“Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.” (Yoh. 10:18)
Mengalah untuk menang. Anda familier dengan istilah itu? Istilah ini dipakai untuk menyebut suatu tindakan mengalah yang terkesan kalah, tetapi sebenarnya merupakan suatu cara atau strategi untuk memenangkan pertarungan. Cara ini tak mudah untuk dijalankan karena sepertinya bertolak belakang, bagaimana sebuah kekalahan dapat berubah menjadi kemenangan? Kekalahan di sini adalah kekalahan sementara, yang sedang diproses untuk menghasilkan kemenangan.
Mati untuk hidup. Itu yang dapat kita ungkapkan tentang pengorbanan Sang Gembala yang memberikan nyawa-Nya untuk domba-domba-Nya. Gembala itu adalah Gembala yang baik. Ia bersedia mati. Kematian itu hanyalah sementara, yang kemudian membawa kehidupan. Kematian Sang Gembala terjadi, bukan karena ia kalah. Perhatikanlah perkataan Tuhan Yesus, bahwa Ia memberikan nyawa-Nya. Kematian Tuhan Yesus terjadi, bukan karena Ia kalah oleh maut, juga bukan karena maut yang mengambilnya. Melainkan, Ia sendiri yang menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan domba- domba-Nya. Bahkan, menyelamatkan domba-domba yang lain juga.
Jika Sang Gembala sendiri memberi nyawa untuk menyelamatkan domba-domba-Nya, maka tidak ada lagi ancaman yang terlalu besar untuk dihadapi. Maut telah dikalahkan. Domba memperoleh keselamatan. Sungguh suatu kabar yang patut untuk kita syukuri! [Pdt. Novita Sutanto]
DOA:
Gembala yang baik, kami bersyukur atas keselamatan yang Engkau berikan kepada kami. Amin.
Ayat Pendukung: Kis. 4:5-12; Mzm. 23; 1Yoh. 3:16-24; Yoh. 10:11-18
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.