Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru …. (Yl. 1:19)
Nabi Yoël memberitakan tentang hari TUHAN. Hari TUHAN itu bukan hari kesukaan bagi umat, melainkan kerusakan dan kehancuran. Seluruh negeri, baik padang gembalaan, ladang gandum, kebun anggur maupun rumah-rumah ibadah musnah. Semua orang, baik petani maupun imam meratap dan menangis. “Bukankah di depan mata kita sudah lenyap makanan, sukaria dan sorak-sorai dari rumah Allah kita?” seru nabi mewakili suara umat. Seluruh pasal 1 kitab Yoël ini berisi penghancuran seperti serangan hama belalang dan ratapan.
Alkitab Edisi Studi memberi informasi bahwa serangan belalang merupakan bencana besar bagi kehidupan. Belalang yang menyerang dapat berjumlah lebih dari seratus juta dengan menutupi ribuan kilometer persegi tanah pertanian. Jumlah itu belum termasuk telurnya yang dapat mencapai berat lebih dari seribu ton. Hama belalang–yang diberitakan–Nabi Yoël menggambarkan kehancuran tanah dan manusia umat Allah. Maka, beralasanlah Yoël menyerukan ratapan.
Dalam kekristenan, tema yang paling umum adalah menyerukan pujian, kesukacitaan, syukur, dan kegembiraan. Namun, hampir tak ada ruang bagi orang beriman untuk meratap. Firman Tuhan hari ini memberi ruang bagi kita untuk meratap, bersedih, dan menangis. Merataplah karena kelaliman menindas kita. Bersedihlah karena situasi yang menekan kita. Menangislah karena kita dilukai oleh cemooh orang kepada kita. [Pdt. (Em.) Rasid Rachman]
DOA:
Kasihanilah kami, ya Tuhan, menurut kasih setia-Mu. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 65; Yl. 1:1-20; 2Tim. 3:1-9
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.