Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! (Mzm. 51:14)
Kesalahan apa yang pernah Anda lakukan kepada orangtua? Atau, kesalahan apa yang pernah anak kita perbuat pada kita? Apa tindakan kita? Apakah kita akan memutuskan hubungan dengan orangtua atau anak kita? Konflik yang terjadi memang tidak mengubah status hubungan, tetapi memengaruhi kehidupan hubungan. Maka, diperlukan rekonsiliasi.
Sebagaimana relasi orangtua dan anak dapat terganggu, relasi kita dengan Tuhan juga dapat terganggu karena kita tidak melakukan kehendak-Nya atau berbuat dosa. Dia tetap Tuhan kita dan kita tetap umat-Nya. Namun, kita perlu dan harus mengakui dosa-dosa kita di hadapan-Nya serta memohon pengampunan-Nya, agar relasi kita dengan-Nya menjadi pulih.
Pernahkah dan pada saat kapan Anda merasa kerohanian Anda stagnan? Apakah dosa membuat kita merasa berjarak dengan Tuhan; membuat hati kita terasa kering, sedih, hancur? Daud mengalami perasaan ini. Dia telah berzina dengan Batsyeba dan membunuh Uria, suaminya. Daud dikonfrontasi oleh nabi Natan sehingga ia menyadari dosanya. Penyesalannya ia nyatakan dalam doa pengakuan kepada Tuhan, “Hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir … Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan
… yang dari pada-Mu”.
Tuhan selalu ingin dekat dengan kita, tetapi dosa yang kita perbuat menjauhkan kita dari-Nya. Maka, kita perlu mengakui dosa-dosa kita untuk mendapat pengampunan Tuhan dan mengalami pemulihan: pemulihan hubungan dengan Tuhan dan juga pemulihan dalam batin kita. Pengampunan Tuhan memulihkan, dan hati yang dipulihkan mengalami sukacita. [Pdt. Indra Kurniadi Tjandra]
DOA:
Tuhan, ampunilah dosaku dan pulihkanlah aku supaya aku bersukacita.
Ayat Pendukung: Yl. 2:1-2; 12-17; Mzm. 51:1-15; 2Kor. 5:20b—6:10; Mat. 6:1-6; 16-21
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.