Sebelum Tuhan Yesus dipimpin Roh Kudus memasuki padang gurun, la dibekali kalimat peneguhan yang memberi-Nya energi baru. “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Membayangkan padang gurun, kita dibawa pada suatu suasana sepi, liar, tantangan yang sulit, takut, putus asa, tanpa bantuan. Ke tempat yang seperti ini lah Roh Allah menuntun Yesus sebelum mulai melaksanakan pelayanannya di dunia ini.
Padang gurun adalah gambaran kehidupan alami yang akan dan harus dihadapi oleh setiap orang. Bagaimana kita harus menghadapinya, mungkinkah kita menghapuskan penderitaan itu?
Pada tanggal 4 Februari kita memperingati “Hari Kanker Sedunia”, meski ada banyak kemajuan dalam pemahaman, diagnosis, dan pengobatan kanker, namun masih banyak hal yang dapat kita lakukan. Kita dapat dan harus menghibur para sahabat yang mengalami pergumulan akibat dari kanker yang di deritanya. Bisa jadi para sahabat kita ini sedang bingung dan merasa rendah diri, merasa hidupnya tidak bermakna lagi.
Memberi penghiburan (dari bahasa latin consolatio = berada bersama dengan orang yang sendirian), tidak berarti menghapuskan penderitaan, tetapi lebih-lebih menjadi teman dan berkata “Engkau tidak sendirian, saya menemanimu. Kita dapat mengangkat beban ini bersama-sama. Jangan takut, saya ada di sini.” Inilah penghiburan. Kita semua perlu memberi tapi juga perlu menerimanya dari sesama kita. Hidup kita juga rapuh ketika harus memasuki padang gurun kehidupan, karena itu kita juga membutuhkan energi penghiburan dari sesama kita.
Daya cipta dari kata-kata inilah yang perlu kita hidupkan atau nyatakan kembali. Kata-kata yang mengungkapkan kasih dan peneguhan itu sama dengan roti yang dapat menjadi energi, menguatkan, memberikan harapan dan semangat baru untuk melangkah memasuki padang gurun kehidupan ini.
(tt)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.