Kehidupan Kristen

Prinsip-Prinsip Kehidupan Kristen yang Terintegrasi

2 Komentar 11627 Views

Meningkatnya kompleksitas permasalahan sehari-hari di zaman sekarang telah mengakibatkan semakin banyak orang Kristen kehilangan arah akan tujuan akhir hidupnya. Pekerjaan sehari-hari, berbagai urusan pribadi dan keluarga semakin menguras waktu dan tenaga kita dan tanpa disadari, kita telah terjebak ke dalam pola rutinitas yang sebenarnya cenderung “individualistis”.

Apabila kita merasa bahwa berbagai kesibukan yang “individualistis” ini sudah terlalu banyak menyita waktu kita untuk memikirkan orang lain, apalagi memikirkan kondisi bangsa kita yang semakin terpuruk saat ini, lalu apakah gunanya kita di tengah bangsa dan negara ini kalau kita sudah memposisikan diri menjadi garam yang tawar?

Di dalam buku “Katekismus Singkat Westminster” yang merupakan hasil persidangan para pemimpin Protestan di Inggris pada tahun 1643-1646, ada tertulis: “What is the chief end of man? Man’s chief end is to glorify God and to enjoy Him forever”. Inilah yang harus menjadi obsesi dan tujuan akhir kehidupan orang Kristen, yakni memuliakan Tuhan dan menikmati-Nya selamanya. Namun bagi seorang Kristen untuk menempuh tujuan hidup ini bukanlah hal yang mudah. Ia harus benar-benar memahami dan memiliki komitmen di dalam menerapkan prinsip-prinsip kehidupan berikut ini yang akan menjadi landasan di dalam membangun kehidupan Kristen yang terintegrasi, sehingga kita boleh tetap dapat memuliakan Tuhan dan menikmati-Nya selamanya di tengah kondisi kehidupan yang semakin menyulitkan saat ini.

1. Seluruh aspek kehidupan berpusat kepada Kristus (The God-centered life)..

Dunia modern telah membentuk pola pikir kita untuk terbiasa mendikotomikan kehidupan ini antara kehidupan rohani dan kehidupan sekuler. Seringkali ketika kita mengambil keputusan untuk menerima pekerjaan, memilih sekolah, mencari pacar, menikah atau sedang menghadapi permasalahan, kita tidak melibatkan Tuhan di dalam menggumuli keputusan tersebut karena kita tidak menempatkannya sebagai bagian dari kehidupan religius kita. Urusan Tuhan hanya kita tempatkan ketika kita berada di lingkungan gereja dan persekutuan saja.

Berbeda dengan cara pandang para Reformator Kristen yang menganggap seluruh aspek kehidupan mereka harus berpusat kepada Kristus. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang sangat terobsesi pada Tuhan (God-obsessed people), baik di dalam pergumulan pribadi maupun dalam urusan publik. Mereka adalah orang-orang yang Kristus-sentris (Christocentric). Thomas Shepard menulis surat kepada anaknya yang baru masuk kuliah di Harvard untuk “Ingatlah akan tujuan akhir hidupmu, yakni untuk kembali kepada Tuhan dan bersekutu dengan-Nya”.

Mengenai kegunaan uang, John Hooper berkata: “Uang ada untuk memuliakan Tuhan dan untuk kebaikan orang lain”. Oliver Cromwell (pemimpin persemakmuran Inggris Raya tahun 1651-1658) menuliskan surat kepada anak perempuannya yang akan segera menikah demikian: “Sayangku, jangan biarkan apa pun membuatmu kehilangan rasa cintamu kepada Kristus… dimana cinta yang paling berharga yang kau miliki atas suamimu adalah gambar dan rupa Kristus di dalam dirinya. Pandanglah itu dan cintailah dengan sebaik mungkin, dan semua hal lainnya demi cinta itu”. Seluruh pengalaman kehidupan yang dialami oleh para Reformator Kristen, selalu mereka kaitkan dengan Tuhan, baik itu perkara-perkara kecil maupun yang besar, dan mereka meyakini sekali bahwa semua keputusan hidup mereka harus bermuara untuk kemuliaan Tuhan.

2. Seluruh aspek kehidupan adalah milik Tuhan (All of Life is God’s).

Konsep kehidupan modern yang mendikotomikan antara dunia rohani dan sekuler, membuat seolah-olah Tuhan hanya hadir di dunia rohani yang “suci” dan tidak hadir di dunia sekuler yang “tidak suci”. Tidaklah demikian dengan cara pandang para Reformator Kristen. Mereka hidup sekaligus di dalam dua dunia, yakni dunia spiritual yang tidak nyata dan dunia fisik yang nyata, di mana bagi mereka, kedua dunia tersebut sama nyatanya, dan tidak ada pembagian antara dunia rohani dan dunia sekuler. Yang ada hanyalah satu dunia yang kudus yang adalah milik Tuhan.

Salah satu sumbangsih terbesar Gerakan Reformasi Kristen terhadap pembangunan peradaban manusia setelah abad ke-16 adalah upayanya mengembalikan kepekaan manusia di dalam mengintegrasikan seluruh aspek kehidupan tanpa terkecuali. Mereka bertekad untuk menguduskan seluruh aspek kehidupan dunia, bukan dengan mengeluarkan berbagai larangan atau menjauhkan diri darinya, tetapi dengan menanamkan prinsip-prinsip Alkitab ke dalamnya.

Kesadaran dan tekad para Reformator Kristen untuk menempatkan seluruh aspek kehidupan di dunia ini di bawah prinsip Alkitab adalah karena mereka melihatnya sebagai ciptaan dan milik Tuhan yang kudus. Kepekaan mereka di dalam melihat seluruh kehidupan ini secara utuh mempermudah panggilannya di dalam mengintegrasikan antara kebutuhan dirinya, kebutuhan gereja dan kebutuhan publik menjadi satu gerakan religius yang efektif. Kepekaan inilah yang turut membangun kesadaran moral para Reformator Kristen untuk tidak bisa berdiam diri membiarkan aspek-aspek kehidupan di dunia dikuasai oleh roh-roh jahat begitu saja.

3. Melihat pekerjaan Tuhan melalui peristiwa sehari-hari (Seeing God in commonplace)

Konsekuensi logis dari prinsip bahwa seluruh kehidupan adalah milik Tuhan, adalah keyakinan para Reformator Kristen untuk dapat melihat pekerjaan Tuhan melalui sarana peristiwa kehidupan sehari-hari. Ini merupakan salah satu ciri khas karakter paling menarik yang dimiliki oleh para Reformator Kristen. Bagi mereka, semua yang terjadi dalam dunia, mengacu kepada rencana Tuhan sekaligus sarana pemberian anugerah-Nya. Mereka melihat kehidupan ini melalui kacamata kedaulatan Tuhan (God’s sovereignty) atas seluruh kehidupan di dunia. Dengan menggunakan cara pandang ini, maka tidak ada satu pun peristiwa yang dapat dianggap sepele atau taken for granted dari kacamata para Reformator Kristen.

Bagi para Reformator Kristen, apa pun di dalam kehidupan ini, bisa digunakan Tuhan sebagai sarana pemberian anugerah-Nya dan pembentukan Tuhan atas diri seseorang. Pandangan ini dibentuk oleh kesadaran para Reformator Kristen yang sangat kuat akan kedaulatan Tuhan di dalam memakai seluruh momentum kehidupan ini untuk mengetuk hati nurani dan mengerjakan anugerah-Nya.

Kesadaran ini juga membuat mereka sering merenungkan dan memaknai setiap peristiwa yang terjadi di sekitar hidupnya guna mengetahui maksud dan tujuan Tuhan terhadap diri dan lingkungan sekitarnya melalui momentum peristiwa tersebut. Maka, tidaklah heran mengapa para Reformator Kristen memiliki kesadaran moral yang kuat untuk selalu ingin mengetahui apa kehendak Tuhan, apa yang benar dan apa yang salah di mata Tuhan. Bagi mereka, tidak ada tempat atau kejadian yang tidak berpotensial bagi orang Kristen untuk menemukan Tuhan di dalamnya.

Konsep modern tentang dualisme kehidupan dunia (rohani dan sekuler), membuat kita sering kurang peka dan sering melewatkan begitu saja momen-momen peristiwa yang terjadi di dalam diri dan sekeliling kita. Padahal, melalui momen-momen tersebutlah, Tuhan acapkali sedang membentuk diri kita atau mengasah Firman Tuhan yang telah kita pelajari guna mengarahkan kita pada suatu tugas panggilan tertentu atau menguatkan iman kita di dalam menjalankan misi tertentu.

4. Hidup dengan visi dan semangat pengharapan yang tinggi (Living in a vision and spirit of great expectancy)

Orang Kristen seharusnya tidak beraktivitas hanya untuk mengisi waktu, mengaktualisasi diri, menjalankan suatu rutinitas atau program yang telah ditentukan. Keyakinan para Reformator Kristen bahwa setiap umat Tuhan lahir untuk memenuhi sebuah panggilan hidup tertentu di dunia oleh Tuhan membentuk mereka menjadi orang-orang yang visioner. Seluruh aktivitas yang dilakukannya diintegrasikan guna mencapai visi tersebut dan dilaksanakan dengan penuh semangat dan harapan yang tinggi. Mereka menyadari betul bahwa kegiatan misi adalah aktivitas utama gereja di zaman antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang kedua, dan bukti kemenangan Kristus atas kuasa kegelapan pada kedatangan-Nya yang pertama merupakan suatu kekuatan dan pengharapan yang mereka imani di dalam menjalankan misi peperangan rohani.

Keyakinan mereka bahwa seluruh kehidupan ini adalah milik Tuhan yang berdaulat di dalam memelihara umat-Nya melalui sarana peristiwa sehari-hari, turut membentuk kesadaran para Reformator mengenai di mana mereka harus berdiri di tengah dunia dan kemanakah visi kehidupannya. Visi gerakan seorang Reformator Kristen tidak kurang dari melakukan pembaruan total kehidupan masyarakat (totally re-formed society) berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab.

5. Alkitab sebagai otoritas final terhadap setiap nilai dan kepercayaan hidup (Bible as a final authority to all beliefs)

Bagi para Reformator Kristen, setiap nilai-nilai keyakinan yang dikembangkan oleh manusia, baik itu budaya, agama, ideologi, sistem politik, filsafat hidup dan sebagainya, hanya akan menemukan keutuhannya apabila ia tunduk pada otoritas Alkitab, yang adalah sumber Kebenaran bagi segala “kebenaran” lainnya. Di luar Alkitab, setiap nilai-nilai dan sistem kehidupan tanpa terkecuali merupakan sesuatu yang rapuh dan fragmented.

Keyakinan bahwa Alkitab adalah sumber otoritas atas segala hal dalam kehidupan ini membentuk karakter dari gerakan Reformasi Kristen di dalam membangun peradaban manusia. Kedahsyatan dari pengaruh mereka di dalam membangun peradaban dunia selama abad ke-16 sampai ke-18 tidak serta merta diawali oleh ide-ide cemerlang yang dihasilkan oleh para tokohnya, tetapi oleh keberanian mereka dalam menyangsikan dan melawan otoritas di setiap bidang kehidupan yang tidak tunduk pada prinsip Alkitab. Keberanian ini ditopang oleh keyakinan para martir Kristen bahwa setiap nilai-nilai kehidupan hanya akan menemukan keutuhannya apabila ditundukkan pada otoritas Alkitab. Keyakinan mereka bahwa seluruh tema dalam setiap aspek kehidupan ini dapat ditemukan akarnya di Alkitab, mendorong keterlibatan para Reformator Kristen ke dalam berbagai bidang kehidupan, guna menegakkan tema-tema tersebut sesuai pada prinsip Firman Tuhan.

Thomas Cartwright, salah seorang tokoh awal Reformasi Kristen di Inggris, mengatakan bahwa “Alkitab berisikan arahan untuk segala hal yang dapat ditemukan dalam setiap kehidupan manusia.” Berdasarkan landasan ini dan natur penerapan prinsip Alkitab yang bersifat universal, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu lingkup bidang pun di dunia ini di mana orang Kristen tidak dapat menerapkannya berdasarkan kenyataan Firman Tuhan dan prinsip-prinsip Alkitab.

6. Keimamatan orang-orang percaya (Priesthood of all believers)

Setiap aspek kehidupan tanpa tekecuali hanya akan berjalan benar bila diterapkan berdasarkan prinsip Alkitab yang adalah sumber otoritasnya, dan hanya umat pilihan Tuhanlah yang mengetahui bagaimana mengembalikan tatanan kehidupan pada posisi sebenarnya. Oleh sebab itu, sudah menjadi tanggung jawab bagi setiap umat Kristen untuk “memimpin” setiap aspek kehidupan di dunia sesuai panggilannya. Hanya dengan cara inilah, Tuhan dipermuliakan di bumi. Dengan demikian, maka setiap umat Tuhan tanpa terkecuali, berkewajiban melaksanakan fungsi keimamatannya di seluruh aspek kehidupan dan untuk bisa melakukannya, maka ia harus selalu mempelajari Alkitab sebagai panduan hidupnya. Increase Mather, seorang Rektor Harvard di abad ke-17, mengungkapkan bahwa “maksud tujuan Alkitab kepada kita adalah untuk menunjukkan bagaimana semestinya kita melayani Tuhan, dan bagaimana semestinya kita melayani panggilan generasi di masa kita.”

Bagi para Reformator Kristen, hanya Alkitablah satu-satunya sarana yang mampu mempersiapkan dan membentuk seseorang menjadi pelayan Tuhan yang efektif dan produktif bagi kepentingan umum di seluruh bidang kehidupan, karena Alkitablah sumber otoritas dan Kebenaran bagi seluruh aspek kehidupan. Maka, tindakan pertama untuk mempersiapkan seseorang menjadi pelayan Tuhan yang efektif di manapun bidang kehidupan yang sedang atau akan ditekuninya, harus dimulai dari pembelajaran isi Alkitab itu sendiri dan pembinaan di dalam pengaplikasiannya.

Richard Baxter mengatakan bahwa “panggilan sebuah reformasi adalah suatu panggilan untuk mengambil tindakan, pertama-tama mentransformasi diri seseorang menjadi instrumen yang layak (fit) di dalam melayani kehendak Tuhan, dan kemudian mengkaryakannya di tengah dunia untuk mentransformasi seluruh kehidupan masyarakat.” Mempelajari Alkitab dan panggilan untuk terlibat aktif menuntun setiap aspek kehidupan pada prinsip-prinsip Alkitab merupakan dua fungsi keimamatan orang Kristen yang saling melekat satu sama lain.

Saudara-saudari, meskipun kondisi bangsa semakin terpuruk, semoga melalui artikel ini kita boleh tetap menikmati kehidupan di dalam memuliakan Tuhan, yang adalah tujuan akhir hidup dari setiap orang Kristen, baik itu di pekerjaan, kuliah, organisasi dan aktivitas lainnya, serta dapat membantu kita di dalam upaya menjadi pelayan Tuhan yang berkarakter dan dapat berperan di dalam memperbarui bangsa dan negara Indonesia. Tuhan memberkati.

Randy Ludwig Pea

2 Comments

  1. Pekerja Kristus « Joesh's Blog

    […] Menjadi seorang pelayan bukanlah pekerjaan yang paling digemari di dunia. Ada yang melakukannya karena terpaksa, karena hanya itulah yang dapat mereka lakukan. Ada yang melakukannya sebagai suatu profesi sehingga mereka menjadi ahli dalam melayani. Tetapi pada umumnya orang dari kebudayaan mana pun, tidak suka melayani orang lain. Namun orang-orang Kristen dipanggil untuk melayani. […]

  2. danil kawah

    Pada pendapat saya pengajaran sungguh sangat baik untuk menolong membangkitkan iman umat Kristiani, tapi jangan tinggalkan ayat-ayat dari Alkitab untuk menyokong pendapat anda itu amat penting…sekian

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...