Siapa orangnya yang tidak akan merasa cemas dan gelisah jika kita divonis bahwa kita mengidap sesuatu penyakit yang mematikan? Berikut ini adalah suatu kisah yang menyedihkan namun berakhir dengan kebahagiaan disertai dengan rasa syukur yang sangat dalam berkat penyertaan dan campur tangan Tuhan melalui mujizat-Nya.
Adalah Ibu Diana Thomas, yang tepatnya pada bulan Agustus th 1999 menemukan sebuah benjolan pada bagian bawah tulang selangka bagian kanan, yang menurut dokter yang memeriksanya di Jakarta telah semakin membesar sampai ke bagian ketiak.
“Untuk second opinion, saya dan suami pergi ke Singapura untuk memeriksakan benjolan tersebut, dan hasilnya ternyata sama, yaitu kanker,” katanya dalam suatu percakapan beberapa waktu lalu.
Siapa yang tidak akan gelisah mendengar hasil seperti itu? Hati dan pikiran saya menjadi sangat kacau dan sedih. Lalu suami saya, Thomas L. Surjadinata, menelpon kakak dan temannya yang berada di Amerika Serikat. Mereka menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit di Los Angeles serta menjalani pengobatan di sana, kendati harus melalui suatu proses yang cukup sulit untuk menjadi pasien tetap di rumah sakit itu. Namun berkat penyertaan Tuhan akhirnya saya diterima sebagai salah seorang pasien tetap di rumah sakit tersebut,” katanya menambahkan.
Di rumah sakit tersebut Ibu Diana mulai menjalani serangkaian pemeriksaan yang lebih intensif serta mendetil, mulai dari pemeriksaan darah hingga berbagai macam scanning, yang hasilnya ternyata menyatakan bahwa Ibu Diana mengidap kanker yang sudah mencapai stadium yang cukup tinggi, yaitu stadium 3 B.
“Mendengar hasil yang buruk ini saya sangat sedih dan putus asa. Yang ada dalam pikiran saya hanyalah kematian,” katanya sambil menambahkan, “Namun berkat kekuatan dari Tuhan melalui dukungan suami dan anak-anak saya, maka sedikit demi sedikit saya mulai bangkit dan ingin berjuang untuk mengalahkan penyakit saya ini.”
Kemudian, kata Ibu Diana, para dokter menanyakan apakah Ibu Diana sudah siap menjalani proses pengobatan dan terapi yang memakan waktu begitu lama dan juga harus meninggalkan keluarga?
“Setelah melalui suatu pergumulan serta doa untuk memohon penyertaan Tuhan, akhirnya saya menyatakan kesiapan saya untuk menjalani proses pengobatan dan terapi tersebut,” katanya.
Pengalaman indah bersama Yesus
Menurut Ibu Diana, chemotherapy pertama dia jalani dengan berbagai efek-samping yang harus dirasakannya. Bukan hanya chemotherapy sebanyak enam kali yang harus dijalaninya, tetapi juga operasi selama sekitar lima jam serta radiasi atau penyinaran sebanyak 30 kali juga harus dijalaninya.
“Rangkaian pertama pengobatan itu saya jalani selama kurang lebih satu tahun. Meskipun pengobatan yang begitu berat yang harus saya jalani, namun justru pada saat-saat itulah saya mempunyai pengalaman yang indah bersama Yesus, di mana saya dapat merasakan sentuhan kasih serta penyertaan-Nya dengan cara-cara yang ajaib,” katanya ketika mengisahkan kesaksiannya ini.
Dikemukakan pula bahwa rasa sakit dapat diatasi kerena Yesus memberikan kepada Ibu Diana hati yang gembira (Amsal 17:22– “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”)
“Pada saat saya sedih dan putus asa, di mana saya harus berpisah dengan kedua anak saya demi kesembuhan saya, Tuhan selalu memberikan hiburan, entah itu melalui pendeta-pendeta yang datang mendoakan saya ataupun teman-teman yang memberikan perhatian dan dorongan agar saya tetap kuat,” katanya.
Menurut Ibu Diana, suaminya, Pak Thomas, juga diberi karunia oleh Tuhan berupa kekuatan, baik jasmani maupun rohani. Secara jasmani Pak Thomas tetap dalam kondisi sehat meskipun harus pulang-pergi dengan jarak yang begitu jauh antara Jakarta dan LA. Seringkali sangat kurang tidur dan jet-lag karena lamanya penerbangan serta perbedaan waktu yang cukup panjang antara Jakarta dan LA, dan setibanya di LA Pak Thomas harus menungguinya di rumah sakit. Setelah kondisi kesehatan Ibu Diana agak membaik, maka Pak Thomas harus segera kembali ke Jakarta untuk bekerja serta mengasuh anak bungsunya, yang pada waktu itu baru berusia 12 tahun.
Ibu Diana mengemukakan pula bahwa secara rohani, bukan saja Pak Thomas, tetapi juga Ibu Diana sendiri dan anak-anak tetap mempunyai pengharapan kepada Tuhan dan atas anugerah-Nya pula keluarga Bapak Thomas dan Ibu Diana ini tidak pernah berputus asa.
“Anak-anakpun bisa tetap sekolah serta memperoleh nilai yang cukup baik sehingga mereka dapat terus naik kelas,” kata Ibu Diana, yang menambahkan pula bahwa anak-anak juga terus memberikan dukungan melalui berbagai bacaan ayat-ayat Alkitab. “Inilah anugerah nyata yang Tuhan berikan kepada kami sekeluarga,” tegasnya.
Pasangan Thomas L. Surjadinata dan Diana, yang sama-sama berusia 47 tahun itu, dikaruniai dua orang putera, yaitu Asher Surjadinata dan Chester Surjadinata, yang kini sedang menjalani studi di Selandia Baru.
Mujizat Tuhan
Pada masa-masa sulit sedemikian itu, Ibu Diana melihat bahwa Tuhan tidak akan sedikitpun meninggalkan keluarganya.
“Suami saya tetap setia mendampingi saya selalu. Tuhan memelihara anak-anak kami dengan baik, bahkan iman merekapun menjadi semakin bertumbuh pula. Bahkan sayapun juga mempunyai kerinduan untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan melalui doa dan pembacaan firman,” katanya.
Menurut Ibu Diana ada beberapa ayat yang dia sukai dan terus dipegangnya, yaitu Yes 41:10, yang berbunyi “… janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
Selain itu, ada sebuah pasal dalam Alkitab lagi yang menguatkannya, yaitu Yeh 37, di mana Tuhan sanggup untuk mengubah tulang-tulang yang sudah berserakan menjadi manusia yang utuh kembali.
“Saya imani kedua ayat tersebut sambil terus berdoa dan mengucap syukur atas segala kebaikan-Nya, sebab buat Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil,” katanya.
Dengan berpegang pada ayat-ayat tersebut, Ibu Diana memperoleh kekuatan untuk menjalani serangkaian chemotherapy kedua sebanyak 30 kali dan memakan waktu kurang lebih selama enam bulan, sampai akhirnya Ibu Diana dapat menyelesaikan seluruh proses pengobatan yang seluruhnya memakan waktu selama sekitar dua setengah tahun, yaitu pada bulan Juli 2002 yang lalu.
Dalam masa inipun Ibu Diana mengalami keajaiban-keajaiban Tuhan, di mana ketika dia menjalani chemo tahap kedua ini Ibu Diana harus menggunakan chatteter yang langsung dipasang pada urat nadi lengan sampai ke jantung. Kira-kira tiga bulan alat tersebut mengalami kebocoran pada bagian selangnya. Di sinilah Ibu Diana melihat mujizat Tuhan, di mana darah tidak mengalir keluar.
“Mujizat Tuhan telah menyembuhkan kanker payudara saya. Dulu saya kurang mempercayai mujizat, tetapi sekarang saya mengalaminya sendiri dan kalau saya boleh hidup sampai hari ini, itu semua semata-mata karena anugerah Tuhan semata,” kata Ibu Diana mengakhiri keterangannya.
Saat ini Ibu Diana sudah berada di tengah-tengah kita jemaat GKI Pondok Indah. Dia kini, bersama suaminya, Bpk. Thomas L Surjadinata, sudah bergiat di dalam pelawatan dan juga di Komisi Pekabaran Injil.
Ibu Diana Thomas/d-rw/skt
1 Comment
Andarias Wamafma
Maret 18, 2022 - 10:15 pmIsteri saya saat ini menderita kanker payudara mohon di doa kan,.