“Jika busur itu ada di awan, Aku akan melihatnya, dan mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk hidup, segala makhluk yang ada di bumi’.’ (Kejadian 9:16)
Bangsa Indonesia sering disebut sebagai bangsa yang pelupa. Hal ini pernah diungkapkan oleh istri almarhum Munir, seorang aktivis HAM. Karena mudah lupa, kita sering tidak konsisten dalam bersikap. Pada suatu waktu, kita bisa marah terhadap ketidakadilan, tetapi tidak lama kemudian, kita sudah melupakannya. Perjuangan untuk menuntut keadilan pun menguap, dan kita bisa tidak peduli lagi terhadap mereka yang menjadi korban.
Allah pernah menurunkan air bah yang memusnahkan manusia dan binatang, kecuali yang berada di dalam bahtera Nuh. Hal ini terjadi karena manusia terus melakukan kejahatan dan tidak mau taat pada perintah Allah. Bersama Nuh, Allah memulihkan kehidupan segenap ciptaan. Setelah air bah surut, Allah membuat perjanjian antara diri-Nya dengan segala makhluk bahwa la tidak akan menurunkan air bah lagi untuk memusnahkan segala makhluk. Pelangi menjadi tanda pengingat dari Allah akan janji-Nya itu. Pelangi juga menjadi tanda cinta Allah.
Namun, ini tidak berarti bahwa setelah peristiwa air bah, kejahatan manusia akan dibiarkan. Allah tetap menuntut ketaatan dari umat-Nya untuk hidup dalam kebenaran. Allah mengajak kita untuk ikut serta memelihara kehidupan, menjaga apa yang baik agar tetap baik, serta memelihara alam semesta supaya menjadi tempat yang nyaman bagi semua makhluk. [Pdt. Christa Charisda Hulu]
DOA:
Ya Tuhan, kami bersyukur karena Engkau selalu bersedia menolong dan menjaga kami. Tolong kami juga untuk selalu ingat bahwa kami harus berbuat baik di mana pun kami berada. Amin.
Ayat Pendukung: Kej. 9:1-17; Mzm. 124; Ibr. 11:32-40
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.




Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.