“Allah umat Israel ini telah memilih nenek moyang kita dan membuat umat itu menjadi besar, ketika mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing. Dengan tangan-Nya yang luhur Ia telah memimpin mereka keluar dari negeri itu.” (Kis. 13:17)
Ketika kita diminta untuk isolasi diri di tengah wabah Covid-19, maka pada minggu-minggu pertama, hal yang ada dalam hati dan pikiran banyak orang adalah ketakutan. Setelah lewat minggu-minggu pertama dan kita tetap diminta untuk isolasi diri, sementara kita tidak tahu kapan isolasi tersebut usai, maka rasa takut akan masa kini, bertambah dengan rasa takut akan masa depan. Kita tidak tahu apakah bisnis dan pekerjaan kita masih bisa berjalan atau tidak pascapandemi. Slogan new normal bukan saja membingungkan, tetapi juga menakutkan. Akankah kita bisa tetap bertahan hidup dengan layak di dalam tatanan baru tersebut?
Ketika masa kini serba menakutkan dan masa depan penuh dengan ketidakpastian, apa yang harus kita lakukan? Firman Tuhan mengingatkan supaya dalam situasi semacam itu kita mengingat masa lalu. Itulah yang disampaikan rasul Paulus dalam kisah ini. Ia memaparkan masa lalu bangsa Israel supaya apa yang sudah pernah dilakukan Allah tidak dilupakan, tetapi dijadikan pegangan di masa kini dan masa-masa yang akan datang. Allah telah memilih umat-Nya, memimpin, sabar, membagi- bagikan tanah, memberikan hakim-hakim dan raja-raja, hingga membangkitkan Juruselamat.
Masa lalu yang menyaksikan karya Allah harus kita ingat karena itulah pegangan sekaligus pengharapan bagi kita. Jika di masa lalu Allah bersedia melakukan banyak hal untuk kita, maka percayalah, di masa kini dan sampai kapan pun juga Ia pasti tetap bersedia. [Pdt. Paulus Sugeng Widjaja]
REFLEKSI:
Ketika masa kini sedang gelap, dan masa depan serba tidak pasti, maka cara untuk bertahan hidup adalah dengan melihat ke masa lalu.
Ayat Pendukung: Mzm. 139:1-6, 13-18; Hak. 2:16-23; Kis. 13:16-25
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.