Sesudah itu Yusuf dari Arimatea — ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi — meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. (Yoh. 19:38)
Jean berbicara ditelepon dengan temannya yang mengajak Jean pergi jalan-jalan esok hari. Jean menolak. “Gua gak bisa, ada acara keluarga,” kata Jean. Setelah Jean menutup telepon, mama bertanya kenapa Jean mengatakan ada acara keluarga, bukankah esok hari adalah hari Minggu dan Jean akan ke gereja seperti biasa. “Malu, ma,” kata Jean. “Kalo bilang ke gereja, nanti di-bully, dibilang sok suci.” Jean adalah seorang remaja yang bergumul dengan identitas Kristennya. Pergumulan seperti yang dialami Jean, dihadapi oleh orang Kristen dalam berbagai versi. Malu, sungkan, bahkan takut mengakui iman di hadapan orang lain, baik itu teman atau bahkan keluarga.
Yusuf dari Arimatea pun demikian. Ia murid Yesus, tetapi secara tersembunyi. Tak berani ia mengakui imannya di depan orang-orang Yahudi. Bisa bahaya. Namun, ia tak selamanya sembunyi. Saat ada hal penting yang harus ia lakukan, maka ia tampil. Ia maju menghadap Pilatus, meminta mayat Yesus, dan menguburkan mayat Yesus di sebuah kubur. Bersama dengan Nikodemus, ia bahkan memperlakukan mayat Yesus sesuai dengan ketentuan adat Yahudi saat itu.
Ada saatnya, kita menyembunyikan identitas kita sebagai orang Kristen, karena berbagai alasan. Namun, akan tiba saatnya ketika Tuhan memberi kita kesempatan untuk maju dan memperlihatkan iman kita kepada orang lain. Siapkah kita? [Pdt. Novita Sutanto]
DOA:
Tuhan, beri kami keberanian dan kesempatan untuk menjadi saksi iman ketika saatnya tiba. Amin.
Ayat Pendukung: Rat. 3:1-9, 19-24; Mzm. 31:1-5, 16-17; 1Pet. 4:1-8; Yoh. 19:38-42
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.