… siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. (Mat. 5:32)
Seorang pria kedapatan berzina dengan sekretarisnya. Hal ini sangat melukai hati istrinya; butuh waktu 10 tahun untuk rekonsiliasi. Suatu hari, setelah bertahun-tahun upaya rekonsiliasi, sang suami pulang dari kantor lebih cepat untuk memberikan surprise pada istrinya yang berulang tahun. Dia masuk rumah dengan mengendap-endap dan mendapati rumah dalam keadaan sunyi.Dia lalu berjalan kearah kamar dan mendengar suara isak tangis istrinya sementara berdoa, “Tuhan, tolonglah saya, saya sulit mengampuni suami saya.” Mendengar itu, sang suami langsung menangis keras. Sang istri lalu berlari ke arah suaminya, lalu memeluk dan menciumnya. Rekonsiliasi terjadi.
Perselingkuhan dan perzinahan yang memicu terjadinya perceraian sangatlah menyakitkan dan merusak. Allah sendiri yang mendirikan pernikahan dan menghendaki pernikahan berlangsung sekali untuk selamanya. Pernikahan sangat mungkin menghadapi berbagai masalah dan kesulitan, tetapi perceraian seharusnya tidak menjadi opsi penyelesaian masalah.
Yesus berkata perceraian tidak diizinkan kecuali karena perzinahan. Namun, tidak berarti bahwa perceraian menjadi satu-satunya solusi jika pasangan kedapatan tidak setia atau berzina. Relasi apa pun, juga pernikahan, memiliki dinamika dan perlu upaya terus-menerus untuk merawat dan menjaganya, antara lain lewat komunikasi. Ketika menghadapi persoalan berat seperti pengkhianatan, maka kedua belah pihak perlu berkomunikasi untuk mengupayakan rekonsiliasi dan pemulihan hubungan. Mari berupaya untuk menjaga dan menyelamatkan pernikahan kita. [Pdt. Indra Kurniadi Tjandra]
DOA:
Tuhan ajar kami memperkuat pernikahan kami.
Ayat Pendukung: Ul. 30:15-20; Mzm. 119:1-8; 1Kor. 3:1-9; Mat. 5:21-37
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.