Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku. (Yoh. 7:29)
Dalam banyak tradisi agama, kerendahan hati dianggap sebagai sikap yang penting dalam kehidupan spiritual. Dengan kerendahan hati, seseorang dapat bersikap terbuka pada inspirasi rohani yang diberikan Allah baginya. Itulah sebabnya pertemuan untuk bersekutu dengan saudara seiman disebut dengan “ibadah” yang berasal dari akar kata “mengabdi”. Begitu juga dengan kata “kebaktian” yang berasal dari kata “bakti” yang menunjukkan kesediaan merendahkan hati.
Beberapa orang Yerusalem merasa mengenal Yesus, tetapi sebenarnya mereka tidak mengenal Yesus dengan utuh. Mereka tidak percaya pada kuasa surgawi yang Yesus miliki. Meskipun demikian, ada dari antara mereka yang mulai percaya. Namun sungguh menyedihkan, para penguasa Yahudi saat itu menolak Yesus. Demikianlah tipe-tipe orang dalam menerima Kristus. Selagi masih bersikap tinggi hati dan merasa paling benar, sulit bagi seseorang untuk memiliki iman yang mengubahkan hidup.
Kerendahan hati adalah salah satu kunci untuk mengalami kedekatan spiritual dengan Allah. Melalui kerendahan hati kita bersedia membuka diri bagi pengalaman rohani yang lebih dalam dan mendalam. Kita akan menemukan ragam tipe orang dalam mengenal Yesus karena pengenalan setiap orang memang berbeda-beda berangkat dari sikap hati masing-masing. Namun, ingatlah bahwa pilihan kita semestinya bukan bersikap tinggi hati karena hal itu hanya akan membuat pengenalan kita tentang Kristus menjadi dangkal. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah aku bersedia rendah hati untuk mengenal kuasa surgawi dari Allah di dalam karya Kristus bagi hidupku?
Ayat Pendukung: Ams. 29:1-27; Mzm. 73:21-28; Yoh. 7:25-36
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.