Menyelaraskan pikiran Allah dan manusia tidak semudah mengucapkannya, ketika saat ini ada ratusan orang hadir dalam ibadah ini, misalnya; ada ratusan keinginan kemauan dan pikiran yg berbeda-beda pula.
Hal ini terjadi karena setiap orang punya kecenderungan berpikir egosentris (termasuk ketika kita memikirkan Allah) seringkali tidak lagi teocentris. Cara berpikir egosentris itu seringkali tanpa kita sadari lalu “memanusiakan Tuhan” artinya kita memikirkan Tuhan dan yg diperbuat-Nya menurut pikiran kita dan demi kepentingan kita
Itulah kegagalan Petrus memahami Yesus sebagai “Mesias, Anak Allah yg hidup” manakala Yesus menyatakan bahwa IA bakal menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga (Matius 16 ay. 21). Hal seperti itu jauh dari konsep Petrus tentang Mesias sebagaimana yg ada dalam pikirannya, IA seharusnya bersikap heroik dan tidak gampang menyerah menghadapi lawan-lawan, sampai Petrus menarik Yesus dan menegor-Nya dengan keras.
“Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: Enyahlah iblis. Engkau ‘batu sandungan’ bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan memikirkan apa yang dipikirkan manusia” (ay. 24); padahal beberapa waktu sebelumnya Yesus mengatakan bahwa engkau ‘batu karang’
Kegagalan Petrus seringkali juga menjadi kegagalan kita, ketika kita “gagal paham” tentang Yesus Sang Mesias.
Hal ini acapkali terjadi pada diri kita karena fokus kita pada diri sendiri.
Untuk menetralisir hal ini Yesus kemudian menegaskan ada pra-kondisi yang mesti dimiliki oleh para pengikut-Nya, yaitu :
- menyangkali diri
- memikul salib-Nya
- mengikut Aku
Masalahnya, siapkah anda ?
Karena untuk itu, kita dituntut kesediaan meninggalkan “egosentrime” dan mengubahnya menjadi “teosentris” pikiran kita selaras dengan pikiran Tuhan.
Kiranya Tuhan menolong. (AS)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.