Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (Rm. 6:1)
“Namanya juga manusia, maklum saja.” Ungkapan itu kadang terdengar pada saat ada kesalahan yang dilakukan seseorang. Harapannya, agar orang lain menjadi maklum. Ya, sebagai manusia tentu kita tidak sempurna dan dapat salah, bukan? Tak seorang pun yang benar-benar sempurna dalam hidupnya. Walau demikian, bukan berarti kesalahan atau ketidaksempurnaan itu kita biarkan begitu saja, tanpa ada usaha untuk perbaikan diri. Kita mesti terus melatih diri menjadi lebih baik lagi.
Tuhan memberikan keselamatan kepada kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya dari maut. Sebagai orang beriman, kita adalah orang-orang yang telah mati bagi dosa (ay. 2, 11). Dalam baptisan, kita pun dibangkitkan ke dalam hidup baru (ay. 4). Hidup baru itu adalah hidup yang bersedia melepaskan diri dari dosa-dosa kita. Kita harus memandang hidup kita sebagai ‘hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.’ Karena itu, kita bukanlah orang yang memaklumi dosa-dosa atau kelemahan diri kita. Bukan pula mencari pembenaran atau pembiaran apa pun dosa-dosa kita.
Kita harus menjalani hari-hari kita sebagai hidup yang baru, terus diperbarui dari hari ke hari. Ketika kita melakukan dosa, mari kita segera datang kepada Tuhan dan memohon ampun. Kemudian, kita mengambil sebuah komitmen untuk melakukan perbaikan diri. Hidup baru, hidup yang mengalami perbaikan setiap waktu. (Pdt. Novita Sutanto)
DOA:
Tuhan, kami menyesali dosa-dosa kami. Layakkan kami untuk memperbaiki diri hari demi hari. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 124; Kej. 8:1-19; Rm. 6:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.