat siapa kita. Kita adalah pelayan- pelayan Tuhan. Rumus meraih kehormatan menurut Alkitab tidak sama dengan dunia. Firman Tuhan mengajar kita bahwa kehormatan diraih melalui kerendahan hati, pengorbanan dan terkadang melalui penghinaan serta penderitaan. [Pdt. Indra Kurniadi Tjandra]
DOA:
Tuhan, ampuni kami yang kadang berlaku angkuh di hadapan-Mu dan sesama kami.
Ayat Pendukung: Mzm. 51; Yes. 58:1-12; Mat. 18:1-7
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.